Bahagia itu adalah saat kau tau orang kau cintai juga mencintaimu…
Itulah yang kurasakan saat ini. Didekapannya, dipelukannya. Seperti sebuah perisai, aku merasa aman dan tenang. Seperti layaknya sebuah selimut yang terbuat dari kulit domba, ia memberiku rasa nyaman yang tak terhingga. Memberikanku kebahagiaan yang tak ada batasnya.
Aku harap ini bukanlah mimpi, well lagi. Aku sudah sering bermimpi hal yang indah tentang ku dan dirinya. Namun, ini lebih indah daripada sekedar mimpi. Dan dapat ku pastikan kalau ini bukan mimpi.
Setelah menunggu dua tahun, akhirnya aku tau bagaimana perasaannya terhadapku…
“Ayo, kita harus pergi. Hari sudah gelap.” Danny melepaskan pelukannya secara perlahan.
Aku mengangguk dan tersenyum menatapnya. “Aku mohon, jangan membenciku lagi.”
Danny membalas senyumanku. Ini merupakan senyumannya yang pertama kali ia sunggingkan tulus untukku setelah dua tahun belakangan ini.
“Hmm Danny, satu lagi.”
Danny menaikkan kedua alisnya.
“Tolong jangan katakan hal ini dulu kepada Kryssi atau yang lainnya.”
Danny terlihat berpikir sejenak dan mengangguk mengerti.
Jadi… Beginilah rasanya, mencintai dan juga dicintai oleh orang yang sama…
***
Tepat di ujung jalan persimpangan antara toko roti dan kedai kopi, aku dan Danny melihat Rose dan Tyson disana. Mereka melambaikan tangan kearah kami. Memberi aba-aba kami untuk berjalan menghampiri mereka. Kamipun berjalan mendekati mereka.
“Kemana saja kalian? Kami sudah menunggu di bus sejak setengah jam yang lalu! Yang lain sungguh khawatir dengan kalian berdua!” seketika Tyson mengoceh saat kami sampai di tempat mereka berdiri. Bahkan ocehannya melebihi Rose.
“Maaf, kami tersesat.” ucap Danny. “Ya, dan handphone ku mati.” aku melanjutkan.
“Dasar bodoh. Di perancis saja kalian bisa-bisanya tersesat.” Tyson terlihat sebal.
“Tyson, kami sudah meminta maaf.” aku memasang tampang menantang. “Dan lagi, wajar saja kami tersesat. Kami tidak pernah datang kemari!”
Tyson berdecak kesal.
“Sudahlah ayo kita kembali ke bus. Yang lain sudah menunggu.” Rose memberikan perintah dan berjalan mendahului kami.
Danny menyenggol sikutku. “Ia sama sekali tidak menyukai kehadiranku sejak aku datang ke Cambridge.”
“Hanya orang gila yang tidak menyukaimu Danny.” aku memicingkan sebelah mataku kepadanya. Memberikan kesan menggoda.
Lalu Danny tertawa tanpa suara.
Aku senang, aku jadi salah satu alasan ia tertawa. Aku harap ini akan terjadi berulang-ulang, selamanya.
***
Ketika kami sampai ditempat dimana bus menunggu, yang lain terlihat bergembira melihat kedatangan kami.
Kryssi dan Georgia berlari mendekat. “Apakah kalian baik-baik saja?” tanya Kryssi.
Aku mengangguk mantap. Kemudian Kryssi memeluk Danny erat. Memastikan kalau pacarnya itu baik-baik saja.
“Untunglah kalian tidak tersesat terlalu jauh.” ujar Georgia saat kami sudah akan menaiki bus. “Hey, tunggu dulu. Bagaimana kalian bisa bersama? Ku pikir Kryssi tadi bersama Danny. Dan Ryson bersamamu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
My February
FanfictionAku hanya punya satu jiwa, satu hati, dan satu cinta yang hanya akan kuberikan untuk satu orang. Saat aku telah memilih sebuah cinta, aku harus rela melepaskan cinta yang lain. Mencoba yakin pada apa yang kupilih meski jalannya begitu rumit...