Aku merutuk diriku sendiri yang tidak pernah bisa memahami pelajaran Sejarah, tidak seperti Broody yang sangat pandai dalam pelajaran masa lalu tersebut. Terkadang Broody meleletkan lidahnya kearahku jika ia dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Mrs. Julie. Anehnya semua pertanyaan selalu ia jawab dengan benar. Bahkan ia seringkali menjawab pertanyaan yang tidak diberikan untuknya sehingga terkadang Mrs. Julie kesal padanya. Mungkin kepintarannya bisa melebihi Mrs. Julie.
Seperti sekarang ini, aku, lebih tepatnya kami, sedang berada di kelas Sejarah. Mrs. Julie belum datang. Semua murid berdebar-debar menunggu hasil ulangan kemarin. Tidak seperti diriku yang santai dengan headset di telingaku yang tersambung ke iPod mini ku yang kini sedang memutar lagu milik Greyson Chance yang berjudul Home is in your eyes.
Saat Mrs. Julie datang semua murid langsung terdiam, dan akupun melepaskan headset ku dari telinga.
"Selamat siang semuanya. Maaf saya terlambat," Mrs. Julie menaruh setumpuk lembaran yang ku pastikan adalah kertas ulangan kami kemarin ke atas meja nya.
"Baiklah, murid dengan nilai tertinggi ulangan kemarin adalah Broody dengan A+ dan nilai terendah adalah Hister dengan C,"
Semua murid bertepuk tangan. Mrs. Julie membagikan kertas ulangan ke masing-masing meja pemilik kertas tersebut.
"Kemajuan hebat Alli kau mendapat B- lebih baik dari sebelumnya," aku hanya tersenyum dan mengambil kertasku. Oohh siapa peduli dengan Sejarah yang tidak terlalu penting ini?
Saat semua kertas sudah ia bagikan ia kembali ke papan tulis dan menuliskan tugas untuk kami yang harus dikumpul minggu depan. Mrs. Julie meminta maaf pada kami karena ia tidak dapat berlama-lama didalam kelas, karena ada pekerjaan yang harus ia selesaikan. Dan dengan senang hati kami mengizinkannya.
"Sepulang sekolah ikut aku ya," Tiba-tiba saja Broody sudah berada di sebelahku, berdiri dengan tangan di atas mejaku.
"Mau apa? Mengantarmu memamerkan hasil ulangan sejarahmu ke semua orang di Cambirdge?" Aku menatap nya sekarang.
Broody tertawa. "Haha tentu saja tidak! Aku tidak berlebihan seperti itu juga. Lagipula aku sudah sering mendapatkan A+"
Aku memutar kedua mataku. "Dasar kau," Broody mencubit pipiku dan kembali ke mejanya yang berada di belakang.
Aku menggosok pipiku yang terasa sakit oleh cubitan Broody. Kasar sekali dia.
Aku memasang kembali headset ke telingaku dan memutar lagu milik Selena Gomez yang berjudul A year without rain.
***
Broody sudah bersender di mobil nya saat aku sampai di gerbang sekolah. Aku hampir lupa kalau aku ada janji dengannya.
Seperti biasa, ia membukakan pintu untukku.
"Kita mau kemana?" Tanyaku.
Broody tidak menjawab. Ia hanya tersenyum dan mulai berkendara meninggalkan sekolah.
Setengah jam berlalu dan akhirnya Broody memberhentikan mobilnya tepat di depan sebuah rumah megah bercat oranye yang malah terlihat seperti kastil kerajaan.
"Kita dimana?" aku bertanya kepada Broody yang telah membukakan pintu untukku.
"Rumah Ibuku. Ia memintaku untuk mengajakmu kemari," Broody tersenyum dan menengadahkan tangan kanannya layaknya seorang pangeran yang meminta sambutan tangan dari seorang putri.
Aku pun menggapai tangannya dan kami berjalan masuk kedalam.
"Kenapa kau tidak bilang kalau kita mau bertemu ibumu? Kalau begitu kan aku bisa pulang dan berganti pakaian dulu," Aku berkata padanya saat kami berjalan mulai memasuki gerbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My February
FanfictionAku hanya punya satu jiwa, satu hati, dan satu cinta yang hanya akan kuberikan untuk satu orang. Saat aku telah memilih sebuah cinta, aku harus rela melepaskan cinta yang lain. Mencoba yakin pada apa yang kupilih meski jalannya begitu rumit...