Entah apa cara apa yang harus Leo lakukan untuk Fareel agar semuanya berakhir dengan cepat..
Tapi Leo tak habis akal, sore ini dia bertemu dengan sahabatnya, yang pasti bukan Fareel tapi Radit. Yah pernah dengar Radit kan, tapi bukan Raditya Dika..:v. Leo telah membuat janji dengan Radit sebelumnya..
Sifat Radit tidak jauh bedalah sama sifatnya Fareel. Bedanya mungkin cuma cara mainnya aja.
Yah mungkin aja ada solusi yang bagus dari sahabat Leo yang satu ini.
Di sekolah Radit sangat terkenal, ya karena suaranya dan wajah yang cukup tampan. Sedikit tampanlah dari dari sahabat-sahabatnya. Dan walaupun Radit punya wajah yang tampan, tapi dia nggak suka mempermainkan hati seorang wanita.✳✳✳
Dengan menaikkan sepeda motor Radit telah sampai di sebuah kafe yang direncanakan Leo.
Kemudian Radit duduk. "uda lama nunggunya?". Tanya Radit.
"Lumayan lah, tapi nggak usa dipikirin". Jawab Leo.
"itu gimana soal Fareel, uda kelar urusannya" tanya Radit. "uda lebih 3 minggu loh ini"
"untuk itulah gue ngundang lo kesini, gue uda bingung banget, uda kehabisan cara, Ezra itu bukan seperti cewek yang lain". Jawab Leo. "kek nya Fareel harus turun tangan sendiri deh"Radit merenung sejenak, mungkin dia punya ide, atau t'lah kehabisan ide juga seperti Leo.
"gue pernah diposisi Fareel, tapi buruknya gue nggak pernah ada diposisi lo, menurut gue ini sulit banget" ucap Radit. "tapi lo uda coba cara klasik? "
"klasik?" ucap Leo kebingungan.
"iya klasik, kadang cewek yang nggak biasa harus dikasi cara seperti itu, gue sering lihat di film 90an." ucap Radit.
"caranya?" tanya Leo lagi.
Radit mengusap-usap rambutnya "gue kirain lo ngerti dari tadi, haha" ucapnya sambil tertawa kecil. "caranya itu dengan surat, lo kan pinter nulis, terus buat seolah-olah Fareel yang menulis surat itu untuk.... siapa itu, lupa gue"
"Ezra" ucap Leo.
"Hmm, dan buat surat ini seindah mungkin, sampai dia membacanya tersenyum-senyum sendiri, gue tau lo pasti bisa. Dan kalau cara ini gagal, cara terakhirnya gue sependapat dengan lo, Fareel harus turun tangan sendiri.."
"Boleh juga idenya, memang ya pengalaman lo banyak banget soal cinta"
Ucap Leo.
"satu lagi yang perlu lo lakuin, yaitu jangan ada keraguan, semakin lo ragu semakin juga lo akan lebih lama diposisi ini" ucap Radit.
"gue akan coba semampu gue".✳✳✳
Leo mengangkat tangannya, lalu memanggil pelayan kafe..
"lo mau pesan apa dit?" tanya Leo.
Radit masih melihat menu makanan.. "kek nya gue minuman aja deh, nggak lapar" jawab Radit.
"Hmm, okelah, gue pesan makanan ringan aja ya." ucap Leo.
"jadi maunya pesan apa ini mas?" tanya pelayan itu.
"saya pesan kopi yang ini dua, sama yang ini satu". Ucap Leo sambil menunjuk daftar menunya.
"Oke"
"Leo gue mau nanya.. Lo sebenarnya pernah nggak pacaran" tanya Radit dgn wajah bingung.
"sampe berapa kali sih gue harus bilang sama lo, gue itu nggak pernah pacaran". Jawab Leo.
"terus Alda itu siapa mu?" tanya Radit.Leo diam beberapa detik setelah mendengar nama itu.
Kok Radit tiba-tiba ngomongin Alda.. Ucap batin Leo.
"Alda yang mana ya?". Tanya Leo yang seolah-olah tidak tau.
"Alda teman kita dulu, yang sekolah di Singapura" jawab Radit. "lo uda lupa sama dia, padahal dulu kalian kan deket. Yah gue mikir sampai sekarang kalau kalian berdua pernah pacaran."
"gue nggak mungkin bakalan lupa sama dia, dan gue nggak pernah pacaran sama dia" ucap Leo tegas.
"seriusan?". Tanya Radit.
Leo menghela napas. "Dulunya Alda memang pernah dekat sama gue, dia yang buat gue semangat, dia yang menerangi hati gue, dia segalanya bagi gue". Jawab Leo dengan pandangan kosong. "kalau orang mikir kalau gue sama Alda itu pacaran, sebenarnya itu nggak salah, dulu gue nembak memang Alda"
"Lo diterima?" potong Radit.
"dengar dulu". Bentak Leo. "Alda nggak nolak gue, anehnya dia nggak nerima gue. Kata dia sih dia nggak mau pacaran dulu, sekolah nomor 1. Yah disitu gue sependapat dengan dia. Dan gue masih nggak percis pada malam itu dia bilang kek gini ke gue."Leo maaf ya, bukan nya aku mau nolak kamu, tapi aku mau fokus sekolah dulu. Aku cinta kok sama kamu dan kalau kamu bisa sabar sedikit, perasaan ini tetap akan sama kok, aku janji. Kita t'lah terikat namun tak satu, aku tahu kamu pasti mengerti tentang itu."
"kurang lebih dia bilang gitu lah". Ucap Leo.
"kelanjutannya gimana lagi, apa janji itu tetap kokoh" tanya Radit yang kelihatan amat penasaran.
Pandang mata Leo sinis. "Lo emangnya pengen tahu banget ya".
Radit menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Kek nya seru gitu".Pesanan telah tiba sebelum Leo ingin melanjutkan bicaranya.
Dan Alda yang sedang mereka bicarakan iyalah teman mereka dulu sebelum pergi ke Singapura. Dia pindah sekolah, karna keinginan orang tuanya untuk menyekolahkan anaknya hingga kuliah di Singapura, dan Alda pindah waktu sekolah ingin memasuki kelas XI. Kebetulan pamannya ada yang tinggal/ menetap di Singapura.
Walaupun Leo dan Alda belum pacaran, tapi ntah kenapa berita ini sangat berat diterima Leo."gimana lagi ceritanya". Tanya Radit lagi. "jangan buat penasaran lah, gue kan sahabat lo juga, nggak usa ditutup-tutupi".
"oke gue bakalan cerita, agak sedikit curhat lah". Ucap Leo. "selanjutnya kan gue nerima kabar kalau dia bakalan pergi ke Singapura. Lo tahu lah pasti berat rasanya dan dia tegasin sekali lagi soal ucapannya.""Leo masih ingat janji kita kan, ini lah sedikit alasan kenapa gue nggak bisa pacar karena LDR itu pasti berat untuk kita. Kamu masih bisa nunggu aku kan? "
"itulah dibilang dia waktu di bandara sebelum take off"
"Terus gimana lagi, apa hubungan kalian berdua baik-baik aja?". Tanya Radit sambil menyeruput kopinya.
Leo menghela napas lebih dalam untuk melanjutkan ceritanya. "awalnya hubungan baik-baik aja, bulan pertama masih telepon, chattan dan video call, bulan kedua masih sama seperti bulan pertama, bulan ketiga lebih agak jarang, kalau kutannya kenapa, jawabnya ada praktik dan ekstrakurikuler. Bulan ke empat membaik, bulan ke lima ini lah masa tersulit". Leo menarik napas, matanya agak berkaca-kaca.
Radit diam sejenak, dia seperti merasa bersalah karena telah mengungkit kembali masa lalu Leo. "apa Alda mengingkari janjinya?". Tanya Radit.
"tebakan lo benar, melalui e-mail dia mengirim pesan yang menandakan kalau dia ingin janjinya itu tidak perlu diungkit kembali, saat itu gue nangis , karena nggak percaya gue akhirnya menelepon langsung. Ternyata yah keadaan memang begitu, kutanya mengapa,, jawabnya agar gue cari yang lain saja, tak sampai disitu gue juga bertanya kek gini".Apakah ada orang ketiga diantara kita?
"Tanpa menunggu dia menjawab gue uda tahu dia mau bilang apa"
'tidak, tak ada orang yang aku cintai disini, karena tujuan utama ku untuk belajar.'
"Alasan dan jawaban yang diberikannya sungguh tak sanggup gue terima pada waktu itu, cukup lama waktu itu untuk gue move on, tapi gue nutupin ini semua dari kelen". Ucap Leo panjang dengan mata yang masih berkaca-kaca.
Radit memukul pundak Leo untuk menenangkan perasaannya. "Sabar aja lah, terkadang kita akan lebih kuat jika kita mendapatkan tantangan yang lebih berat, buat ini jadi pelajaran" ucap Radit. "Kalian masih pernah berhubungan lagi?".
Leo mengangguk dan tersenyum. "sampai sekarang sih masih, tak mungkin gue seegois itu, gue terima semua dengan lapang dada".
Radit bertepuk tangan kecil "gue suka gaya lo" ucap Radit. "misalnya Alda masih cinta sama lo, ini misalnya aja ya, lo masih mau?" Tanya Radit.
Leo berfikir beberapa detik. "biar waktu ajalah yang menjawab, lagian kek nya peluangnya sedikit". Jawab Leo.
"Dari tadi gue dengar lo bicara kayak uda ada yang gantikan si Alda itu" ucap Radit sinis.
"Yang hari itu ada sih, tapi udalah... Nggak usa bahas itu juga" ucap Leo.
"Yaudah habisin minum lo biar pulang, uda mau gelap, padahal aku tadi cuma mau minta tolong doang, ehh lo belokin ke Alda".
Radit tertawa "hahaha, lo sih nggak cerita dari dulu" ucap Radit. "Dan semoga sukses untuk misinya."♥♥♥
"Tujuan utama pergi ke sekolah adalah belajar, dan jika kamu mendapatkan pacar, ingatlah bahwa itu bukan tujuan utamamu, anggap saja itu hadiah kecil dari sedikit doamu"
-Leo Nardo Sinaga-