Part 10

990 76 2
                                    

Hai, ud lama nih author ga mampir di lapak ini. Gimana, masih ada kah yg menanti ff ini ? Kalo masih, akan ku panjangi ff ini *klo ada ide* . Kalo ud ga ada, akan ku tamatkan ff ini sekitar 2 part lg. Cekidot.

Typo itu manusiawi. Harap maklum.

Enjoy !

Author POV

*previous

"Terserah lo mau percaya atau ga, yg jelas gue ud bilang yg sebenernya ke lo. Lagipula gue punya bukti yg kuat untuk membenarkan semua perkataan gue ke lo tadi."

Ucapan Brandon itu terus² an terbayang difikiran Shania. Hatinya bingung, antara harus percaya kepada Brandon atau tidak.

"Hai my shanshine."

Shania tak menyadari kehadiran Beby yg sudah disebelahnya.

"Honey, kamu gpp ?" Beby menyentuh pundak Shania.

"Eh, Beby ? Sejak kapan ud disini ?"

"Dari tadi. Kamu kenapa ? Kok dari tadi aku ngeliatnya kamu kayak lg mikirin sesuatu gitu."

"Emmm.. Gpp kok."

Ketika istirahat, Nabilah & Beby sedang berada di kantin.

"Lo masih ikut balap ?"

"Masih."

"Kapan lo mau berentinya ? Kalo Shania sampai tau, gue jamin dia pasti akan marah besar sama lu."

"Ga tau sampai kapan. Ya makanya jangan sampai dia tau."

Shania POV

Tadi pagi Brandon mendatangiku lagi. Ia bilang bahwa Beby tak cinta padaku, dan Beby telah menjadikanku sebagai bahan taruhannya dalam balap. Tapi aku masih tak percaya kalau Beby sampai ikut balap.

Ting~

Notif chat Line ku berbunyi

BrndnPrsta : Kalo emang masih belum percaya, gpp. Nanti malam ditempat dia biasa balap akan ada race. Kalo mau tau kebenarannya, jam 4 aku tunggu di cafe yg sering kita datangi. See you, babe. 😘

Ewwh.. Geli, Ndon. Sumpah. Kok bisa ya aku punya mantan sealay dia. Ok, back to topic. Aku penasaran. Tapi masa iya aku ketemu sama dia ? Seharian ini disekolah, aku hanya sibuk dengan novel ku yg meminta untuk segera dihabiskan ceritanya.

Kriiiiinngg~

"Hei, yuk pulang."

Aku melihat jam tangan yg melingkar di pergelangan tangan kiriku. Jam setengah 4, langsung ke cafe aja deh. "Emmm... Beb, aku pulang sendiri aja ya. Soalnya aku mau kerumah temenku dulu."

"Yaudah. Aku anterin kerumah temen kamu ya."

"Ga usah, aku naik taksi aja."

"Gpp nih ?"

"Iya gpp kok."

"Yaudah. Aku tungguin sampai kamu dapet taksi ya."

Aku hendak ingin membuka mulut, ia sudah berbicara kembali.

"Please jangan nolak, seenggaknya aku bisa mastiin kalo kamu baik² aja sampai dapet taksi."

Terlihat dengan jelas dari wajahnya kalau ia khawatir denganku, aku mengelus pipinya lembut dan tersenyum. "Iya, kamu tungguin aku sampai dapat taksi."

Anugerah TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang