11

5 3 0
                                    

Sontak itu langsung membuat Rhein semakin emosi, sementara Kanaya dirinya sama sekali tidak merasakan adanya pukulan hingga akhirnya ia memberanikan diri untuk membuka matanya.

Ia terkejut karena dengan berani Aaron menahan tangan Rhein yang sudah siap ingin menamparnya.

" Aaron... lo " . lirihnya
" Lo gapapa kan ? " . tanyanya tanpa melihat Kanaya
" I...iya gue gapapa " .

Kanaya hanya bisa diam karena dirinya terlalu takut, akibat melihat dua laki laki didepannya saling menatap tajam.

" Lepasin... gue mohon " .
" Untuk apa gue lepasin? Apa lo masih mau pukul dia ? Apa lo udah gila ya...bisa bisanya lo ngelakuin ini ke seorang cewek, dan apa otak lo ga pernah dipake buat berpikir dengan benar ? " . tanya Aaron dengan nada kesal

" Heh lo itu cuma murid baru jadi jangan macam macam " .
" Gue ga akan seperti ini, kalau lo juga ga akan ngelakuin hal bodoh dan gila kayak gini. Tapi kayaknya gue percuma juga bicara sama orang kayak lo " . jawabnya sambil melepaskan tangan Rhein

" Ayo " . ajak Aaron kepada Kanaya
" Berani berani nya lo " .

Rhein yang memandangnya langsung menarik baju Aaron dari belakang dan dengan sigap, ia memukul wajahnya. Namun pukulan itu tidak mengenai Aaron melainkan Kanaya.

Sebelumnya Kanaya sudah memiliki firasat yang buruk, dan benar saja seperti dugaannya. Dirinya langsung berdiri di depan Aaron agar bisa melindunginya.

Setelah kejadian itu seisi kantin langsung menjadi hening seketika, sedangkan Rhein dirinya masih tidak percaya dengan apa yang barusan dirinya lakukan.

Berbeda dengan Aaron yang langsung menghampiri Kanaya yang sudah jatuh tersungkur ke belakang. Dengan muka yang sedikit terluka dan air matanya yang menetes.

Dirinya berusaha bangkit dan menatap tajam Rhein, dirinya bisa melihat rasa bersalah Rhein terhadapnya. Tapi dia masih tidak menyangka kalau orang yang ia anggap baik meskipun terkadang menyebalkan, akan melakukan hal yang sangat mengecewakan.

Akhirnya ia pun langsung pergi meninggalkan kanti dengan air mata yang masih mengalir di pipinya. Sementara Aaron, dirinya masih memandang Rhein dengan kesal, dan Rhein langsung berlari mengejar gadis yang sudah ia sakiti.

Langkah Kanaya terlalu cepat, hingga membuat laki laki dibelakangnya susah untuk mengejarnya. Tapi dirinya tidak menyerah hingga akhirnya ia berhasil menarik tangan Kanaya dan langsung memeluknya.

" Maaf....gue bener bener minta maaf " .
" Lepasin! Gue benci sama lo. Lepasin ! " .

Kanaya semakin memberontak untuk bisa lepas dari pelukan Rhein, hingga akhirnya usahanya pun berhasil.

" Buat apa lo disini ? Apa lo mau pukul gue lagi, dan apa tadi itu belum cukup " .

Rhein hanya diam
" Orang nanya tu dijawab....punya mulut kan lo " .
Mendengar perkataan Kanaya, ia langsung menatapnya tajam
" Apa? Kenapa lo menatap gue seperti itu ? Mau marah ? Ayo silahkan...dan juga ada satu hal yang mau gue katakan. Mulai sekarang gue ga akan perduli lagi sama lo dan jangan salahin  kalau nantinya gue juga bisa ngelakuin apa yang lo lakuin " .
" Gue ga perduli lo mau ngomong apa....intinya gue minta maaf " .
"Maaf ? setelah semua yang lo lakukan? dan baru sekarang minta maaf ? " .
" Gue bener bener minta maaf buat semuanya " . lirih Rhein
" Ok...kalau gitu buktikan. Kalau itu cuma bukan  perkataan " .
" Ok akan gue buktikan " .

Kemudian ia langsung pergi meninggalkan Rhein yang masih terdiam.

You Change My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang