29 # Forget

15.9K 2.3K 499
                                    

"Selamat datang, Mr. Malfoy."

Draco masuk ke dalam rumah itu dan melihat ke sekelilingnya. Rumah itu tidak sebesar rumahnya, tentu saja. Tapi rumah itu menunjukkan kehangatan yang mungkin tidak pernah bisa didapatkan di Malfoy Manor.

"Master telah memberitahu Wally untuk menyambut Mr. Malfoy seperti Master Wally sendiri,"ucap peri rumah Val itu.

"Terima kasih."

"Apa ada yang bisa Wally lakukan, Sir?"tanya Wally pada Draco.

"Bisakah... Kau mengantarku ke kamar Val?"kata Draco.

"Tentu saja, Sir. Silahkan ikuti Wally,"ucap Wally sambil berjalan terlebih dahulu. Draco mengikuti langkah Wally sambil melihat ke kiri dan kanannya. Terdapat banyak figura foto yang terpajang di dinding. Langkah Draco terhenti saat ia melihat foto Val kecil bersama seorang laki-laki dengan senyuman yang lebar.

"Wally, apakah dia Rafael?"tanya Draco. Wally melihat foto tersebut dan mengangguk.

"Ya, Sir."

Hati Draco menghangat saat melihat senyum kebahagiaan Val saat bersama Rafael.

"Apakah kau sudah melepas rindumu pada kakakmu saat ini, Val?"gumam Draco. Wally yang mendengar perkataan Draco hanya tersenyum sedih. Mereka berdua kembali berjalan ke arah kamar Val. Wally membuka sebuah pintu kamar yang berwarna putih. Draco dan Wally masuk ke dalam.

"Ini kamar Nona Val. Tidak ada satu benda pun berubah dari tempatnya sejak terakhir kali Nona Val ada disini sebelum pergi ke Hogwarts,"jelas Wally. Draco berjalan dan matanya mengeksplor semua benda yang terdapat di kamar Val.

"Val menyukai buku lebih dari yang kuperkirakan,"gumam Draco melihat jumlah buku yang ada di kamar Val

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Val menyukai buku lebih dari yang kuperkirakan,"gumam Draco melihat jumlah buku yang ada di kamar Val. Ia melihat ke sisi lain dan terdapat lemari, meja rias, dan meja belajar. Terdapat beberapa foto Val juga yang terpajang, mulai dari fotonya saat bayi hingga remaja. Draco berjalan dan duduk di kursi di meja belajar Val.

"Nona Val selalu menangis disana."

Perkataan Wally membuat Draco mengernyitkan keningnya.

"Dimana?"

"Di tempat Sir duduk, di depan meja belajarnya. Tidak ada satupun yang tahu kalau Nona Val sering menangis disana selain Master Rafael dan Wally,"tutur Wally.

"Apakah dia sering menangis?"tanya Draco lagi.

"Semakin jarang setelah Nona Val semakin dewasa. Nona Val saat kecil sering menangis disana saat Nona Val belum bisa melakukan sihir. Saat itu, setiap usai pertemuan keluarga, Nona Val pasti akan menangis disana,"jelas Wally. Draco meringis saat bayangan Val kecil yang menangis disana.

"Bisakah kau meninggalkanku sendiri, Wally?"tanya Draco tanpa menatap Wally.

"Baik, Sir."

Draco meletakkan lengannya di atas meja belajar dan memegang kepalanya dengan frustasi.

"Aku hanya menyakiti diriku dengan datang kemari. Bukan begitu, Val?"lirih Draco. Pemuda itu bangkit berdiri dan berjalan ke arah kasur Val. Dengan perlahan, ia naik ke atas kasur itu dan berbaring disana. Draco memejamkan matanya dan mencium wangi coklat dari parfum Val yang masih terdapat di kasur tersebut.

Ia berbaring disana, berusaha menahan dirinya sendiri untuk tidak menangis kembali. Menangisi hal-hal yang seharusnya bisa terjadi sekarang jika saja Val tidak terlalu baik dan membiarkan Draco mati.

If only.

###

"Apa yang harus kita lakukan?"

Semua orang yang terdapat di ruangan itu terdiam. Pansy dan Blaise saling bertatapan begitu juga dengan Harry, Hermione, dan Ron. Pansy dan Blaise datang karena dipanggil oleh Narcissa, sementar Harry, Hermione, dan Ron datang karena ingin berkunjung dan melihat keadaan Draco. Semua orang tampak simpati dengan keadaan Draco semenjak kematian Val.

"Entahlah, Narcissa,"ujar Pansy. Narcissa dan Lucius hanya menghela nafas mereka.

"Ini terlalu menyakitkan. Melihat Draco yang semakin buruk setiap harinya. Dia tidak bisa tidur kecuali di rumah Val. Dia selalu mendapat mimpi buruk setiap ia tidur di rumahnya sendiri,"lirih Narcissa.

"Apa seburuk itu?"tanya Harry.

"Lebih buruk dari itu, kurasa. Seakan Val tidak pernah bisa hilang dari pikirannya,"gumam Narcissa. Semuanya kembali terdiam, berpikir. Sampai akhirnya Lucius membulatkan matanya seakan ia mendapatkan ide.

"Bagaimana jika mengha-"

"Mr. Malfoy, kurasa itu bukanlah ide yang bagus,"ujar Hermione dengan tidak percaya.

"Ini pasti bisa berhasil,"seru Lucius.

"Apa yang kalian bicarakan?"tanya Blaise.

Hermione menghela nafasnya, "Mr. Malfoy berpikir untuk menghapus memori Draco."

"Tidak-tidak. Aku tidak setuju!"seru Pansy.

"Kenapa? Itu cukup efektif,"timpal Ron.

"Kau gila?! A... Apa yang akan kita lakukan jika suatu saat Draco menyadarinya? Dia akan marah besar! Kau tidak bisa menghapus memori tentang satu-satunya orang yang pernah ia cintai dari pikiran Draco!"seru Pansy.

"Lalu apa yang kau inginkan? Melihatnya menjadi gila dengan perlahan? Menghabiskan sisa hidupnya di St. Mungo?"balas Ron.

"Dia ada benarnya, Pans,"gumam Blaise sementara Pansy hanya mendengus.

"Dia terlalu muda untuk menderita karena kejadian buruk seperti ini. Kurasa ini satu-satunya jalan,"ujar Lucius.

"B-Bagaimana menurutmu, Mrs. Malfoy?"tanya Harry dengan ragu. Narcissa tampak berpikir.

"Aku hanya ingin yang terbaik untuk putraku,"gumam Narcissa, "dan itu artinya kita harus menghapus memorinya."

###

"Dia sedang tertidur. Ini saat yang paling tepat,"ujar Lucius. Pansy hanya menggenggam tangan Narcissa untuk memberikan wanita itu kekuatan.

"Miss Granger, aku harap kau mau melakukannya,"ujar Lucius. Hermione membelakakkan matanya dengan tidak percaya.

"A-Apa?!"

"Kau yang paling berpengalaman menggunakan memory charm disini. Aku percaya kau bisa melakukannya,"ujar Lucius.

"Ta-Tapi..."

"Kami mohon, Hermione. Kami tidak ingin memori Draco rusak jika salah satu dari kami yang melakukannya. Tidak ada yang seahli kau,"ujar Blaise. Hermione tampak kehabisan kata-kata dan melihat ke arah Harry dan Ron. Kedua sahabatnya itu hanya mengangguk. Hermione dengan ragu mengeluarkan tongkatnya. Ia menoleh ke arah Narcissa yang tersenyum ke arahnya.

Hermione mengangkat tongkatnya kepada Draco yang sedang tertidur dan mengucapkan sebuah mantra;

"Obliviate."

Slytherin's ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang