17 # Side

17.3K 2.5K 149
                                    

Val terbangun dengan kepala yang pusing. Hal pertama yang ditangkap oleh matanya adalah wajah Draco yang sedang menatap ke bawah. Val tersadar bahwa ia sedang tertidur di pangkuan Draco dan gadis itu pun langsung terduduk.

"Jadi..."

"Apa?"tanya Val memegang kepalanya dengan tangan kanan.

"Apa- uh... Apa tidurmu nyenyak?"tanya Draco ragu-ragu.

"Ya, kurasa,"jawab Val. Draco mengangguk. Mereka berdua terdiam, tidak tahu harus mengatakan apa. Val masih merasakan sakit di kepalanya karena masih berusaha beradaptasi dengan semua fakta ini. Sedangkan Draco gugup karena tidak tahu apa yang sedang Val pikirkan.

"Draco."

"Ya?"

"Kau berada di pihak siapa?"tanya Val menatap Draco dengan datar dan hal itu membuat Draco semakin gugup. Dia tidak pernah melihat Val sedingin ini.

"A-Apa maksudmu?"tanya Draco. Val mendecak frustasi.

"Kau tahu bahwa akan ada perang yang akan terjadi! Dan aku bertanya padamu, kau berada di pihak siapa?!"seru Val dengan putus asa. Draco kehabisan kata-kata. Ia tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya. Hal yang ia pikirkan hanyalah bagaimana caranya melindungi ibunya. Ayahnya sudah rusak semenjak pertama kali ayahnya memutuskan untuk menjadi salah satu pengikut Pangeran Kegelapan.

Val mendengus sinis, "Kau bahkan tidak tahu kau berada di pihak mana?"

"Kau tahu benar aku sudah masuk di pihak siapa,"ucap Draco dengan emosi yang bercampur aduk. Marah karena merasa dipojokkan, putus asa karena takdirnya, dan sedih karena ia tidak bisa melakukan apapun untuk mengubah hal tersebut.

"Bukan itu yang aku tanya! Aku menanyakan pilihanmu saat ini!"seru Val dengan geram. Draco tampak menunduk dan berpikir. Apa dia masihmempunyai pilihan saat ini? Apa dia masih bisa memilih?

"Bodoh,"desis Val dan hal itu membuat Draco menatap wajah Val.

"Selama kau belum bisa menentukan pilihanmu, jangan harap aku ingin melihat wajahmu lagi,"ucap Val dengan rahang terkatup.

###

Dia ketakutan.

Draco menundukkan kepalanya dan menatap tangannya yang bergemetar hebat. Matanya melirik ke kiri dan kanan. Rapat para pelahap maut jauh dari kata menyenangkan, apalagi dengan Draco sebagai anggota termuda. Ruangan besar Malfoy Manor yang Draco ingat sebagai tempat dimana dulu ia menghabiskan masa kecilnya kini sudah musnah. Tergantikan oleh suasana mencekam yang mungkin tidak akan pernah Draco bisa lupakan walaupun Pangeran Kegelapan mati nantinya.

Draco melirik ke kursi di sebelah Voldemort dan menatap Snape dari kejauhan. Semuanya semakin menyeramkan ketika Snape bergabung ke dalam rapat ini. Semenjak kejadian di Menara Astronomi, ada sesuatu dalam diri Draco yang langsung waspada saat melihat Snape. Hal itu membuat Draco mengingat kata-kata Val saat di ruang tunggu,

"B-Bagaimana m-mungkin dia mengkhianati Professor Dumbledore? Dia percaya penuh pada Professor Snape,"tangis Val semakin terisak.

Jati diri Snape sama sekali tidak bisa Draco kenali. Jika Snape memang punya maksud yang buruk, Draco pasti akan mudah untuk mengetahuinya. Seumur hidupnya, dia diajari untuk mengendalikan dirinya dan membaca ekspresi wajah orang lain. Tetapi, Draco sama sekali tidak mengerti tujuan Snape. Pria itu punya maksud tersendiri, hanya itu yang Draco tahu.

Percakapan di meja panjang itu pun mengalir. Draco menutup mulutnya rapat-rapat dan tidak berniat untuk membuat kontak mata dengan siapapun. Termasuk ibunya yang Draco yakini sedang meliriknya. Draco tidak tertarik mendengar percakapan ini. Dia sudah cukup merasa tertekan dengan Professor Burbage yang melayang di atas meja panjang ini. Draco mengetatkan kepalan tangannya. Professor Burbage akan mati malam ini, dan itu sudah mutlak.

Slytherin's ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang