Seri HSS - Dream Machine

50 8 4
                                    

Happiness Support System Co.,Ltd

Dream Machine

Selamat datang di HSS Indonesia. Kami hadir untuk memberikan solusi terbaik bagi kehidupan Anda. Menawarkan inovasi yang terlahir dari kepedulian kami terhadap kebahagiaan semua orang. Rasa takut, cemas, sedih, adalah musuh tak kasat mata yang harus dihadapi kita semua. Dan kami ada di tengah Anda, untuk sama-sama berjuang, demi merasakan hidup yang lebih baik.

Beberapa tahun ke belakang, Indonesia sedang berada di titik terburuk sejak memasuki abad ke 21. Dari mulai pandemi yang meresahkan selama dua tahun. Kemudian disusul dengan keributan pasca lahirnya undang-undang baru-yang mendapat kecaman dari para buruh. Tak hanya sampai di sana, presiden yang menjabat pada masa itu pun didemo besar-besaran. Mendapatkan protes, hingga paksaan untuk lengser dari jabatannya. Keadaan yang sudah tidak kondusif, akhirnya memaksa beliau untuk pensiun sebelum waktunya, dan diganti oleh seseorang yang katanya lebih baik. Namun ternyata, masalah negara ini tidak bisa selesai hanya dengan seperti itu. Masih banyak bibit-bibit penyakit yang tetap tinggal. Bertahan di tengah perlindungan kekuasaan dan harta. masih leluasa menggerogoti apa yang seharusnya menjadi hak rakyat.

Aku tidak bisa membahas hal itu lebih lanjut. Karena bagaimana pun, aku hanya rakyat kecil yang mencoba bertahan hidup di tengah negara ini. Tempat di mana kami yang miskin hanya perlu bergerak mengikuti arus. Mencoba untuk tidak keluar jalur, apalagi sampai berbalik arah melawan dengan aturan yang ada. Kami hanya berharap masih bisa memenuhi kebutuhan perut setiap harinya.

Dua ribu dua puluh tujuh. Kuharap tahun yang baru saja seminggu berganti ini bisa menawarkan kehidupan yang jauh lebih baik.

"Kamu itu sudah berapa tahun sih kerja di sini? Bukan anak baru yang masih perlu pengarahan, kan? Kerja kayak gitu aja gak becus. Perlu saya keluarkan SP tiga sekarang, hah?!"

Kulirik ke arah jam tangan. Masih pukul delapan, tapi si direktur setan itu sudah mengeluarkan taringnya. Bikin mood hancur saja. Bukannya aku tidak merasa iba pada rekan kerjaku itu, tapi aku pun berhak mendapatkan suasana nyaman saat kerja. Bukan justru mendengarkan orang marah-marah di tengah ruangan yang tidak seberapa luasnya ini.

"Sst! Bro, si Pak Joko kenapa lagi sih itu?" bisik Anton yang duduk di sampingku. Aku menoleh padanya dengan malas.

"Mana gue tau. Lu tanya sendiri sono ke Baginda." Itu sebutan kami untuk si direktur setan.

"Ngaco, lu! Eh, tapi denger-denger Pak Joko lagi banyak masalah di keluarganya. Dari beberapa hari lalu dia ngelakuin kesalahan melulu. Bahkan dalam satu bulan sampai dapat dua kali SP."

"Lu kenapa harus nanya ke gue sih, kalau udah tau lebih banyak?"

"Bagas!" Oh, Shit! Bulu kudukku seketika berdiri saat mendengar namaku disebut.

"Iya, Bag- ehem. Pak."

Aku bergegas melangkah ke tempat kejadian perkara. Tekanan yang terasa semakin besar, tiap kali aku mendekat ke sana. Kurasa semua orang diam-diam sedang mencuri pandang ke arahku.

"Iya, ada apa, Pak?" Padahal aku tidak merasa melakukan kesalahan. Tapi tetap saja merasa cemas.

"Mulai sekarang, kamu saja yang urus EXIM. Biar Pak Joko yang urus supplier lokal."

"Baik, Pak."

"Kamu jangan mentang-mentang senior di sini, jadi bisa seenaknya!" bentaknya lagi pada Pak Joko yang sudah tak berdaya. Kini aku iba melihatnya. Meski dia memang bukan sosok senior yang bisa aku segani.

Other DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang