Enam

533 16 0
                                    

Devina POV

Tiga hari telah lewat, sekarang aku sedang santai menikmati perkerjaan ku... pekerjaan ku juga semakin bertambah karna ternyata bisnis yang kubuat berjalan dengan baik ( dibaca : sangat amat pesat). Oh, ya... Aku belum memberikan kabar apa apa pad Jeonha. Aku belum bilang kalau aku pulang...

Jeonha POV

Aku telah sampai di bandara soekarno hatta. Aku meminta di jeput oleh sales obat yang cukup dekat dengan ku. Aku memasukan tas ku ke bagasi mobil.

" Dok, kita mau langsung ke vila dokter atau mau kemana?"

" Kayaknya kita jangan pulang dulu deh, kita ke rumah temen saya aja dulu Pak Karno." Ucap ku sambil menunjukan G**gle Map dari Ip*d ku. Pak Karno langsung mengangguk menegerti.

" Kita ke rumah siapa dok?" Tanya pak karno saat kami tiba di tol.

" Ke rumah tunangan saya pak." Ucap ku.

" Dokter punya tunangan?!" Tanya Pak Karno dengan nada kaget.

" Lho? Memangnya aneh ya?" Tanya ku heran

" Nggak sih. Tapi dokter kan suka..."

" Suka main sama cewek?"

" Iya..."

" Hahahaha... Saya kan juga cowok."

" Iya sih.. Tapi tunangan anda gak marah dok?"

" Gak tau." Kata ku sambil tersenyum, aku memikirkan bagaimana jika Devina cemburu karna aku sering ke club. Tapi jangan salah! Aku tak pernah sex bebas lho! Aku juga tidak terlalu suka minum. Aku hanya suka di sana melihat wanita.

" Kenapa senyam senyum dok?"

" Gak papa, pak. Cuma lagi mikirin sesuatu."

" Lagi mikirin tunangannya ya dok?"

" iya pak.."

" ohh... kira kira kapan  mau nikah dok?" 

" sebntar lagi . tapi kami juga belum tau kapan."

" wah selamat, dok."

" hehehe... iya makasih.'

" pasti tunangan dokter cantik sekali ya?"

" hah?"

" tuh buktinya dokter sampai senyum senyum sendiri. dokter kan terkenal dengan kharismanya, kalau senyum senyum sendiri kharisma nya hilang."

" hahahahaha" aku tertawa mendengar penuturannya. dia juga ikut tertawa.

" tapi senyum itu bagus lho dok. kata istri saya kalau dokter senyum tulus itu beda dengan senyum biasa." ucapnya. mendadak suasana menjadi hening.

" iya." jawab ku. ternyata ada yang menyadarinya....

" sudah sampai, dok."

" ah, eh, thank's. eh, terima kasih." lamunan ku buyar.

" dok jangan terlalu banyak pikirian. jarang lho saya temui dokter muda yang sebaik dan setampan dokter."

" makasih pak." ucap ku. kami pun berjabat tangan. sekarang aku di rumah Devina.

rumah mewah. tidak terlalu mewah

tapi cukup mewah untuk wanita tinggal sendiri. aku memasuki teras. menekan layaknya tamu normak. oh ayolah! walaupun aku tunangannya tapi tetap harus sopan.

" maaf tapi kita belum tunagan."

" dari mana kau...."

" tergambar di wajah menyabalkn mu Jeonha." ucap ku sebelum dia menyelesaikan kalimatnya.

" baiklah. tapi akan."

" terserah mu saja."

Devina POV

Jeonha tiba tiba datang dan aku mempersilahkannya masuk  (sebenarnya aku ingin mengusirnya.... tapi aku tidak sesadis itu kok)

" want drink?" tanya ku.

" nope. it's okay."

" okay. so what do you want? why you came here?"

" play with my wife?"

" don't ask back. i ask you."

" okay. i miss you."

" i'm not."

" hahahahahahahaha.... sudah ku tebak."

" lalu kenapa kau datang?"

" aku bosan dengan pekerjaan ku. oh ya apakah kau mau fitting baju. pernikahan? dan ya! aku belu billang pada orang tuamu... jadi kpn?"

" tidak perlu tanya pada mereka. mereka rak akan ingin tau. kenapa tidak hari ini saja, kau kan lagi di sini."

" jadi benar hari ini? dan sekarang?"

" ya. tapi aku mau mandi dulu."

" ya... dandan yg cantik ya!"

" bukan urusan mu."

Jeonha POV

aku lihat lihat ruangan ini ruangan dengan nuansa biru-nila-abu abu. keren. aku melihat lihat foto foto yang terpajang rapi. mara ku terpaku pada satu foto.

itu

foto

satu detik

dua detik

tiga detik

........

lima detik

ANNE!

Aku langsung mengambil foto itu. itu foto Anne bersama... anak laki-laki? tunggu, bagaimana Devina bisa kenal dengan Anne?

aku terus menggenggam foto itu. pikiran ku blank.

" Jeonha, ayo."

aku diam

" kau kenapa?" dia mendekati ku.

" itu fotoku waktu kecil kan? kenapa ada padamu?"

" kau cewek ini?" tanya ku kaget, bersyukur, dan aneh. aku menunjuk anak perempuan berambut blonde panjang.

" tentu saja tidak. aku amak yg berambut pendek dan memeluk bola." jawabnya santai.

" Dia Anne." lanjutnya. nadanya mengecil. matanya menggelap.

" dia telah meninggal." lanjutnya lagi

aku mencoba mencerna apa yang baru saja di katakannya.

anak perempuan ini meninggal. dia Anne. aku yakin.

" dia mencintai orang yang seharusnya tidak dia cintai. sahabatnya sendiri." kata Anne sendu.

" aku membenci sahabat yang di cintainya. karna dia sepupu sekaligus sahabatku meninggal." lanjut Devina matanya menghitam....

hancurlah. semoga dunia ini hancur sekarang.

____________________________________________

halooo

maaf ya nunggu lama... ( bagi yang mau baca)

maaf dikit....

sory banyak typo dan ceritanya gak asik.

thank's udah baca ya..

jangan lupa berbaik hati memberikan vote dan commentnya..

Complicated Life ( Devina Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang