Dikala senja tak seterang biasanya, semesta menurunkan hujan yang membawa titik-titik kenangan. Melebur, segala hasrat mengudara silih mengadu kepada semesta. Sosokmu bangkitkan lagi detak itu. Terasa tabu, garis waktu seakan terhenti. Euforia yang tercipta terasa seperti nirwana, walau hanya saling memandang ditengah sekat yang memisah kita.
Semesta tersenyum. Memandang kedua insanya kembali bersatu dalam pertemuan syahdu.
Sejujurnya aku benci itu. Ketika asaku telah kukubur dalam palung hati, semesta malah membongkar semuanya. Membuat asa itu menyeruak lagi, membuat pelepasanku gagal untuk kesekian kali.
Aku merasa dipermainkan. Semesta tak mengizinkan aku untuk menggapainya, tapi mengapa ia tak membiarkan aku menghapus gurat namanya? Aku lelah. Sikecil tengil yang tak tahu kesalahan ini, rasanya hampir mati hanya karena permainan semesta.
Aroma tubuhnya yang tercium indra, masih terasa. Seruanku ketika menyebut namanya, terngiang dalam angan. Dan memori dikala hujan itu, masih tersimpan rapi dalam benak ini. Tuhan ... ako mohon hentikan. Biarkan aku bebas kali ini, jangan biarkan aku terjatuh untuk kesekian kali.
8 3 17
Atas nama rasa
Yang tak pernah kandas
A L L A N D
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata Tak Bersua
PoetryAsa yang berhamburan menguap mendobrak hati untuk memeluk sang tuan. Seharusnya sesederhana itu memeluknya, tapi apa daya jika semesta tidak merestui? Membuat asa yang harus diredam, ingin yang diurung, ucap yang harus bungkam. Ini isi dari semua...