"Lho, jadi Anda benar-benar Pak Suryadi?"
"Iya. Kamu benar-benar sudah lupa siapa saya? Dasar aneh kamu ini." Lelaki itu tertawa sementara aku hanya tertegun karena bingung. "Ada apa, Ren?"
"Ah, tidak apa-apa, Pak."
"Hem... kenapa ya semua kenalanku yang bertemu di sini selalu saja terkejut. Bahkan mereka langsung kabur seperti melihat hantu."
"Ya... bagaimana ya, Pak. Jujur saja saya pun sedikit terkejut jika bertemu dengan orang yang sudah meninggal," aku kesulitan memilih kata.
"Ah kamu ini bercandanya bisa saja."
Pak Suryadi malah menepuk bahuku lalu tertawa dengan keras. Aku jadi berpikir apa jangan-jangan dia tidak sadar kalau sudah meninggal? Tapi bagaimana bisa?
"Bagaimana bisa bapak ada di sini?" tanyaku penasaran.
"Entahlah. Setelah bangun tidur tiba-tiba saya sudah ada di sini karena diundang seorang teman."
"Oh begitu."
"Tempat ini benar-benar menakjubkan, ya! Kalau bisa saya ingin terus berada di sini."
Aku hanya menangguk-angguk setuju, karena memang mengerti benar apa yang dirasakan oleh Pak Suryadi. "Tapi, ngomong-ngomong bapak sudah berapa lama ada di sini?"
"Ah baru juga beberapa jam. Inginnya sih berlama-lama di sini, tapi sebentar lagi harus ke kantor, bukan? Ditambah lagi si anak baru yang masuk kemarin belum saya berikan pengarahan apapun."
Aku terdiam sejenak. Semua ini mulai terasa aneh. Pertama, Pak Suryadi tidak sadar bahwa dia sebenarnya sudah meninggal. Dan kedua, dia tidak sadar waktu sudah lama berlalu sejak kedatangan para pegawai baru. Aku jadi semakin yakin bahwa sebenarnya dia sudah berada di Dreamland lebih lama daripada yang dia ingat. Tapi bagaimana bisa semua terjadi...
"Hah, di sini nyaman sekali ya, Ren?" Dia mengulangi pertanyaan serupa.
"I-iya, Pak. Rasanya ingin terus berada di sini."
"Pinta saja kepada wanita yang bertugas menjagamu."
"Maksud bapak?" aku masih tidak mengerti.
"Tadi aku pun berpikir sepertimu. Ingin terus berada di sini dan melupakan dunia luar. Dan wanita yang menjadi penjagaku berkata aku hanya perlu memintanya. Jadi, barusan aku meminta agar diperbolehkan untuk berada di sini selamanya."
Kulihat Pak Suryadi tenggelam dalam pikirannya sendiri. Kini aku pun melakukan hal yang serupa. Tapi, dalam benakku semua ini mulai memberikan perasaan seram. Entah kenapa aku jadi berpikir kematian Pak Suryadi berkaitan dengan hidupnya di Dreamland ini. Ditambah lagi kematiannya yang tiba-tiba semakin membuatku yakin bahwa dia memang benar-benar tidak sadar telah bunuh diri. Membuat dirinya terus abadi di dalam Dreamland dan meninggalkan kehidupan aslinya di dunia nyata. Jika semua itu memang benar, itu berarti jika aku terus terbuai dengan kebahagiaan yang tidak nyata ini, aku pun benar-benar akan mati...
Angin yang selalu berhembus dengan lembut kini terasa menusuk dadaku. Sepertinya aku mulai tersadar bahwa kebahagiaan yang selama ini menina bobokanku tidaklah nyata dan justru berusaha membunuhku perlahan. Kini aku merasa semakin tidak nyaman dan ingin segera terbangun agar bisa kembali ke dunia nyata. Tapi... aku tidak tahu harus bagaimana.
"Ada apa, Rendy?" si wanita memegang pundakku. Kali ini aku sedikit terkejut. "Apa ada yang salah? Wajahmu terlihat pucat."
Aku tidak bisa menjawab apapun. Masih terus berpikir bagaimana caranya bisa kembali dan menyudahi mimpi ini. Kali ini tempat yang semula membuatku merasa nyaman, kini justru memberikan perasaan tidak nyaman. Diriku semakin tidak tenang dan sudah tidak berpikir untuk berada di sini lebih lama lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Other Dimension
Short StoryKumpulan cerita pendek yang akan membawamu pergi menuju tempat yang akan mengubah pandanganmu terhadap dunia. Mungkin kamu akan berpikir bahwa semua ini hanyalah khayalan semata. Namun aku tidak pernah berpikir bahwa semuanya mustahil untuk terjadi...