Aku, kamu, dan semesta. Ibarat bulan, matahari, dan gerhana.
Bulan tidak mampu menunjukan sinarnya tanpa cahaya mentari. Bulan selalu butuh matahari. Bulan selalu menyukai matahari, seperti aku yang selalu menyukaimu. Lalu apa kabarnya kamu, matahari?
Kamu tidak pernah tahu itu, atau bahkan tidak peduli. Tentu saja, kamu sang raja surya mana mau mengerti. Kamu hanya berbaik hati kepadaku, tidak ada sesuatu yang terselubung dalam benakmu. Aku, Bulan bukanlah temanmu. Mana bisa aku jadi temanmu kalau bertemu saja tidak mampu? Temanmu adalah bintang. Mereka sama sepertimu, punya cahaya tersendiri.
Lalu aku ini siapanya kamu?
Aku adalah pengagum rahasiamu. Yang menyukaimu dari jauh. Aku selalu bahagia ketika malam tiba, karena kamu akan membagi sinarmu kepadaku. Aku tersipu, senyumku malu-malu. Aku menjalain setiap malamku dengan senyum terpatri. Menemani para pemuda yang sedang jatuh hati. Mereka sama sepertiku, menyimpan sesuatu. Suatu rasa berwarna merah muda, yang bersembunyi dibalik kata biasa saja.
Lantas, semesta itu siapa?
Semesta itu pemersatu kita. Dia ibaratkan gerhana, satu-satunya masa dimana kita berada di satu lingkup yang sama. Aku tidak punya alasan untuk bertemu kamu. Memang menyedihkan, kita tidak dapat bersatu dalam waktu yang lama. Biar saja, toh aku tetap bahagia. Walau hampir setiap waktu, si tengil bernama rindu itu menggodaku, membuatku ingin berteriak lalu berlari menemuimu. Tapi aku tidak bisa, karena jika aku memaksa, seluruh alam raya akan musnah. Hahaha. Cuma gerhana satu-satunya jalan agar aku dapat menemuimu. Kendati sinarmu terhalang olehku, dan manusia-manusia itu jadi kegelapan, aku tetap senang karena dapat menunjukkan pada mereka bahwa sekarang aku bersamamu. Walau hanya satu hela, aku tetap merasa bahagia. Sangat. Lalu aku pergi, untuk menunggu gerhana membawaku pulang kembali. karena seberapa lamapun aku terpisah darimu, seberapa jauhpun jarak yang menghalangiku, tetap, tempat berpulangnya rasaku cuma kamu. Iya, kamu
Sekian dariku, si Bulan yang selalu merindu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata Tak Bersua
PoetryAsa yang berhamburan menguap mendobrak hati untuk memeluk sang tuan. Seharusnya sesederhana itu memeluknya, tapi apa daya jika semesta tidak merestui? Membuat asa yang harus diredam, ingin yang diurung, ucap yang harus bungkam. Ini isi dari semua...