22.Mengenangnya

3.1K 187 68
                                    

Jakarta, 2017

***

NAMAKU Alyssa Nattan. Orang-orang di sekitar memanggilku Natta-tanpa N.  Umur? 25 tahun.

"Bibi, nanti tolong bilang sama Bu Yuni, ya. Pesanannya udah bisa diambil." ujarku pada Bibi, yang kebetulan lewat depan kamar.

"Siap, neng." jawab Bibi dengan kemoceng di tangannya.

Di waktu luangku, aku suka membuat kue kering. Karena otak suamiku adalah otak bisnis dan kebetulan aku suka untung, jadi kue keringnya dijual.

Oh, iya. Hampir lupa. Aku sudah resmi menjadi istri dari Farel Darmansyah. Ini, sudah enam bulan setelah hari pernikahan kami. Kami berdua membeli rumah di daerah puncak. Rumah putih dan didominisi abu-abu yang lumayan besar. Cukup nyaman dan mengerikan untuk dua orang.

Lemari kamar sedang aku obrak-abrik. Memilih beberapa pakaian yang sudah kekecilan untuk disumbangkan. Sementara suamiku, sudah pergi kerja pagi sekali.

Kaos merah maroon bermotif.

Skinny jeans biru.

Dress navy.

Turtle neck hitam.

Kaos pendek kuning.

Jeans lusuh.

Se-sebentar! Ini, jeans lusuh yang aku kenakan saat hari kematian Defa. Aku langsung teringat sesuatu.

Kumasukkan tanganku pada saku celana itu, merogoh sesuatu dan merasakan tekstur sebuah kertas.

Ta-da! : Amplop biru dari Defa, tertulis didepannya, Untuk Alyssa Nattan.

"Belum terbaca sampai sekarang." Aku bermonolog dengan suara kecil.

Jadi, segera aku beranjak pada meja rias, duduk di kursi bersandar, dengan amplop ditangan.

Aku merobek amplop biru tua yang terlihat tua itu, menemukan secarik kertas yang sudah kaku. Tulisan tangan Defanro Gashraffatar, tinta warna hitam. Aku mulai membaca.

Untuk Alyssa Nattan

Hallo, bagaimana kabarmu?
Kalau aku, sangat rindu.
Aku dengar, besok hari pernikahanmu. Berbahagialah!

Aku menulis surat ini didalam kamarku yang pengap.
Aku masih hidup sekarang, tetapi jiwaku seperti sudah menginjak neraka.

Sepi, hampa.
Orang-orang istimewaku satu persatu habis.
Aku jadi tidak punya tujuan.
Tetapi, tenanglah, aku masih cinta.

Jadi, kuputuskan untuk menghilang.
Menghilang dari hidupmu dan dari hidupku sendiri.

Maafkan, tugasku menjadi penjagamu tak bisa dilanjutkan. Tetapi, hey, aku tahu, Natta sudah tumbuh menjadi gadis dewasa.

Aku ditakdirkan hidup hanya untuk menjadi penambah warna dalam kehidupan Alyssa Nattan, dan itu sebuah penghormatan dari Tuhan.

Sekali lagi, aku minta maaf.

Aku harus pulang.
Setidaknya, sisa hidup 26 tahunku bersama kamu, Natta—yang artinya hidupku tidak sia-sia!
Alasan kematianku masuk akal, jika tuhan bertanya.
Sudah dulu, ya. Dadah!

Dari Defanro Gashraffatar

Secarik kertas kaku ini nyaris kebasahan oleh tetesan tangisku. Aku adalah orang paling jahat. Aku sangat jahat. Rasanya, saat itu juga, aku ingin ikut mati saja. Kenangan bersama Defa reflek terlintas dalam pikiranku. Dari awal kita bertemu, buku kimia, angkot, hari ulangtahunku, lagu kesukaan—Arctic Monkeys, kunjungan subuh, hari resmi memandang kota Jakarta, es krim, safari night, kecelakaanku, syal hijau, hamster kami—Jono dan Coco, serta masih banyak lagi yang tak bisa aku sebutkan.

Dan sekarang, dia menghilang. Dia menghilang dari hidupku dan dari hidupnya sendiri. Dia pulang. Sampai bertemu. Tunggu aku, ya, Defa.

Terimakasih, telah menyimak kisah cintaku. Kisah cintaku, memang berbeda dengan kisah cinta pada umumnya. Aku termasuk salah satu orang yang gagal dalam hal cinta. Jadi, beginilah sekarang aku. Hidup bersama orang yang sedang kuusahakan mencinta, sementara orang yang benar-benar aku cinta sudah tak ada. Aku, dipaksa keadaan. Dan terkadang, keadaan memang harus di jalankan.

Cinta itu sebuah hal yang kekal. Jiwa mati, perasaan menjalar.

Ku letak kembali secarik kertas itu kedalam amplop biru tua yang tak ku robek permanen lalu ku simpan rapi dalam kotak tempat penyimpanan.

Aku sangat rindu, hari ini!
Hari ini,
hari aku mengenangnya.

***

A/N
Finally! 'Hari itu' resmi mencapai part akhir pada angka 22.
Terimakasih banyak atas dukungannya
Tinggalkan kritik, saran, serta kesan.
Sampai jumpa di work selanjutnya!
Cerita ini dipersembahkan untuk para readers setia, Loveeeeee.

Mampir yuk diwork keduaku: Truth Or Dare

Surat dari Defa yang sudah kaku ada di mulmed.

Hari ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang