20.Pemenuhan Syarat

1.5K 107 19
                                    

SEMALAMAN aku tertidur dengan masih menggunakan dress pastelku. Sangat lelah dan kantuk untuk berganti pakaian karena acara lamaran berakhir jam setengah dua belas malam lewat.

Farel memberikanku cincin berlian manis yang menggulung jari manisku.

"Aku sudah tidak sabar lagi! Tinggal menghitung hari." ujarnya semalam, sambil merangkulku.

Pagi ini Mama tidak memasak. Kami sekeluarga akan pergi keluar untuk sekedar makan-makan, merayakan lamaranku.

"Mau makan dimana, Natta?" tanyanya.

"Terserah."

Mama menyikut perutku. "Solerie." akhirnya jawabku.

"Pilihan yang bagus! Yaudah, sana. Siap-siap." Aku menggaguk.

Saat hendak beranjak ke kamar mandi, aku berpapasan dengan Kakek. Aku menyapanya.

"Masih ingat dengan syarat dari Natta, kan, kek?"

Kakek diam berpikir, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Oh!" jawabnya. "Menghabiskan seharian full bersama Defa sebelum menikah?" Aku mengangguk.

"Pulang dari acara makan-makan nanti kamu boleh langsung ketemu sama dia." kata Kakek.

"Itu sebenarnya yang ingin ku katakan." tambahku.

Setelah itu, aku langsung mandi, berganti pakaian, lalu berangkat dengan menggunakan mobil bersama keluargaku. Tujuan pertama: Restoran Solerie.

Kami akhirnya sampai di depan restoran bernuansa vintage itu. Mama memesan fish n' chips, steak, salad dan corn soup untuk kami semua. Tak lupa lemon tea sebagai pelarut.

"Untuk kelancaran pernikahan." ujar Ayah, mengajak bersulang menggunakan segelas lemon tea.

Semuanya terlihat riang, penuh tawa dan kebersamaan. Suasana seperti ini membawa kebahagiaan pada diriku. Oh, tetapi, kebahagiaan itu seakan ada celah, seakan masih kurang. Kebahagiaan yang tertinggal itu, aku biasa menyebutnya: Defanro Gashraffatar.

Akhirnya, acara makan-makan selesai sudah. Ada sisa makanan yang tidak habis karena kami super kekenyangan, lantas di bungkus bawa pulang.

***

RADIO mobil menyiar kan lagu Stolen Dance dari Milky Chance.

I want you by my side
So that i never feel alone again
They've always been so kind
But now they've brought you away from me--

Lagu ini merupakan salah satu lagu kesukaanku saat musim hujan. Ayahku juga menyukainya. Kami berdua memiliki selera musik yang selaras.

"Saatnya mengantar tuan putri pada pangeran impiannya.." sindir Ayah bernada. Kakek menegur.

"Natta udah janjian sama Defa di simpang tiga. Dia bawa motor." jelasku dari jok penumpang bagian belakang.

"Oke." jawab Ayah. Aku mengeluarkan cermin kecil untuk merapihkan rambut. "Awas, yah. Jangan sampai telat!" Di depan, terlihat ia hanya menggeleng pelan.

Mobil Ayah melaju cepat melewati tugu, belok kanan lalu kanan lagi, sampai berhenti di pinggir jalan simpang tiga. Disana, sudah ada Defa bersama motornya, menggunakan jaket kulit hitam.

"Jangan lama-lama." ucap Kakek padaku saat aku membuka pintu mobil dan belum benar-benar turun.

Aku menatapnya sejenak. "Ih, kakek! Kan seharian?"

Hari ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang