"Rendy," sebuah suara yang lembut berbisik di telingaku. "Rendy."
Aku berusaha membuka mata dengan susah payah. Kupikir ada orang yang masuk diam-diam ke dalam rumah. Tapi aku pikir tidak mungkin seperti itu karena saat kubuka mata, yang kulihat hanyalah hamparan padang rumput menghijau yang luas. Sepertinya aku sedang bermimpi.
"Kamu sudah bangun?" suara yang sama kembali terdengar. Aku menolehkan wajah ke arah sumber suara dan langsung tersentak karena terkejut.
"Ibu?" seruku.
Wanita yang kupanggil tersenyum dengan sangat lembut. Sementara aku berlari ke dalam pelukannya sembari menangis seperti anak kecil.
"Ada apa, sayang?" tanya Ibu dengan wajah yang tidak pernah kehilangan senyumnya. Aku pun tidak bisa untuk tidak mulai bercerita. Kucurahkan semua keluh kesah yang selalu menghambat hatiku hingga puas. Sementara ibu hanya mendengarkan dengan seksama sembari mengangguk-angguk dan mengelus kepalaku.
"Aku tidak pernah membayangkan bahwa hidup akan jadi sesulit ini, bu," ucapku untuk mengakhiri cerita.
"Kamu sudah berjuang keras, nak. Tapi berhati-hatilah, karena,"
Belum selesai ibu berkata, sebuah angin kencang berhembus membuat mataku terpejam dengan spontan. Rasanya ada pasir yang masuk dan membuat mataku perih. Saat kubuka mata kembali, sosok ibu sudah menghilang di hadapanku. Tentu saja aku panik dan mulai berdiri untuk mencari di mana ibu berada.
"Ibu? Ibu?"
Aku terus mencari, tapi tak kunjung bisa menemukan keberadaan wanita yang paling kusayangi itu. Hingga tiba-tiba, seorang wanita muda mendadak muncul menghalangi jalanku. "Tenanglah, Rendy," ucapnya dengan lembut. "Ibumu akan kembali," tambahnya lagi.
Rasanya aku ingin marah, tapi semilir angin sejuk membuat emosiku padam dan menjadi tenang dengan seketika. Aku pun menunduk sesaat. Aku merasa sedih karena hanya bisa bertemu sesingkat itu dengan ibu yang telah lama aku rindukan. Tapi setelah bercerita banyak, berhasil membuat perasaanku menjadi jauh lebih lega. Mungkin nanti aku akan bertemu lagi dengannya, pikirku.
"Jangan khawatir," sang wanita kembali berbicara. "Sampai ibumu kembali, aku yang akan menemanimu di sini."
"Siapa kamu?" itulah kata-kata pertama yang dapat aku ucapkan padanya. Tentu saja hal itu wajar diucapkan kepada orang yang tidak kukenal tapi seakan sudah lebih dulu mengenalku entah sejak kapan.
Wanita cantik itu tidak langsung menjawab. Dia hanya tersenyum dengan manis. "Aku salah satu penjaga tempat ini," jawabnya singkat.
"Tempat ini?" aku menolehkan kepala ke kiri dan ke kanan. Entah sejak kapan banyak orang di sekitarku. Sepertinya aku tidak sadar karena terlalu fokus mencari ibu. "Tempat apa ini?"
"Tempat impian di mana kamu hanya akan merasakan kebahagiaan. Kami semua menyebutnya Dreamland."
"Dreamland?!" Sedikit terkejut aku mendengar penjelasan si wanita. Entah semua ini hanya kebetulan, atau mimpi yang muncul karena aku terlalu mengidamkan tempat ini sejak kecil? Tentu saja hal ini tidak dapat langsung dipercaya oleh logika orang dewasa seumuranku.
Masih dengan wajah penuh tanya, kembali kuamati sekitar. Kini aku benar-benar baru bisa menyadari keindahan tempat ini. Padang rumput hijau yang terbentang luas, bunga-bunga cantik yang bertaburan di atasnya, pepohonan lebat dengan buah segar turut menghiasi tempat ini. Sungai bening pun menambah rasa nyaman yang aku rasakan. Kucoba memejamkan mata sesaat. Berusaha menikmati rasa nyaman yang sudah lama sekali tidak pernah aku dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Other Dimension
Historia CortaKumpulan cerita pendek yang akan membawamu pergi menuju tempat yang akan mengubah pandanganmu terhadap dunia. Mungkin kamu akan berpikir bahwa semua ini hanyalah khayalan semata. Namun aku tidak pernah berpikir bahwa semuanya mustahil untuk terjadi...