#15 [SAD OR HAPPY ENDING(?)]

73 15 2
                                    

Hari ini adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh kebanyakan siswi anak sekolah Hanbin. Sebagian besar dari mereka adalah Hanbinastreet yang merupakan para penggemar Hanbin. Beberapa datang sebelum acara dimulai.

Namun, setelah 15 menit acara mulai, Hanbin belum juga keluar kamar. Ia masih duduk sila di balkon kamar sambil memandang ke arah bawah tepatnya halaman rumahnya yang sudah dihias indah bersama pengunjung yang juga berdandan dengan sangat mati-matian. Tapi meskipun seperti itu, Hanbin tak tertarik untuk sekarang ini selama sosok Irene belum datang.

Padahal, Hanbin berniat mengenalkan Ayah angkatnya pada Irene berharap dengan seperti itu irene akan semakin dekat dengan keluarganya. Meski Hanbin masih belum menganggap ayah tirinya sebagai ayah.

"Hanbin? Kau harus turun sekarang. Acara akan dimulai."

"Ne, hyung. Lima menit lagi aku ke bawah."

*****

Irene tiba di rumah besar milik keluarga hanbin. Halaman luas di rumahnya terlihat indah saat sore hari dimana langit mulai gelap dan rumah Hanbin menjadi terang karena bantuan Tumblr Lamp warna-warni. Beberapa orang sudah duduk di beberapa meja bundar berlapis kain silver dan biru dongker. Dari dalam mobil, Irene tidak bisa melihat orang yang ada di atas panggung mini dimana pusat perhatian tertuju kesana sepenuhnya.

"Ayo!" Baekhyun mengulurkan tangannya di depan Irene setelah pintu mobil dibuka.

"Terimakasih pada hadirin yang sudah menyempatkan diri untuk datang ke acara ulang tahun ku yang ke-17. Terimakasih juga kepada Eomma, Seokjin Hyung dan juga Ayah tiri ku yang senantiasa mencintai ku sepenuh hati. Aku juga minta maaf untuk semuanya jika ada kesalahan. Ini adalah ulang tahun ku, aku nyatakan pesta ini dimulai. Namun disini aku ingin memperkenalkan orang tua ku sebelum tiup lilin dan potong kue dimulai."

Irene terkekeh jahat, merasa Hanbin begitu konyol berbicara sepertu itu. "Ayo masuk."

Irene melangkah dan ketika sosoknya masuk, tepat saat itu juga hanbin tersenyum pada semua audience termasuk Irene dan Baekhyun yang berjalan masuk dari arah belakang pada tamu.

"Dia adalah ayah tiriku."

Langkah Irene langsung berhenti seiring berubahnya mimik wajah Irene. Ia memandang lurus sosok di atas panggung.

"Abeoji?"

*****

"Menangislah."

"..."

"Aku akan selalu ada disini untuk mu."

"Jinjja?" Suaranya parau. Seperti bergelombang hampir menangis. Dan detik berikutnya setelah pria itu mengangguk, sebuah pelukan datang begitu saja mendekap dada bidangnya yang sebentar lagi akan menjadi pulau air mata.

Pelukan keduanya sangat erat. Mereka berdua sama-sama merasakan sakit yang sama. Ketika orang yang dicintainya pergi bersama orang lain. Ketika orang yang sangat mereka banggakan hidup bahagia bersama orang lain.

"Wae?" Irene memberikan sedikit guncangan di punggung pria yang kini masih ia dekap. "Aku mencarinya selama bertahun-tahun. Aku menunggunya, berharap dia masih ada di dunia ini dan kembali kepada ku. Berharap ia akan memeluk ku dan makan malam bersama ku dikemudian hari ketika akhirnya kita bertemu. Aku menginginkan kebahagiaan yang sudah terbuang bertahun-tahun lamanya. Tapi kenapa? Kenapa dia tidak memelukku saat kita bertemu?" Isakan Irene terdengar ironis. Seperti setiap kata mengeluarkan energi yang besar.

"Aku... aku tidak tau harus berbuat apa selain menangis seperti ini. Mianhae Seokjin-ssi." Irene merasa cukup, ia hendak melepaskan pelukannya namun Seokjin memeluknya semakin erat.

"Sekarang giliran ku yang bercerita." Seokjin tersenyum tipis. "Aku pernah mencintai seseorang. Namanya Dev. Kau tau aku menyayanginya hampir seperti aku menyayangi Eomma dan Appa ku. Suatu saat aku ditempatkan pada satu keadaan antara memilih Appa atau Dev. Kau tau? Aku tidak memutuskan apa-apa dan akhirnya aku kehilangan Appa dan Dev sekaligus."

Irene bersumpah. Kini lututnya lemas karena cerita Seokjin.

"Hanbin pernah membenci ku karena Appa sangat memanjakan Hanbin saat itu. Meskipun sekarang ada Appa mu di keluargaku, Hanbin tidak menganggapnya sebagai appa. Hanbin percaya ayahnya hanya satu." Seokjin melepaskan pelukannya dan menatap Irene diantara lampion-lampion kecil halaman dalam rumah. "Ku pikir seharusnya kau bersyukur bisa bertemu Appa mu setelah bertahun-tahun berlalu. Apalagi mengrtahui fakta bahwa Appamu amnesia sejak terkena tsunami."

Amnesia?

"Abeoji, amnesia?"

"Kau tidak mendengarkan penjelasan Eomma ku, ya?"

Irene mengangguj polos. "Sekarang kita kembali ke halamaan. Semua orang mengkhawatirkan mu, pabboya!"

"Aku tidak bodoh!"

"Kau bodoh, dengan mudahnya mempercayai ku ketika di tempat pencarian korban tsunami."

"Ck. Terserahlah."

Seokjin dan Irene jalan beriringan keluar kawasan halaman dalam rumah menuju halaman luar dimana pesta sempat terhenti.

Mereka kembali dan Irene mulai menerima kenyataan bahwa ternyata Ayahnya masih hidup. Bahagia dan sehat bersama keluarga Hanbin.

Irene tersenyum miris ketika ia lagi-lagi harus menjalani proses pemulihan Ayahnya yang amnesia. Irene juga harus membiasakan diri untuk bersosialisasi.

"Happy Birthday to you!!!" Suara tamu menggema di halaman rumah menyerukann lagu pada Hanbin.

Meski hatinya harus memakan pahit mendapati Ayah tirinya adalah ayah kandung Irene, gadis yang ia cintai. Ia berusaha tersenyum dan meniup lilin sambil melafalkan wish nya dalam hati.

THE END.

●●●

Irene with dress

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Irene with dress. Anggap aja warna biru ya haha.

Gimana pendapat kalian yg baca cerita ini sampe akhir? Butuh masukan please banget.

Special GirlWhere stories live. Discover now