#09

71 19 0
                                    

Dia menyukainya.

Kesimpulan yang sudah pasti dapat terbukti detik ini juga. Aku tak habis pikir, bagaimana bisa sosok Irene yang terkenal pendiam dan dingin di sekolah dapat seperti ini. Ia lebih banyak bicara dan menyentak. Menurut ku, ini semua disebabkan oleh faktor luar yang tentunya karena keberadaan pria berandal itu di hidup Irene. Heol, apa yang dipikirkan oleh ku? Jelas-jelas disini aku yang lebih unggul daripada pria tak sopan itu. Dari mulai ujung kepala hingga ujung kaki aku yang lebih layak berada di sisi Irene daripada pria bernama Goblin itu. Ralat, Hanbin. Pribadinya yang pecicilan dan seenaknya itu membuat ku risih. Aku tau bagaimana Irene, ia lebih suka orang yang tenang dan teratur. Ok, itu mungkin prediksi ku terhadap kepribadiannya.

Aku hanya diam menatap pria itu dengan tatapan tak ingin. Diam menatap keduanya yang saling bungkam.

"Kau sungguh menyukainya, Bae Irene."

Demi apa pun, aku sama sekali tidak berniat untuk berbicara seketus dan dingin seperti itu pada Irene. Tapi emosiku sudah terlanjur tersulut pada pria menyebalkan ini. Aku sempat menatap tajam untuk yang terakhir kali pada Hanbin. Sialan. Aku yang terlebih dulu dekat dengan Irene tapi mengapa ia yang lebih dulu bisa mengambil hati Irene.

Aku tersenyum miris dalam setiap langkah meninggalkan apartemen Irene. Tangan ku menutup pintu sedikit kasar yang kemudian aku sesali seumur hidup. Aku lantas pergi menuju mobil yang terparkir di basemen. Hari ini aku tidak memiliki tujuan kecuali bekerja di tempat Irene bekerja. Entahlah, sepertinya aku akan bolos bekerja pada hari pertama aku bekerja. Akan ku bayar nanti sebagai gantinya.

Aku masih meredam emosi dalam hati, hendak meluapkannya mumpung parkiran di basement sepi namun semuanya tertunda saat sebuah suara dan keberadaan seseorang menghentikan semuanya.

"Baekhyun!"

Aku melipat kedua tangan di depan dada. Tiba-tiba saja posisi ini menjadi hal yang peling ku sukai hari ini. Hanya sekali kedipan, perempuan itu menghampiri ku dan langsung menarik paksa pergelangan tangan ku ke arah mobil.

"Ayah mu akan murka jika kita tak sampai ke kantor dalam 15 menit!"

"Aish, jinjja. Apalagi ini eoh? Kau berusaha membohongi ku untuk yang keseratus kali?"

Dasom terlihat berdecak malas di bangku penumpang sebelah ku. "Kau kira aku rela datang kesini pagi-pagi untuk mendapati kau datang ke apartemen upik abu itu? Aku serius!"

"Sialan!" Aku memukul stir mobil jengkel.

---

Dengan berat hati Baekhyun menancap gas keluar dari gedung apartemen itu. Situasi dalam mobil masih menguarkan aura gelap dari wajah Baekhyun yang begitu datar dan dingin. Pakaian yang dipakai Baekhyun sempat membuat wajah Dasom bersemu merah. Bayangan ketika dengan berkharismanya Baekhyun datang ke arah Dasom dengan kemeja putih yang digulung bagian lengannya serta celana hitam pekat yang menegaskan kaki panjangnya begitu seperti mimpi. Sedikit dari hatinya melambung tinggi kelangit, namun ia juga mendadak sadar kalau saat itu Baekhyun berpenampilan tampan karena ingin menemui Irene. Upik abu yang beruntung disukai Baekhyun.

Sementara itu, di ruang rapat kantornya telah ramai memperbincangkan hal acak di luar topik. Beberapa petinggi berbicara tentang siapa orang yang duduk di bangku sisi kiri Direktur dengan gagah dan berwibawanya. Yah meski saat ini sosok itu sedang bermain ponsel di bawah meja, orang-orang tak berhenti berdecak kagum dengan pembawaannya yang begitu terasa akan tanggung jawab.

Tak lama kemudian, pintu di sudut ruangan terbuka kasar. Semua pandangan tertuju padanya tak terkecuali sosok asing yang duduk dengan kaki terlipat di sisi direktur. Keadaan hening beberapa detik lalu kembali seperti semula ketika Baekhyun, membungkuk hormat lalu duduk disamping ayahnya yang kosong.

"Baiklah, mari kita mulai." Ucap ayah Baekhyun dengan senyumannya pada semua yang ada diruangan itu. Baekhyun menekuk wajahnya malas dan tak begitu terbiasa ditatap oleh banyak orang yang umurnya jelas jauh diatas umurnya.

"Disini saya mempunyai dua kandidat yang akan menjadi penerus perusahaan kami semua. Saya akan melakukan penilaian terhadap pekerjaan sementara mereka selama enam bulan dan juga kalian berhak menilai mereka. Salah satu diantara mereka yang terpilih sebagai penerus ku, akan diberi sesuatu dan yang gagal akan ku beri sanksi. Kalian setuju?"

Selesai berceloteh, Baekhyun menyentakkan kepalanya menatap pada sosok ayah di samping. Ia terkejut, ayahnya tidak pernah berbicara jika ia akan dijadikan kandidat penerus perusahaan. Dan lagi, dua? Siapa pria yang duduk di sebrang sana? Baekhyun tidak pernah melihatnya.

"Kandidat pertama, Byun Baekhyun." Semua orang bertepuk tangan, Baekhyun hanya tersenyum kikuk sambil membungkuk. "Kandidat kedua, Kim Seokjin."

Semua bertepuk tangan dan tersenyum. Seolah begitu mendukung keputusan ayah Baekhyun.

Sementara itu Baekhyun bertanya dalam hati. Ada apa lagi ini? Hari ini begitu membuat suasana hatinya buruk. Ayah Baekhyun meliriknya sebelum pergi keluar ruangan, menyerahkan seluruh tanggung jawabnya pada dua orang yang sudah ia perkenalkan.

Baekhyun dan Seokjin saling menatap di depan para hadirin. Mereka tersenyum dengan sedikit ekspresi sukar dimengerti antara saling menghormati atau saling merendahkan. Baekhyun melepaskan tatapan diantara keduanya.

"Annyeonghaseyo, Byun Baekhyun imnida." Baekhyun membungkuk lalu tersenyum. "Karena disini saya masih seorang pelajar SMA, saya harap anda semua bisa membantu saya menjadi lebih baik untuk abeoji dan tentunya untuk perusahaan ini. Gamsahamnida."

Setelah Baekhyun tersenyum menutup ucapannya, Seokjin dengan percaya diri melanjutkan.

"Kim Seokjin imnida. Saya harap, anda semua dapat membantu saya untuk meningkatkan kualitas SDM perusahaan ini untuk masa depan yang lebih baik tanpa mengurangi kesejahteraan pegawai atau meningkatkan beban karyawan sekalian. Gamsahamnida."

Senyuman Baekhyun memudar.

Nuguya? Aish jinjja. Sejak kapan aku merasa tersaingi? Oleh kuaci seperti Hanbin dan kacang polong seperti Seokjin ini? Double kill. Hari ini begitu buruk. Mari kita lihat siapa yang menang untuk kompetisi mendapatkan hari Irene dan Perusahaan ini.

Special GirlWhere stories live. Discover now