This Guy

1.4K 53 9
                                    

Aku menuangkan isi botol jus yang ku temukan dari lemari es ke dalam gelas kosong dan meneguknya hingga habis. Hari ini sungguh menyebalkan, mengingat apa yang terjadi pada lenganku.

"Jadi, bisakah kau jelaskan padaku apa yang terjadi dengan lengan mu?" Begitu sampai dirumah Grace Bibi ku langsung menginterogasiku.

Bibi ku sangat banyak tanya. Jadi, jika ia memberimu sebuah pertanyaan dan kau tidak segera menjawabnya. Kau akan mendapatkan pertanyaan itu lagi dan lagi sampai kau menjawabnya.

"Terjatuh saat praktek olahraga," Aku berbohong. Kuharap jawaban itu memuaskannya sehingga aku dapat naik ke kamarku yang nyaman.

"Jangan kau kira aku ini bodoh. Kau berolahraga pada hari sabtu dan ini adalah hari selasa,"

Sial. Batinku.

"Aku menunggu,"

Aku menaruh gelas kosong yang sejak tadi ku genggam di atas sebuah meja. Lalu memperhatikannya yang sedang merajut dan duduk diatas kursi goyangnya. Tangannya yang mulai berkerut tampak terampil menambah jaitan demi jaitan.

"Baiklah. Saat jam istirahat Reyen Andrewstone memintaku untuk menjadi pacarnya. Aku menolaknya tapi ia malas mencengkeram lenganku dan hasilnya begini. Untung saja, Broody kakak tirinya membantu ku,"

"Seharusnya kau menerimanya,"

Aku bingung dengan apa yang dikatakannya. "Kenapa?"

Bibi Grace menghentikkan rajutannya dan beralih menatapku. "Mr. Harold ayahnya adalah partner kerja Pamanmu. Ia adalah pembisnis yang sukses. Kalau kau berhubungan dengan Reyen, kau akan membantu kami,"

"Bibi, aku tidak menyukainya! Aku bahkan tidak mengenalnya!" Aku mulai kesal dibuatnya.

Bibi Grace kembali ke rajutannya. "Kembali lah ke kamarmu,"

Dengan sigap aku mengambil tas ku dan sesegera mungkin naik ke kamarku yang berada di lantai 2. Lagipula siapa yang mau berlama-lama dengannya!

***

'Dear Allison. Bagaimana keadaanmu? Aku harap kau baik-baik saja. Bagaimana sekolahmu? Dan ku dengar sesuatu terjadi pada lenganmu. Apakah itu baik? Aku merindukanmu. Mom'

Dasar pengadu!

'Hi Mom. Aku baik-baik saja. Sekolahku cukup baik seperti biasanya. Jangan khawatir tentang lenganku, karena ini akan segera membaik. Aku mencintaimu. Alli'

Setelah aku membalas e-mail dari Mom aku langsung menjatuhkan tubuhku ke tempat tidurku. Memikirkan semua hal yang terjadi hari ini. Pikiranku melayang ke valentine 2 tahun lalu. Satu-satunya alasan mengapa sampai sekarang aku membenci valentine. Namun, sejauh aku melangkah.. Aku masih tidak dapat melupakan tentag dirinya... Danny Scrivern.

***

Pagi ini aku tidak makan pagi bersama Paman dan Bibi. Aku masih kesal akan kemarin. Lagipula aku harus sampai di sekolah sepagi mungkin untuk menempelkan artikel-artikel di mading sekolah.

"Hey!" seseorang mengejutkanku.

Aku bersyukur karena tidak mempunyai penyakit jantung.

"Broody! Jika kau lakukan itu lagi, aku tidak akan memaafkanmu!"

"Hehe maaf deh, aku hanya ingin memberimu kejutan kok," Broody cengengesan.

"Apa yang kau lakukan pagi-pagi di sekolah?"

Broody menaikkan kedua alisnya. "Harusnya aku yang bertanya begitu padamu. Kalau aku sih selalu datang pagi-pagi,"

Aku menempelkan beberapa artikel ke mading. "Yeah seperti yang kau lihat. Menempelkan artikel untuk mading minggu ini. Kau harus membacanya," Aku menyikut perut Broody dengan siku kananku.

Broody tersenyum. "Tentu saja! Aku selalu membacanya asal kau tahu saja. Eh Alli, bagaimana dengan lenganmu?" wajah Broody tampak murung sekarang.

"Ini membaik, seperti yang kukatakan kemarin. Sore ini aku akan pergi ke dokter untuk membuka perban dan meminta obat untuk ini,"

Senyum kembali menghiasi bibir merah Broody. "Senang mendengarnya. Aku tidak dapat tidur semalaman karena memikirkan lenganmu. Bagaimana pun Reyen adalah tanggung jawabku,"

"Kau memikirkanku?" Aku hanya ingin meyakinkan apa yang kudengar barusan.

"Aku tidak berkata aku memikirkanmu, yang kupikirkan hanya lenganmu saja haha aku bisa memikirkanmu jika kau mau,"

Wajahku memerah dan kembali menempelkan artikel agar Broody tidak melihat wajahku yang sewarna tomat ini. "Tidak! Tentu saja tidak..."

Senyum kembali menghiasi bibir merah Broody. "Izinkan aku mengantarmu jika kau mau,"

"Oh tidak perlu Broody. Aku sudah menyusahkanmu kemarin, dan tidak lagi untuk hari ini,"

"Kau sama sekali tidak menyusahkanku. Sungguh,"

Aku mengemasi barang-barang ku dan berlalu meninggalkan Broody. "Tunggu aku di Union street sore ini pukul 5,"

"Sampai bertemu lagi Alli!" Kulihat Broody melambaikan tangannya ke arahku dengan senyum mengembang di wajahnya.

Aku tidak tau ini akan berujung baik atau malah sebaiknya. Tapi kupikir aku mulai menyukai pria itu.

My FebruaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang