Email dari Masa Depan

341 35 0
                                    

Tahun 2024

"Selamat siang, semuanya. Sekarang akan saya bacakan urutan untuk pidato hari ini. Dari mulai yang pertama Pak Sukma, lalu Pak Adimulya, Pak Dharma dan terakhir Pak Dannis."

"Tidak kusangka kita berdua benar-benar ada di sini, Dan."

"Ya. Padahal dulu kamu berkata tidak tertarik pada dunia politik."

"Masa depan memang tidak pernah bisa diprediksi."

"Ah, bilang saja kamu hanya ikut-ikut aku karena tidak mau kalah haha."

"Awalnya bisa jadi begitu ya. Tapi ujung-ujungnya aku justru tertarik untuk maju menjadi walikota juga."

"Mungkin teman-teman kita yang menonton akan tertawa-tawa melihatnya. Mereka pasti berkata 'Double D lagi-lagi memperebutkan sesuatu yang sama'!"

"Hahaha itu sudah pasti. Tapi aku harap persahabatan kita tidak akan berhenti sampai di sini."

"Tentu saja. Kita sudah terlalu banyak memakan asam garam bersama."

"Mari berkompetisi dengan adil lagi."

"Ya."

Tahun 2016

"Jumlah vote untuk Dharma dua ratus empat puluh delapan. Itu berarti ketua himpunan FISIP tahun ini adalah Dharma!"

Semua orang bertepuk tangan mengiringi langkahku saat naik ke atas podium. Aku menyalami sang MC acara hari ini sembari mempersiapkan diri untuk memberikan sepatah dua patah kata sebagai ketua himpunan mahasiswa yang baru.

'Dharma! Dharma!' Sejak tadi suara-suara yang meneriakkan namaku tidak henti-hentinya terdengar. Aku tidak tahu siapa saja mereka yang melakukan itu. Yang kutahu salah satunya adalah Dannis, sahabat baikku.

"Selamat, Dhar! Ah!! Lagi-lagi aku kalah darimu ya. Hanya selisih lima vote lho, lima! Ahh!" Dannis menggaruk-garuk kepalanya sendiri. Terlihat kesal namun dia tetap bercanda seperti biasa.

"Mungkin itu karena jumlah penggemarmu masih lebih sedikit dari padaku," bisikku.

"Tapi, jumlah mantanku di fakultas saja masih lebih banyak dari padamu!"

"Itu masalahnya! Mantan-mantanmu pasti memilihku karena mereka masih menyimpan dendam padamu."

"Ah, iya juga ya. Jadi cowok keren memang susah."

"Dasar narsis!"

Aku dan Dannis adalah dua bersahabat yang cukup tenar di kampus. Orang-orang bilang kami berdua memiliki penampilan yang lumayan, hampir setiap bulan pasti ada mahasiswi yang menyatakan cintanya pada kami. Selain itu juga kami merupakan mahasiswa berprestasi yang tidak pernah mau kalah dalam akademik maupun dalam berorganisasi. Jadi, sudah jelas itu kenapa orang-orang terutama di fakultas sudah tidak asing lagi pada kami. Bahkan mereka memberi kami sebutan Double-D, untuk Dharma dan Dannis.

Selain itu, lucunya lagi aku dan Dannis memang sudah bersahabat sejak SMA. Saat itu kami merupakan tiga bersahabat, tapi kami harus menelan rasa pahit kala sahabat kami yang bernama Made harus meninggal karena kecelakaan. Tentu saja kami jadi tidak bisa menepati janji akan masuk ke universitas yang sama bertiga. Tapi aku bersyukur Dannis masih menepati janjinya.

Sejak SMA pula Dannis bukan hanya menjadi seorang partner bagiku, tapi juga merupakan seorang rival terkuat. Kami selalu berlomba-lomba dalam berbagai hal. Tentu saja berkat daya saing Dannis yang tinggi, aku selalu tidak ingin kalah dan mungkin berjuang lebih keras. Meski pada awal masuk SMA aku selalu kalah, tapi tahun-tahun berikutnya aku lebih banyak menang dari Dannis. Tapi, meskipun begitu persahabatan kami berdua tidak pernah tergoyahkan oleh apapun.

Other DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang