37 # Unbelievable

15.5K 2.3K 407
                                    

"Narcissa, kumohon tenanglah!"

Narcissa kembali berjalan memutar dengan langkah panik.

"Mrs. Malfoy, dia akan baik-baik saja,"ucap Harry berusaha menenangkan Narcissa. Lucius dan Narcissa sengaja mengundang Harry, Hermione, Pansy, dan Blaise untuk bertemu hari ini. Setelah apa yang Blaise laporkan padanya, Narcissa tidak berhenti merasa panik hingga saat ini.

"Draco ke Hogwarts! Hogwarts! Tidak ada yang tahu banyak hal disana yang mungkin akan memicu memorinya kembali! Demi Merlin!"seru Narcissa dengan ketakutan.

"Narcissa, kita tahu bahwa cepat atau lambat, Draco akan mengetahui segalanya,"ucap Pansy.

"Ya, dia bahkan sudah mengetahui bahwa gadis di memorinya adalah Val. Apalagi yang harus kita tutupi sekarang?"timpal Hermione.

"Kematiannya. Aku baik-baik saja selama memori yang kembali pada Draco adalah memori yang bahagia. Tapi aku tidak akan tahan melihatnya mengingat kematian Val. Tidak lagi. Kita harus mencari cara untuk menutupinya!"seru Narcissa.

###

"Baiklah, Mr. Malfoy. Sekarang perusahaanmu secara resmi mendapat izin dari kementrian untuk bekerja sama dengan muggle,"ujar Hermione menyerahkan sebuah berkas pada Draco.

"Terima kasih,"ucap Draco singkat. Pikirannya masih terus melayang ke foto-foto Val. Seakan bayangannya tidak akan pernah bisa meninggalkan kepalanya.

"Mr. Malfoy, seseorang bernama Robert Swendish yang ingin menemui anda,"ucap Floretta dari ambang pintu.

"Hm... sebaiknya aku pergi. Permisi dan terima kasih atas kerja sama anda, Mr. Malfoy,"ucap Hermione dengan profesional. Draco mengangguk dan Hermione berjalan keluar.

"Dia akan tiba beberapa menit lagi melalui saluran floo anda,"ucap Floretta. Setelah itu, wanita itu pun pergi. Draco duduk di kursi kebesarannya sampai akhirnya terdengar suara ledakan kecil dan Draco menoleh ke arah saluran floo di ruangannya.

"Robert! Dan... Paman Rodolphus?"

Pria bernama Robert itu menatap Draco dengan bingung. Tetapi ia menyeret Rodolphus dan menunjukkannya ke hadapan Draco. Rodolphus berlutut dan Robert masih mengarahkan tongkatnya pada Rodolphus.

"Apa kabarmu, Draco?"sapa Robert kemudian memeluk Draco singkat.

"Baik. Sudah lama tidak melihatmu, mate."

"Aku membawakannya untukmu. Maaf karena setelah tiga tahun baru aku bisa menangkapnya,"ujar Robert menunjuk Rodolphus menggunakan dagunya.

"Tiga tahun? Menangkapnya? Apa yang sedang kau bicarakan, Robert?"tanya Draco dengan bingung. Apa yang sebenarnya sedang dibicarakan oleh teman auror-nya itu?

Robert menatap Draco dengan aneh, "Apa yang terjadi padamu? Seakan dulu kau hampir gila karena tidak bisa menemukan Rodolphus, sekarang kau sudah melupakan dendammu?"tanya Robert.

"Dia pamanku, suami bibiku. Bagaimana mungkin aku memiliki dendam padanya?"ucap Draco dengan nada tidak percaya. Rodolphus yang berlutut di hadapan Draco hanya bisa menatapnya dengan pandangan yang tidak bisa dimengerti. Draco mendekati Rodolphus untuk melepas borgol di tangan Rodolphus tapi itu membuatnya ketakutan.

"Draco, Draco! Kau harus percaya padaku! Bukan aku yang membunuhnya!"seru Rodolphus.

"Membunuh siapa maksudmu? Astaga, apa yang terjadi pada kalian berdua? Berbicara tidak jelas,"komentar Draco.

"Tiga tahun yang lalu kau memanggilku untuk menangkap Rodolphus, membalaskan dendammu padanya. Tidakkah kau ingat itu?"tanya Robert. Pria itu penasaran tentang tingkah laku Draco yang seakan melupakan segalanya.

Slytherin's ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang