Email dari Masa Depan - 2

341 41 12
                                    

'Apa yang terjadi padaku? Lalu apa kamu bermaksud menolongku untuk mengubah masa depan?'

'Kamu dibunuh oleh seseorang yang membencimu. Saat itu kamu sedang di perjalanan pulang dari kantor bersama Indri. Dia bilang tiba-tiba beberapa orang pria mencegat mobilmu dan menusukmu. Hanya sekedar informasi. Indri yang kubilang adalah Indri yang kita kenal saat kuliah. Dia menjadi isterimu di masa depan.'

Apa??! Rasanya aku ingin berteriak sekeras-kerasnya. Kini jantungku bertalu dengan kencang sekali. Kepalaku mulai pusing memikirkan hal yang seharusnya tidak perlu aku tahu. Kini aku jadi semakin tidak tenang dan tentu saja ingin mengubah masa depan agar aku tidak perlu mati semuda itu.

'Lalu, kenapa kamu mengirim email padaku? Kenapa tidak padaku di beberapa hari yang lalu saja?'

'Karena aku baru sadar siapa identitas pelaku yang membunuhmu. Dia adalah mantan dari Indri yang mungkin belum kamu kenal, tapi tak lama lagi kamu akan bertemu dengannya. Sebenarnya kamu akan terlibat perkelahian dengannya. Kamu memang menang, tapi tampaknya orang itu masih menyimpan dendam padamu, karena selain merasa Indri telah direbut olehmu, dia juga sempat diskorsing karena kamu mengungkap kegiatan gelapnya saat memperjualbelikan narkoba.'

'Lalu apa yang sebaiknya aku lakukan? Aku tidak ingin semua itu terjadi!'

'Aku akan terus menghubungimu melalui email. Dan kamu lakukanlah apa-apa yang kuperintahkan. Akan aku buat kamu tidak melakukan kesalahan yang sama lagi. Karena aku tidak ingin kehilangan sahabatku lagi...'

Sejak saat itu aku tidak pernah berhenti memegang handphone dan bersiaga kalau-kalau email baru datang. Dannis di masa depan benar-benar membantuku untuk menghindar dari masalah. Sepertinya Dannis yang ada bersamaku mulai merasakan keanehan, tapi aku sudah janji tidak akan memberitahukan hal ini padanya.

Satu minggu sejak mulai berkirim email dengan Dannis di masa depan, aku akhirnya bertemu dengan Tio, mantan Indri yang diberitahukan Dannis. Dia beserta anak buahnya mencegatku saat sedang pulang dan mengancam jika aku terlihat dekat dengan Indri. Padahal aku sudah berusaha menghindar. Tapi aku tahu Indri tampaknya menaruh perasaan padaku dan berusaha mengatakan cintanya. Namun aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

'Tadi sore Tio dan gengnya mencegatku saat pulang.'

'Apa? Kenapa hal itu bisa tetap terjadi? Seharusnya aku bisa membuatmu tidak terlibat masalah dengan Tio. Kalau tetap seperti ini besok kamu akan mengalami hari yang berat.'

'Apa yang terjadi? Apa tidak ada sesuatu yang bisa aku lakukan?'

'Besok indri seharusnya menemuimu lagi. Dia akan mengatakan cintanya padamu lagi dan Tio sepertinya melihatmu. Saat pulang sekolah kemungkinan besar kawanannya akan mencegat dan menkroyokmu. Sebaiknya kamu berhati-hati, kawan!'

Berkat kata-kata Dannis, aku semakin terlihat waspada dan aneh di mata orang lain. Aku bahkan sedikit menghindari siapapun yang datang mendekat. Meski begitu aku tetap tidak bisa menghindari Indri yang datang padaku. Dia memaksaku untuk mendengar kata-katanya, sementara aku terus berusaha untuk pergi sampai-sampai membuatnya menangis.

Kupikir aku bisa memperbaiki keadaan. Tapi, nyatanya apa yang dikatakan Dannis lagi-lagi terjadi. Salahku sendiri saat itu berjalan pulang seorang diri. Kini lima orang kawanan Tio menyeretku ke sebuah daerah sepi. Mereka mulai memukuliku. Tio terus bercuap meski aku tidak mempedulikan apa yang dia katakan.

Saat di SMA, aku sempat belajar karate. Seharusnya aku bisa menang dengan mudah saat ini, tapi aku benar-benar ingin masa depan berubah. Mungkin dengan membiarkan Tio puas memukuliku, dia tidak akan terus dendam padaku hingga ke masa depan. Aku tidak peduli dengan apa yang dia lakukan dengan kegiatan kotornya. Setelah ini aku berpikir untuk tidak pernah lagi berurusan dengannya.

Other DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang