#04

118 25 0
                                    

Irene turun dari bus yang mengantarkannya ke depan halte sisi sekolah. Dengan menghirup oksigen banyak-banyak, ia memulai langkahnya menuju tempat sampah untuk membuang kotak susu yang biasa Irene bawa dari rumah bersama roti selai strawberrynya. Tanpa kehadiran tragedi seperti dulu bersama Hanbin. Em, berbicara mengenai Hanbin, sudah beberapa hari ini dia tidak mengontak Irene. Irene berfikir seperti itu bukan untuk maksud apa-apa, ia hanya bingung dengan keanehan sosok Hanbin dan lagi ia penasaran apa alasan Hanbin di balik makan malam bersama Ayahnya hingga ia berlaku sejauh itu menghindari pertemuan di meja makan.

Pintu gerbang yang terbuka lebar terlewati begitu saja, tanpa tau bahwa sudah ada seseorang yang mengikutinya dari belakang diam-diam selepas membuang sampah kotak susunya. Dengan jarak yang hanya terpaut sejauh-jauhnya satu setengah meter, Irene masih juga tidak menyadari keberadaannya. Terlalu lama hingga orang tersebut gemas, dan memilih mendekatkan diri dan menepuk tangannya pada sosok perempuan yang jalan sendiri dengan rambut di ikat satu itu.

"Irene!" Ia berseru riang dari sisi sebelah kanan Irene yang awalnya kosong hanya berisikan udara. Irene tidak langsung merespon, ia menatapnya sejenak sebelum tersenyum tipis. Bukannya bermaksud menjadi orang yang sombong, atau merasa dirinya sedang menjadi perhatian pria itu. Irene hanya tidak ingin yang lain mengira dirinya 'dekat' dengan pria yang satu ini, akan sangat berbahaya jika terjadi.

Mereka jalan dalam diam. Irene yang jalan dengan rasa tidak nyaman berusaha mempercepat langkahnya.

"Stop to avoid me."

"But, Baek---"

"Aku bekerja di restauran tempat mu bekerja."

Perkataan yang terlontar dari mulut Baekhyun menggetarkan bulu kuduk Irene hingga tercekat. Ini semua diluar dugaan atau bahkan tak pernah terlintas di kepala Irene karena apa yang Irene lihat dari Baekhyun tidak mungkin membawa Baekhyun pada pekerjaan part time yang terlihat main-main di mata ayahnya selaku pengusaha sukses yang bergelimang harta tujuh turunan. Irene tidak bisa mengontrol emosinya antara kaget dan kesal atau bahkan terkesan.

"Did not you?"

"Pulang sekolah, di taman!" Baekhyun mengabaikan Irene, he waves his hands up.

Tak gagal membuat Irene membeku di tempatnya berdiri sekarang. Walaupun hanya beberapa detik, perlakuannya itu disadari oleh lalu lalang murid lain yang jalan memasuki area gedung sekolah. Helaan nafas Irene terkuar, ia tak bisa lagi mengekspresikan dirinya dalam tiap pancaran matanya selain hanya menghela nafas setelah bertemu dengan Baekhyun. Entahlah, dirinya selalu kehabisan kata-kata atau reaksi apapun dihadapan Baekhyun. Semuanya selalu terenggut dengan rasa takut dan cemas. Ia sadar bahwa diantara dirinya dan Baekhyun terselip segaris batasan yang kontras menegaskan bahwa dirinya dan Baekhyun jelas berbeda kasta. Terlebih lagi dengan Dasom yang tidak hanya berbeda kasta, namun juga beda pikiran dan penampilan.

Kumpulan pikiran Irene untuk saat ini sedang di timbun, ia lebih fokus pada kelas musiknya hari ini. Seorang diri, Irene jalan melintasi lorong yang banyak dihadiri oleh kaum selebgram yang rata-rata memiliki 50k followers. Komplotan Baekhyun terkecuali, mereka sudah berada di puncak dengan followers membludak seperti gunung berapi.

"Irene!" Dasom datang menghampiri Irene. Wajahnya tak lebih baik dari kemarin.

"Ne?"

"Aku harap kau lebih tau diri. Jangan menarik Baekhyun ku ke dalam kehidupan tak bertujuan mu itu. Kau dalam keluarga kekurangan, tentu saja. Tapi jangan sampai kau jadi murahan untuk mendapatkan harta Baekhyun ku."

PLAK!

Irene menampar pipi kiri Dasom kuat. Air matanya sudah cukup kuat untuk mengalir di pipinya. Ia bergetar hebat, dengan lambat ia maju hingga jarak mereka hampir habis.

Special GirlWhere stories live. Discover now