38 # Once Again

16.5K 2.3K 307
                                    

Tanpa mengatakan apapun, Draco langsung ber-apparate ke makam Val. Sesampainya ia disana, ia tidak mengucapkan apapun. Melainkan langsung jatuh berlutut dan kembali menangis di samping makam Val. Tangannya merogoh batu kebangkitan dari kantung kecil warna hitam itu.

"Aku akan bertemu denganmu lagi akhirnya..."lirih Draco sambil menggenggam batu tersebut.

"Bertahun-tahun dan akhirnya si bodoh ini pun kembali mengunjungi makamku."

Draco membeku mendengar suara itu. Kepalanya terangkat dan ia melihat sesosok gadis di hadapannya, berlutut dan tersenyum manis.

"Val..."lirih Draco. Dia tersenyum lebar dengan terharu melihat Val lagi setelah sekian lama. Val benar-benar dihadapannya. Sosok itu bukanlah hantu, tapi bukan juga wujud daging yang nyata juga. Tidak nyata dibandingkan tubuh yang hidup tetapi senyumnya masih sama dengan yang Draco ingat.

"Val..."ucap Draco lagi dengan menangis terharu. Dengan tangan gemetar, ia mendekatkan tangannya ke wajah Val, untuk menyentuh pipi gadis itu. Tapi tidak bisa. Gadis itu tidak bisa digapainya. Dan hal itu membuat hati Draco kembali hancur.

"Kau selalu menangis setiap kau datang ke makamku,"ujar Val. Gadis itu menoleh ke batu nisannya dan tersenyum melihat patung kecil berbentuk albatross di batu nisannya.

"Terima kasih karena telah membuat ini. Kau benar, aku memang sangat menyukai elang laut ini,"ujar Val. Sedangkan Draco hanya menatap wajah Val.

"Aku merindukanmu..."lirih Draco.

"Aku tidak merindukanmu. Karena selama ini, aku selalu bersamamu. Tidakkah kau sadar itu?"ucap Val dengan tenang.

"Aku selalu hidup di hatimu, bukan?"timpal Val lagi.

"Berhenti membicarakan omong kosong, Val! Kau tahu benar apa maksudku!"seru Draco dengan frustasi.

"Ya, aku mengerti."

"Lalu mengapa kau melakukannya? Bertindak 'heroik' untuk menyelamatkanku?! Kau egois!"seru Draco dengan marah tetapi air mata masih terus menetesi pipinya.

"Berhentilah menangis."

"Bagaimana aku bisa berhenti jika sekarang aku melihat orang yang kucintai tapi tidak akan pernah bisa menyentuhnya, memeluknya, atau menciumnya?"tanya Draco menatap Val dengan matanya yang mulai memerah.

"Kau masih mencintaiku?"

"Bagaimana mungkin aku bisa berhenti melakukannya?"lirih Draco.

"Seberapa besar cintamu, Draco? Aku sudah meninggal tetapi kau masih bisa mengatakan bahwa kau mencintaiku, tapi kau sama sekali tidak bisa merelakanku pergi,"ucap Val.

"Kau tidak mengerti!"seru Draco.

"Bagaimana mungkin aku tidak mengerti tentang kehilangan orang yang disayangi? Aku kehilangan kakak dan ibuku, Draco,"ucap Val.

"Kau... satu-satunya perempuan yang kucintai sebesar ini. Satu-satunya perempuan yang bisa membuatku berani, bahkan untuk mengkhianati Voldemort sekalipun. Aku... aku tidak cukup kuat untuk kehilanganmu, Val,"lirih Draco dengan isak tangisnya.

"Draco..."

"Dan aku tidak bisa hidup dengan kenyataan bahwa kau mati karena salahku. Jika... jika aku tidak menjadi pelahap maut, jika aku tidak pernah berpikir untuk mengikuti Voldemort, jika aku tidak lahir di keluarga Malfoy dengan ayah seorang pelahap maut, kau tidak akan pernah mati!"seru Draco dengan frustasi. Ia menarik kemeja di lengan kirinya dan menunjukkan tanda kegelapan yang ada disana.

"Tanda kegelapan yang sial ini..."ucap Draco dan dengan tangan kanannya, dia menekan kukunya kuat kuat diatas tanda kegelapan miliknya dan melukai tanda dikulitnya tersebut. Val tampak kaget melihat apa yang Draco lakukan. Darah mulai menetes dari kulit Draco.

"Apa yang kau lakukan, Draco?!"seru Val tapi Draco terus menerus melakukan hal yang sama. Membuat luka di tangannya semakin membesar.

"Karena tanda ini, k-kau mati..."lirih Draco.

"Draco, kumohon hentikan!"seru Val. Sosok Val bangkit berdiri dan mendekati Draco. Mereka berdua sadar bahwa Val tidak mungkin bisa menyentuh Draco, tapi Val berusaha menatap kedua mata Draco dari dekat.

"Draco, kumohon... jangan sakiti dirimu sendiri,"ucap Val dan Draco pun berhenti. Ia menatap kedua mata Val.

Mereka berdua terdiam untuk beberapa saat. Menikmati keheningan yang ada dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan.

"Jadi... kau tidak mau menceritakan padaku bagaimana kehidupanmu sebagai pendiri Malfoy Enterprise?"tanya Val.

"Apa pentingnya itu?"ucap Draco.

"Tentu saja penting. Aku selalu membayangkanmu dengan jubah putih, dan bekerja sebagai healer di St. Mungo. Jadi, itu cukup mengejutkan ketika aku melihatmu mendirikan sebuah perusahaan,"tutur Val.

"Kau tahu bukan bahwa ingatanku dihapus?"

Val mengangguk, "Ya. Ayahmu, ibumu, Pansy, Blaise, bahkan Harry, Hermione, dan Ron khawatir akan keadaanmu yang mulai menggila. Jadi, mereka memutuskan untuk menghapus ingatan tentangku. Hermione yang menghapus ingatanmu,"ungkap Val.

"Walaupun ingatanku dihapus, tapi perasaanku tidak berubah. Aku tidak bisa menjadi healer. Aku bahkan tidak bisa menyelamatkanmu, bagaimana mungkin aku bisa menyelamatkan hidup orang lain?"ucap Draco. Val mengangguk mengerti.

"Kau tahu tentang mereka menghapus ingatan tentangmu dari memoriku dan kau merasa baik-baik saja dengan keputusan mereka?"tanya Draco tidak percaya.

"Jujur, aku sedih karena kau tidak bisa mengingatku lagi. Tapi aku juga tidak bisa melihatmu depresi dan kehilangan kewarasanmu,"ucap Val.

"Kau sama saja dengan mereka."

"Kalau aku sama saja dengan mereka, aku tidak mungkin dengan sengaja berusaha mengembalikan sedikit demi sedikit memorimu melalui kilasan menyakitkan itu,"gumam Val.

"Kembali melakukan hal yang egois. Kurasa, menghapus memori tentangmu mulai menjadi ide yang bagus,"ucap Draco dengan sinis.

Val hanya tersenyum, "Karena aku ingin kau hidup dengan mengingatku. Kau harus bisa merelakanku, Draco."

"Kau membuat itu terdengar begitu mudah. Aku tidak akan pernah bisa!"seru Draco dengan putus asa. Val hanya terdiam dan mendekati batu nisannya. Ia mengacuhkan perkataan Draco.

"Batu nisan yang indah. Tapi sayangnya, kalian salah menuliskan tanggal kematianku."

Draco mengernyitkan keningnya.

"Apa yang kau bicarakan, Val?"

Val tersenyum tipis, "Mengapa tidak kau cari tahu tentang hal itu, Draco?"

Draco terdiam.

"Kurasa kau benar. Aku mati karena kebodohanmu. Bahkan kau masih bertindak bodoh dan tidak tahu siapa yang sebenarnya membunuhku,"gumam Val.

"Apa maksudmu? Val, kumohon jangan memberiku permainan konyol!"seru Draco.

"Gunakan otakmu yang pintar itu, Mr. Malfoy, dan mungkin kita bisa bertemu di kehidupan yang lain."

Slytherin's ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang