06

10 4 0
                                    

Sementara Rhein, ternyata secara diam diam dia juga memperhatikan Kanaya yang tengah tersenyum akibat ulahnya, dan secara tidak langsung dia juga ikut tersenyum.

Baginya senyuman ini sudah lama tidak ia dapatkan, sejak dirinya masih kecil. Ketika kondisi keluarganya masih harmonis, tapi semenjak kedua orang tuanya bercerai. Senyumannya pun turut menghilang.

Dan membuatnya berubah menjadi laki laki yang dingin dan cuek. Tapi sepertinya sekarang dirinya sudah merasa lebih baik, semenjak kehadiran Kanaya.

Meskipun dirinya dan Kanaya sering berdebat, tapi dia menyukai hal itu. Karena baginya, ketika Kanaya sedang kesal itu akan membuat wajahnya lucu.

Dan itu juga sering membuat Rhein tersenyum tanpa Kanaya ketahui. Memang terasa aneh, tapi itulah yang Rhein rasakan. Berada di dekat Kanaya bisa membuatnya bahagia, sekaligus kesal. Meskipun awal pertemuannya tidak terlalu mengesankan.

Sedangkan Kanaya sendiri, dia masih bingung tentang Rhein. Terutama tentang sikapnya yang tak menentu, terkadang ketus dan cuek tapi juga bisa baik dan lucu.

Lucu?? mungkin kata itu memang tidak tepat bagi orang sepertinya. Bagaimana tidak, dari penampilannya saja sudah berantakan. Tapi jika sudah dekat dengannya barulah orang tau seperti apa sikapnya yang sebenarnya.
                              ***
Sedari tadi mereka berdua hanya melamun dengan pikirannya masing masing. Hingga akhirnya guru pun membuyarkan lamunan mereka
" Baik anak anak, ini pr matematika untuk kalian dan ingat besok sudah harus dikumpulkan " . kata guru itu sambil keluar pergi.

                                 ***
Kanaya yang mendengarnya langsung tersentak kaget, bagaimana tidak ? Apa yang gurunya jelaskan saja dua tidak mengerti. Sementara orang yang ada di sebelahnya hanya memasang ekspresu datar.
" Rhein, bagaimana ini ? " .
" Apanya yang bagaimana ? " .
" Prnyaaa " . sambil menyodorkan buku tulis

Rhein memperhatikan soal itu selama beberapa menit, lalu dengan cepat langsung mengambil pensil dari tangan Kanaya
" Ihhhh kasar banget si ambilnya ! Bilang minjem juga enggak " . ketusnya
" Iya iya.....gue minjem yaaaaa....udah ? " .
" Tauah " .
" Udah bilang minjem masib aja marah, cepet tua lo nanti " .
" Apa lo bilang ?? Rhein pliss....lo jangan buat gua naik darah ok. Gue lagi males banget berdebat sama lo yang ga ada ujungnya itu " .
" Iya dehh maaff.....Tapi ngomong ngomong lo mau ga kalau prnya gue yang kerjain ? " .

Mendengar perkataan Rhein, mata Kanaya langsung membulat
" Apa ?? Gue ga salah denger ni ?? Orang kaya lo memangnya bisa mengerjakannya ? " .
" Jangan meremehkan orang dulu, liat aja cuma dalam beberapa menit. PR lo akan selesai " .

Tanpa banyak bicara lagi, Rhein langsung mengerjakan pr Kanaya dengan sangat serius. Sementara Kanaya, dia sesekali melihat ke arah jam untuk menghitung seberapa cepatkah Rhein bisa mengerjakan prnya itu.

15 menit kemudian...

Tidak butuh waktu yang lama untuk Rhein bisa menyelesaikannya. Karena baginya soal soal itu sangat mudah.
Sementara bagi Kanaya, soal soal itu sudah seperti sesuatu yang menyeramkan sehingga dia tidak akan bisa mengerjakannya.

Tapi bagi Rhein itu adalah sesuatu yang mudah, mungkin jika mengingat sekilas tentang sikap dan penampilannya, sama sekali tidak terlihat seperti anak pintar. Namun sebenarnya jauh dari sebelumnya disekolah yang dulu dia adalah siswa yang berprestasi.
                               ***
Setelah selesai mengerjakan pr, Rhein langsung membereskan buku bukunya mengingat sekarang sudah jam pulang sekolah.
" Nay, ini pr lo udah gue selesain " . sambil menyerahkan kepada Kanaya.
" Ha? ohh udah ? " . jawabnya kebingungan
" Iya udah. Tapi ngomong ngomong lo kenapa jawabnya kayak orang kebingungan gitu ? " .
" Gue ngantuk banget nii...... Hoammm " .
" Yaudah kalau gitu lo pulangnya gue anterin aja. Gimana ? " .
" Apa ? enggak " .
" Sok soan ga mau....padahal dalam hati lo sebenarnya mau kan ? "
" Ishhh apaan si. Sok tau " .
" Udahhh ayo " . Jawab Rhein sambil menarik tangan Kanaya.

                                  ***
Setelah sampai di rumah Kanaya....
" Nay, udah sampai ni. Ayo turun " .
Tidak ada jawaban darinya, hal itu lantas membuat Rhein bingung. Ditambah lagi, ia merasa ada beban yang menempel di punggungnya.

Akhirnya dengan sangat malas dia mulai menengok ke arah belakang, dan melihat kalau Kanaya sedang tertidur di punggungnya.

           

You Change My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang