#08

89 19 0
                                    

Suara burung yang bercuit samar terdengar di telingaku. Mata ku masih tertutup rapat, hanya bisa memandang layar warna hitam tanpa warna. Aku suka keadaan ini. Dimana aku hanya bisa mendengar tanpa melihat, membuat rasa penasaran ku semakin besar untuk menyapa dunia di balkon kamar. Perlahan namun pasti aku bangkit tanpa membuka mata lebar-lebar. Mencoba untuk membiarkan angin masuk menyentuh kulit yang tak tertutup kain baju. Aku tersenyum, lantas membuka mata dengan sangat pelan sebelum berdiri menghampiri besi pegangan di balkon kamar. Keadaan luar tidak berbeda jauh, terlihat mobil yang saling mengantri sebelum garis pembatas lampu merah. Lampu-lampu mobil terlihat jelas dibawah langit yang belum terlalu didominasi cahaya matahari.

Setelah merasa cukup puas menghirup udara, aku masuk untuk membersihkan tubuh. Mana mungkin aku bertahan di balkon sampai matahari naik ke puncak jika hari ini aku masih ada pekerjaan part time. Lokasinya yang cukup jauh membuat ku harus datang lebih awal, dan juga aku harus menunggu Baekhyun agar bisa berangkat bersamaan.

Aku selesai mandi. Sekarang tinggal mengeringkan rambut menggunakan hairdryer. Dengan senang hati aku duduk di sisi ranjang dekat nakas, mencolokkan kabel hairdryer kemudian menggerakkannya untuk mengeringkan rambut. Posisi ku yang berhadapan ke jendela otomatis tidak bisa melihat apa yang terjadi dibelakang ku.

Ya, seseorang tiba-tiba membuka pintu ku dan terbaring diatas ranjang dengan tidak normal sedikit menggebrak. Aku yang terkejut langsung berbalik.

"Ya! Hanbin! What are you doing here?!"

"Heung?"

"Heol," aku melepas karbondioksida dalam sekali helaan. "Cepat mandi! Aku akan berangkat sebentar lagi, cepat bersihkan tubuh mu dan bersiap."

"For what?"

"Teman ku akan kesini sebentar lagi, kau harus bersikap sopan. Aku skan mengenalkan mu padanya."

Tubuh Hanbin berbalik, ia menopang kepalanya dengan tangan yang membentuk sudut lancip. Tubuhnya miring menghadap ke arah ku, hanya memakai celana training dan baju berwarna abu-abu tanpa lengan. Rambutnya yang berantakan bisa menipu mata orang lain dan mengira Hanbin sedang melakukan pemotretan majalah sport. Tapi tentu, aku bukan termasuk dalam orang-orang tertipu itu, dimata ku Hanbin tetap menjadi Hanbin yang menyebalkan dan berpotensi menjadi pelawak pribadi ku kala mood ku sedang hancur.

"Jika aku tidak mau?"

Masih dengan hairdryer ditangan, aku mengarahkan ujung hairdryer ke dadanya sambil mendekatkan wajah yang langsung menusuk matanya dengan tatapan mengancamku. "Aku akan membunuh mu, Hanbin-ssi."

"Yak! Panas!" Ia berontak dramatis. Terduduk mengusap baju bagian dada dengan cepat."Arraseo!"

Aku terkekeh kecil melihat kepergiannya ke ambang pintu.

Aku jadi bingung, bagaimana bisa aku berteman dengan manusia macam itu. Berkenalan, hingga sekarang manusia jelmaan itu menginap di rumah ku. Yang lebih aku bingungkan lagi mengapa aku menjadi sosok yang berbeda? Hati ku bersuara dalam diam, seolah berusaha menerangkan jika aku telah menjadi lebih baik. Sering tersenyum, sering berinteraksi, sering merasa excited untuk bertemu hal baru dan yang utama adalah dimana hidup ku yang sekarang lebih terbuka, mudah menerima pertemanan.

"Ya!"

Lamunan ku buyar ketika teriakan Hanbin yang diiringi terbukanya pintu seperti menjatuhkan jantungku. Aku mencebikkan mulutku sambil melotot jengkel ke arahnya. Ia hanya menatap bingung dan aneh ke arah ku. Kurang ajar.

"Seseorang terus menekan bel, apa kau tak akan membukanya?"

"Untuk apa ada kau disini, eoh?"

"Molla."

Special GirlWhere stories live. Discover now