23

7 2 0
                                    

Nyaman...mungkin itu satu kata yang pas untuk suasana hatinya. Ini merupakan perasaan yang belum pernah ia rasakan sama sekali, tapi kenapa ia harus merasakannnya ketika bersamanya.

" Kan langsung diem " . dengan tangan yang masih memegan punggung Kanaya

" Rhein...tolong lepasin...ga enak nanti diliat sama orang " . ucapnya lirih
" Orang? Emang ada siapa lagi disini selain kita ? " .
" Tapi gue mohon tolong lepasin....g...gue g...ga...bi...bisa nafas " . ucapnya bohong agar Rhein melepas pelukannya.
" Tidak....dan tidak akan " .

Dia benar benar sedang malas untuk berdebat, tapi mau tidak mau sepertinya itu hal yang wajib dilakukan jika bersama dengan laki laki keras kepala ini.

" Lepaskan atau..... " . Ia menggantungkan kata katanya
" Atau apa ?? " .
" Atau aku akan melakukan ini padamu " .

Kanaya langsung mencubit perut Rhein, hingga membuatnya kesakitan dan melepaskan pelukannya.
" AW ! " .
" Bagaimana??? apa kau mau lagi ? " .
" Tidak tidak ! Satu saja sudah cukup. Asal kau tau itu tadi sangat sakit " .

Yang diajak bicara hanya tertawa, tidak perduli dengan omelan yang dilontarkan oleh laki laki itu.

Melihat gadis itu tertawa sudah cukup baginya untuk bisa merasa bahagia. Karena selama ini, ia hanya bisa membentaknya dengan kasar dan selalu bersikap dingin.

Tanpa disadari ia juga ikut tertawa, mereka berdua sama sama larut dalam kebahagiaan.

Sementara itu dibalik pintu, terlihat seorang perempuan sedang mengintip kedua insan tersebut.

Perempuan itu menatapnya dengan tatapan yang sama sekali terlihat kalau ia tidak jika laki laki yang dicintainya bahagia dengan orang lain selain dirinya.

" Mungkin sekarang aku mengijinkan kalian untuk saling bersama terlebih dahulu....Tapi liat saja apa yang nanti akan terjadi. Akan ku pastikan salah satu dari kalian akan pergi untuk selamanya dan tidak akan bersama lagi " . Gadis itu memasang senyum sinis dan berlalu pergi.

Di lain sisi, rhein dan kanaya masih menikmati kebersamaan mereka berdua, meskipun kini keduanya saling diam. Canggung.....mungkin itu yang dirasakan mereka berdua.

Terlebih bagi kanaya, bagaimana tidak....ini adalah kesekian kalinya laki laki itu memeluk dirinya. Meskipun itu bukan pelukan yang tulus tapi entah kenapa itu mampu membuatnya nyaman dan hangat.

Berkali kali ia mencoba melupakan kejadian itu. Tapi semakin dicoba kejadian itu terus berputar di otaknya.

Sementara Rhein, merasa sangat senang apalagi dimana akhirnya ia bisa tertawa lagi. Tawa yang sudah lama kini hilang akhirnya bisa kembali. Itu semua berkat perempuan yang kini sedang melamun entah memikirkan apa.

" Hei....kau melamunkan apa? Aku ya??? " . tanya nya dengan sangat percaya diri
" Dasar tukang kepedean, siapa juga yang ngelamunin lo. Udah dehh jangan berharap yang ga mungkin " .
" Bohong...pasti lo masih kepikiran tentang gue yang tiba tiba meluk...." . ucapannya sengaja ia hentikan dan kemudian memasang senyum yang sulit diartikan

" STOP ! Rhein asal lo tau ya...gue itu ga mikirin apapun, bahkan pelukan tadi. Kurang kerjaan banget ya gue kalau masih kepikiran hal konyol kayak gitu " . Ucapnya menggebu sambil menatap Rhein tajam, sedangkan yang ditatap hanya tersenyum manis

" Udahhh jangan bohongg....gue yakin pasti lo masih kepikiran " . masih dengan senyumnya yang manis
" Terserah dehhh.....dan tolong ga usah senyum kayak gitu..Geli gue liatnya " .
" Geli geli nanti malah suka lo " . godanya
" Sekali lo buat emosi gue memuncak...gue pergi. BYE ! " .
" Ehh ehhh nay tunggu...Aduh ! ".

You Change My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang