2

82.3K 1.2K 12
                                    

“Nah! Dan ini adalah ruang terakhir! Inilah kelas kita! Mulai besok, aku akan mengajar kalian di kelas ini! Jangan terlambat, ya!” pesan Miki pada kami. Ia lebih suka dipanggil nama langsung. Lagipula umurnya hanya selisih beberapa tahun dengan kami. Ia berusia 19 tahun dan alumni sekolah ini.

“Bagaimana dengan Guardian?” tanya seorang anak yang kurasa ia bernama Yong Jisun.

“Ah iya! Ini adalah daftarnya. Mau lihat sendiri atau kubacakan?” tanya Miki sambil membuka daftar nama dari sakunya.

“Baca sendiri saja!” usul Ji Ae dan yang lainnya menyetujui. Akhirnya kami membuka mata lebar-lebar dan membaca nama Guardian kami.

Sebenarnya aku berharap kalau Guardian ku memang seorang namja bernama Jeon Jungkook itu. Bukan berarti aku ingin malam pertama dengannya, tapi… yak!! Memikirkan malam pertama membuat wajahmu panas.

“Hyunra! Sepertinya kami salah! Kau tidak dengan Jeon Jungkook! Tapi dengan…pria bernama Jeon Jijae.” Hyunhae memberitahu dengan wajah menyesal.

“Mwo? Coba kulihat!” aku pun mendekati kertas itu dan membaca. “Nomor 13, Kim Hyunra, Guardian Jeon Jijae!” aku membelalakkan mata . Jeon Jijae? Pria aneh seperti apa yang memiliki nama seperti itu? Mengerikan sekali.

“Sudah selesai? Kalian boleh kembali ke kamar masing-masing. Kamarku ada di antara kamar nomor 7 dan 8, kalau ada apa-apa kalian bisa berkonsultasi padaku! Dan Guardian akan datang ke kamar kalian masing-masing setelah ini. Jadi tunggu dengan sabar, ya?” ujarnya sambil tersenyum genit.

“Aku mendapat Lee Jehae! Marganya sama denganku! Menurutmu itu jodoh atau bukan?” tanya Hyunhae pada Ji Ae.

“Lee Jehae? Belakang namanya juga ada ‘hae’ nya. Entahlah mungkin saja kalian jodoh! Guardianku seseorang bernama Mark Lee. Apakah itu terdengar buruk? Kenapa banyak sekali marga Lee?” Ji Ae mengetuk-ngetuk pelipisnya, menandakan ia sedang berpikir.


“Entahlah! Mungkin para orangtua sedang kerajingan marga Lee. Atau memang itu marga terbesar? Setahuku di Jepang juga ada marga Lee.” Hyunhae juga ikut berpikir.

“Masuk sekolah ini, aku dipaksa eomma. Melepaskan masa depan indah yang sudah kurancang dari jauh hari. Membiarkan seorang yeoja menggerayangi tubuhku, memakai pakaian tipis yang tidak bisa disebut pakaian karna pakaian gunanya untuk menutupi tubuh sedangkan pakaian ini nyaris transparan dan…apakah aku juga harus merelakan first kiss dan keperawananku pada seorang namja bernama Jeon Jijae yang entah bagaimana bentuknya nanti?” aku bergumam dengan frustasi. Aku masih shock dengan ‘nama’ seorang namja, Jijae.

“Eh, entahlah Hyunra, aku tidak benar-benar mengerti perasaanmu. Tapi ku pikir memang nama Jijae itu cukup aneh dan menjijikkan. Tapi bukankah di sini menjanjikan Guardian yang tampan dan memesona? Jadi tidak mungkin kau mendapatkan wajah yang jelek!” support Hyunhae.

“Ne! Mungkin saja kau mendapatkan jackpot! Mungkin orang yang bernama Jeon Jijae itu tampan dan mempesona dan mungkin lebih dari Jungkook! Lagipula marganya juga Jeon, mungkin saja orang yang bermarga Jeon itu sama-sama mempesona dan mungkin bahkan paling mempesona!” Ji Ae juga ikut men support ku.

“Terlalu banyak kata mungkin di kata-katamu tadi! Membuatku sinting saja!” aku pun segera meninggalkan mereka berdua karna frustasi dengan kata ‘mungkin’ yang banyak digunakan Ji Ae. Begitu menemukan kamarku, aku langsung menutupnya lalu menguncinya. Tidak boleh ada seorang Jijae yang masuk ke dalam sini! Tidak akan pernah!

Aku pun mencopot baju sialan ini dan mengganti dengan baju santaiku. Tiba-tiba kenop pintu bergerak-gerak dan diputar pelan. Aku menatap kenop itu dengan perasaan puas. Kau tidak bisa masuk ke sini, Jijae! Tidak hari ini!

Terdengar suara umpatan pelan dari balik pintu. Lalu terdengar gemerincing kunci dan suara kunci dimasukkan ke dalam lubangnya. Aku bergidik ngeri. Bagaimana bisa Guardian memiliki…oh iya! dia kan akan bersamaku selama 3 tahun ini! tidak mungkin dia tidak memiliki kunci! Aku menyumpah-nyumpah setelah menyadari kebodohanku. Terdengar suara bahwa pintu kamarku tidak lagi terkunci dan kenop pintu pun berputar sekali lagi. dengan gerakan slow motion, pintu pun terbuka perlahan tapi pasti. Aku pun menanti sosok yang akan keluar dengan was-was.

“Ugh! Susah sekali!” pria itu pun masuk dan mataku terbelalak tidak percaya sekaligus ngeri.


-oo-


Aku sendirian di dalam kelas. Sebuah kelas yang kelihatannya tempat praktik biologi. Ini ruang kelas biologi di SMP ku. Lalu bagaimana bisa aku kemari?

Aku melangkah masuk dan menatap kursi satu persatu. Dulu, aku dan teman-teman ku membuat suatu impian sederhana yang sangat manis.

Aku ingat, dulu aku bercita-cita ingin menjadi presenter di sebuah berita atau ingin menjadi Host sebuat acara. Aku ingin kuliah di jurusan komunikasi dan ingin menjadi jurnalis. Membayangkan bagaimana teman-temanku kagum, terpesona dan juga iri melihatku berada di depan kamera dengan wajah dirias oleh penata rias dan suaraku yang meyakinkan membacakan berita dan mewawancarai beberapa narasumber.

Aku menyentuh meja yang biasa aku duduki. Aku suka duduk di sini karna meja ini dekat dengan jendela dan aku suka sinar matahari di pagi hari menerpa wajahku. Lumayan untuk mendapatkan vitamin D dengan cuma-cuma. Karna terbawa suasana, aku pun membuka jendela dan duduk di tempat dudukku yang biasa.

Saat melihat ke depan kelas, terlihat sosok yang sangat kukenali. Eomma. Beliau menatapku tajam dan ekspresinya menandakan kalau beliau akan memberikan ultimatum padaku dan seperti biasa, beliau tidak akan pernah mau menerima kata ‘tidak’.

“Hyunra, mengapa kau tidak masuk ke kamar ini?” tanya eomma dengan nada sengit. Aku mengangkat wajahku takut. Kamar apa? Eomma menunjuk ke pintu di sampingnya. Aku bisa membaca tulisan di pintu itu. JJ.

“JJ? Apa maksudnya?” tanyaku. Berusaha menyembunyikan gemetar di balik suaraku. Sial! Kenapa aku selalu takut menghadapi eomma? Wajah eomma yang sadis, matanya yang mengancam, sifatnya yang protektif dan perfeksionis serta rokok yang tak pernah lepas dari sela telunjuk dan jari tengah di tangan kanannya. Eomma seperti hantu yang terus membunuhku secara perlahan.

“Itu adalah pelangganmu hari ini!” jelas eomma singkat. Aku menjadi sangat bingung dengan penjelasan singkat itu.

“P..pelanggan apa, eomma?” aku memberanikan diri bertanya walaupun tidak bisa menyembunyikan getaran suaraku karna takut bertanya ulang. Benar! Seperti yang kubayangkan! Eomma menatapku seakan-akan aku adalah orang paling idiot di seluruh dunia dan seolah-olah eomma tidak sudi menganggapku anak lagi.

“Dia adalah Jeon Jijae! Kau lupa kalau kau adalah geisha ha? Cepat masuk kesana! Service isi celana pria itu lalu kembali padaku dengan setumpuk uang!” Eomma membentakku dan memelototiku seakan-akan aku anak durhaka yang telah mempermalukannya di depan umum. Walaupun sebenarnya memang itu yang kuinginkan.

Jeon Jijae? Pria sialan itu? Sudah berapa kali aku bilang jangan ganggu hidupku! Pintar sekali dia datang kepada eomma dan berjanji untuk memberikan banyak uang kalau aku bersedia melayaninya. Cih! Kurang ajar!

Entah bagaimana bisa aku sudah sampai di depan pintu bertulisan JJ ini. Aku juga heran kenapa kamar seseorang yang bernama JJ ini berada di ruang biologi di SMP ku dulu.

CKLEK! Aku membuka pintu itu perlahan dan memberanikan diri melongokkan kepala melihat isi di dalam kamar tersebut. Kamar itu remang-remang, tapi bukan berarti aku tidak bisa melihat isi di dalam kamar tersebut. Dan sosok mengerikan itu pun tergelatak begitu saja di atas lantai. Aku mendekati dengan perlahan dan kakiku yang telanjang pun menyentuh suatu cairan kental. Aku mencoba mencoleknya dan ternyata sosok itu bersimbah darah!

Aku yakin sosok ini sudah tidak bernyawa lagi karna bentuk wajahnya sudah tidak bulat sepenuhnya. Sangat mengenaskan. Aku pun menekuk lutut lalu mencoba menerka siapakah sesosok mayat menyedihkan ini. Tiba-tiba mataku silau terkena kerlipan sebuah benda yang dipantulkan cahaya. Ternyata benda itu berada di pergelangan tangan sosok itu. Aku mengamati benda itu dengan seksama karna gelang itu terasa familier bagiku. Gelang rantai emas ringan yang bentuknya sederhana dan salahsatu rantai itu berbentuk inisial HR. Hanya ada satu orang yang memiliki gelang seperti ini. Gelang buatan tangan dengan inisial namaku. Gelang yang diberikan dengan segenap hati dan diterima dengan senyum lebar dan janji akan terus menjaga gelang ini dengan segenap jiwanya. Tanganku bergetar menyadari itu semua. Aku tidak percaya dan terus bergumam bahwa ini semua bohong. Tapi sosok di depan ku ini membantah asumsiku dan tidak ada yang bisa kulakukan selain menitikkan air mata. Menangisi jasad tak bernyawa yang tergeletak menyedihkan tidak berdaya. Menangisi jasad Appa.

Sex Society-Jeon Jungkook[NC +21]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang