Epilog.

96 10 0
                                    

Pohon-pohon di pekarangan rumah besar berwarna putih bergerak ke kanan dan ke kiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pohon-pohon di pekarangan rumah besar berwarna putih bergerak ke kanan dan ke kiri. Angin berhembus kencang akhir-akhir ini. Mungkin pertanda musim akan segera berganti. Melihat ke luar jendela, selalu ada ayunan berwarna merah yang bergerak tertiup angin. Goyangannya acak sebagaimana angin yang seolah bertabrakan.

Malam, badai sempat melewati Kanada. Beberapa siaran televisi menampilkan kerusakan-kerusakan di penjuru Kanada mulai dari pohon tumbang, atap rumah yang terbang dan yang paling parah kemungkinan terjadinya tsunami di beberapa titik.

Banyak orang yang mulai bersiap-siap untuk menerima kemungkinan terburuk atau mulai mengungsi. Tapi, bila ingin mengungsi lintas pulau bahkan negara juga akan sangat sulit karena badai mengganggu konektifitas di beberapa bandara. Tidak sedikit bandara juga memundurkan jadwal penerbangan.

"Eomma, Appa eodigayo?" Suara kentara itu keluar dari salah satu anak kecil yang siap menangis dengan kedua ujung bibir turun kebawah.

"Eomma!!!!"

Keadaan dalam rumah sangat riuh oleh tangisan dua orang anak kecil yang mulai menangis ingin bertemu dengan kedua orang tuanya. Mereka sangat rewel 3 hari terakhir ini. Selalu menangis tengah malam karena rindu Ayah dan Ibunya yang bertugas ke Vietnam.

Keduanya menangis setiap malam karena ingin kembali memeluk dan berekreasi bersama kedua orangtuanya seperti 3 bulan yang lalu.

"Eomma dan Appa akan tiba sebentar lagi, sabar ne?" Seokjin berusaha menenangkan kedua anak kecil yang sangat lincah itu. Wajahnya kelewat frustasi karena ayah dan ibu Seokjin juga tidak datang-datang.

"Eomma!!! Appa!!!" Kedua anak kecil itu berteriak lagi sambil menggerakkan kedua kaki mereka mengamuk heboh.

●●●

"Apa Rose dan Ranz makan dan tidur dengan benar? Aku khawatir."

"Eomma dan Appa pasti mengurus mereka dengan benar. Apalagi ada Seokjin hyung dan Hanbin."

Irene mengangguk meski rasa khawatirnya belum hilang.

"Sebentar lagi kita sampai di rumah." Baekhyun mencium bibir Irene sekilas. "Siapkan dirimu." Lalu merangkul pundak Irene dengan erat sambil melihat pemandangan di luar kaca.

Mereka kembali terdiam di perjalanan menuju rumah mereka. Angin begitu buas mengantarkan banyak dedaunan dan menggoyahkan pohon besar.

Baekhyun tersenyum melihat Irene yang mengkhawatirkan anak-anak mereka.

Betapa bahagianya hidup yang ia rasakan. Menjalin hubungan bersama perempuan yang ia cintai sejak lama dan memiliki anak-anak yang sangat mirip dengan keduanya. Baekhyun kembali membuka ponselnya. Wallpaper ponselnya menampilkam foto keluarga mereka.

 Wallpaper ponselnya menampilkam foto keluarga mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

●●●

Suara pintu terbuka mengganggu pendengaran Seokjin yang tertidur di sofa ruang depan sambil menunggu kedua bocah kecil menonton film pororo. Ketika melihat jam, ternyata Seokjin sudah menghabiskan 1 jam tidur. Ia terduduk dan langsung merasa jantungnya copot saat melihat kapal pecah di karpet ruang depan. Rose dan Ranz duduk menonton film Thumbelina dengan selai coklat nutella dan sus kering yang tercecer, tercerai berai di atas karpet. Tak hanya itu, tv LED mereka sudah tergores selai coklat di beberapa sisi.

"Ya! Seokjin! Lihat, tadi eomma meminta mu untuk menjaga Rose dan Ranz." Ibu Seokjin tak kalah kagetnya melihat penampakan kedua cucunya dengan mata sembab dan wajah yang banyak coklat.

"A-aku tertidur eomma."

Wajah Ibu Seokjin melembut dan tersenyum ketika menatap kedua cucunya. Perubahan mimik wajah yang drastis itu membuat Seokjin jengkel sendiri."Rose, Ranz. Ayo bantu uncle Jin membereskan karpet karena eomma dan appa akan sampai."

"Ne, halmeoni!"

Baru saja Ibu Seokjin berdiri sambil membawa beberapa makanan ke meja makan, pintu kembali terbuka menampilkan Baekhyun dan Irene bersama beberapa koper besar di tangan mereka.

"Eomma!!"

"Appa!!"

Seokjin kembali duduk sambil merenung. Ia sadar hanya dirinyalah yang harus mengerjakan kapal pecah ini sementara keluarga Irene harus membenahi diri mereka sebelum makan malam dan Hanbin sedang menjemput kekasihnya, Dasom.

"Siapa yang melakukan semua ini, hm?" Irene berkata pada kedua anaknya dengan manis. "Ayo bereskan bersama eomma."

"Andwae!" Ibu Seokjin menyanggah. "Kalian harus istirahat dan membersihkan badan kalian sebelum makan malam. Biarkan anak ini yang membereskan. Eomma sudah menitipkan kedua anak kalian pada Seokjin tapi Seokjin malah tertidur."

"Aku datang!!!" Hanbin datang bersana Dasom dengan wajah sumringah. "Eoh, kalian pulang?! Kebetulan sekali kita akan membicarakan acara pertunangan ku dengan Dasom!"

Irene dan Baekhyun tertawa melihat Dasom yang tersipu malu. "Jangan terlalu kencang bicaranya, Hanbin!"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Special GirlWhere stories live. Discover now