2 # Ruang Kebutuhan

28.6K 3.4K 202
                                    

Fifth Year in Hogwarts

"Sampai bertemu nanti, Luna, Neville!"

Val dengan langkah tenang berjalan dengan tujuan ke perpustakaan. Ada beberapa buku yang harus ia pelajari untuk membuat tugas ramuan dari Professor Slughorn. Saat sedang berjalan, manik mata Val menangkap seorang laki-laki yang berjalan sendirian.

"Malfoy?"bisik Val pada diri sendiri. Tentu Val bisa mudah menebak kalau itu adalah Draco Malfoy. Siapa lagi yang menggunakan kemeja dan jas sebagai pakaian sehari-hari selain seorang Draco Malfoy? Sesekali, Malfoy melirik kiri dan kanannya untuk memastikan tidak ada yang mengikutinya. Val mulai curiga dengan gerak gerik Malfoy. Ia tak habis pikir, apakah Malfoy akan kembali mencari masalah dengan Harry Potter?

Val tidak bisa menghentikan langkah kakinya yang mengikuti langkah Malfoy. Laki-laki itu berhenti di sebuah pintu besar dan memasuki ruang kebutuhan.

"Apa yang akan ia lakukan disana?"batin Val. Ia melihat dari celah pintu dan melihat gerak gerik Malfoy. Laki-laki itu sepertinya tertarik pada sebuah lemari kayu berdebu dan dari dalam sana ia mengeluarkan... kalung?

Val buru-buru bersembunyi saat menyadari bahwa Malfoy akan segera keluar dari ruang kebutuhan tersebut.

"Kemana lagi ia akan pergi?"gerutu Val dalam hati. Ia terus mengikuti langkah laki-laki arogan itu. Val menyadari bahwa ia berjalan ke arah Hogsmeade. Gadis itu menyimpan semua rasa penasarannya dalam-dalam dan terus mengikuti Malfoy.

Salju mulai turun dan itu mengganggu penglihatan Val. Apalagi dia hanya memakai jaket jeans-nya yang sama sekali tidak membantu untuk menghangatkannya. Pada akhirnya, ia menyerah untuk mengikuti Malfoy dan lebih mementingkan keselamatan nyawanya dari salju yang menggigil ini. Val berhenti di Honeydukes untuk sekedar menghangatkan diri.

Dalam hati, ia masih penasaran. Apa Malfoy sedang berencana untuk mencari masalah dengan Harry Potter lagi? Lemari apa yang dilihat Malfoy tadi? Lalu untuk apa Malfoy membawa kalung wanita? Apakah itu untuk kekasih barunya? Tapi, Malfoy adalah seorang kaya raya. Dia bisa membeli kalung yang lebih bagus di toko perhiasan daripada harus mengambil dari lemari yang sudah berdebu, kan? Baru kali ini dia benar-benar merasa curiga dengan perilaku Malfoy. Laki-laki itu tidak pernah se-waspada ini.

Sebuah suara pembicaraan kedua gadis membangunkan Val dari lamunannya. Ia melihat dari jendela dan betapa terkejutnya ia melihat seorang gadis memegang kotak berisi kalung yang tadi Malfoy ambil. Sepertinya gadis itu sedang berargumen dengan temannya tentang kalung itu. Val buru-buru keluar dari Honeydukes dan mengikuti kedua gadis itu.

Tiba-tiba gadis yang memegang kalung itu terjatuh pingsan dan membuat temannya berteriak panik.

"Malfoy."desis Val.

***

"Kurasa Mr. Potter benar, gadis itu telah menyentuh kalung yang telah dikutuk ini,"ujar Professor McGonagall. Professor Snape pun menyetujui pemikiran tersebut.

Di depan ruangan tempat Professor McGonagall dan Professor Snape menelitu kalung tersebut, terdapat Draco Malfoy yang mendengar setiap ucapan mereka dengan keringat dingin bercucuran di pelipisnya.

"Dan kau yang memberikan kalung itu padanya."

Suara itu membuat Draco kaget dan ketakutan setengah mati. Ia menatap gadis yang berbicara padanya itu.

"Apa maksudmu, hah?"kata Draco meninggikan suaranya.

"Kau tahu benar maksudku,"ujar gadis itu dengan santainya. Draco menatap dasi gadis itu dan menyeringai.

"Oh... Ternyata kau orangnya. Gadis yang menyasar dan masuk ke asrama Slytherin,"ujar Draco melebarkan seringaiannya begitu melihat Val menegang di tempatnya.

"Dengarkan aku ya... Siapa namamu? Oh iya! Valeria! Dengarkan aku baik-baik, Val, kau tidak ingin semakin dijauhi oleh asramamu sendiri, bukan? Jadi lebih baik kau tutup mulut dalam masalah ini,"ancam Draco.

Val menaikkan sebelah alisnya, "Aku sudah terlanjur dijauhi oleh asramaku sendiri, jadi perkataanmu tidak akan memengaruhi keputusanku untuk melaporkan tindakanmu atau tidak,"balas Val dengan berani.

Ini adalah pertama kalinya ia berani melawan seorang murid Slytherin, dan parahnya, yang ia lawan adalah Pangeran Slytherin. Draco merasakan emosinya memuncak begitu mendengar ucapan Val, bukan hanya marah, ia juga merasakan cemas dan panik untuk mencari cara agar gadis ini tutup mulut.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan?"tanya Draco. Belum sempat Val menjawab pertanyaan Draco, kedua orang itu pun mendengar suara derap kaki. Draco buru-buru menarik lengan Val dengan kasar dan membawa gadis itu ke sebuah lorong yang sepi.

Val menepis tangan Draco dari lengannya dengan gusar, "Lepaskan!"

"Berapa yang kau inginkan, huh?"ujar Draco menatap Val dengan tajam.

"Apa?"

"Kau mengikutiku pasti untuk mengancamku, kan? Dan setelah itu, kau bisa memeras uangku. Itu rencanamu, bukan?"kata Draco. Val menatap laki-laki itu dengan pandangan tak dapat percaya.

Draco kembali membuka mulutnya, "Sangat mudah menebak taktik gadis sepertimu. Apalagi ayahmu yang sebentar lagi menjadi tahanan Azkaban,"ujar Draco dengan nada meremehkan.

Plak.

Suara nyaring pun terdengar. Draco memegang pipinya yang perih sambil menatap Val dengan kaget. Val benar-benar marah dengan ucapan Draco Malfoy yang seakan merendahkannya dan ayahnya. Dan tentu saja Val tidak menerima ucapannya itu!

"Ayahku tidak bersalah! Dan dia tidak akan pernah menginjakkan kaki di Azkaban!"seru Val dengan marah.

"Kau menamparku?!"

"Ya. Dan Tuan Malfoy yang terhormat, silahkan laporkan hal ini pada ayah anda. Supaya saya bisa dikeluarkan dari sekolah ini, terutama keluar dari asrama ularmu itu!"

***

"Hey, Draco, kenapa pipimu memar?"

Val yang baru saja masuk ke ruang rekreasi Slytherin pun terdiam beberapa saat dan menatap Draco dengan datar. Draco pun menatap kehadiran Val untuk beberapa detik. Memar? Val meringis dalam hati. Ia merasa sedikit bangga pada dirinya sendiri karena tamparannya.

"Sebentar lagi, ia akan mengadu ke teman-temannya tentang aku. Huh, tukang cari perhatian,"batin Val.

Gadis itu menghiraukan percakapan Draco dan anggota Slytherin yang sudah mengerubungi Pangeran mereka itu. Val berjalan ke atas, ke ruang tidurnya dengan beberapa buku yang baru ia pinjam dari perpustakaan. Samar-samar, ia masih bisa mendengar percakapan dari ruang tengah.

"Ini hanya memar biasa. Ada anak Gryffindor yang mencari masalah denganku. Tak perlu khawatir."

Val mengernyitkan keningnya. Draco sama sekali tidak menceritakan kejadian tadi. Mengapa pangeran arogan dan licik itu tidak langsung saja menjatuhkan derajat Val dari anggota Slytherin? Padahal, Val sudah membayangkan apa yang akan terjadi jika gadis-gadis penggemar Draco menghajar Val karena telah berani melukai idola mereka.

Apa yang sebenarnya sedang Draco rencanakan?

Slytherin's ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang