THE TRUTH - (ending)

1.2K 61 12
                                    

Hidup penuh pilihan.

Terkadang pilihan itu begitu sulit dan hanya ada satu kesempatan.

Aku hanya manusia biasa, wanita biasa yang nggak ingin membohongi diri sendiri.

Jika ada yang harus kusesali maka itu bukan hati dan perasaanku.

Aku telah kehilangan banyak waktu yang hanya menjadi sebuah penyesalanku di waktu yang akan datang…

Hari ini aku membulatkan tekadku untuk berterus terang pada Broody tentang apa yang terjadi padaku dan Danny. Setelah kemarin malam merelakan jam tidurku untuk memikirkan apa yang harus kulakukan kedepannya.

Rasa bersalah menghantui pagiku yang terang benderang. Matahari muncul lebih pagi dari biasanya.

Menyakitkan saat mengakui sebuah fakta. Bahwa. Aku mencintai keduanya.

Namun aku hanya punya satu jiwa, satu hati, dan satu cinta yang hanya akan kuberikan untuk satu orang.

Saat aku telah memilih sebuah cinta, aku harus rela melepaskan cinta yang lain.

Mencoba yakin pada apa yang kupilih meski jalannya begitu rumit.

Dan aku memutuskan untuk memilih Danny.

*****

Aku mengawali pagiku seperti biasanya.

No message from Broody. And got one message from Danny. Saat aku mengecek ponselku sambil duduk dimeja makan memakan sarapan pagiku dengan Bibi dalam keadaan hening.

Bibi bilang, Paman berangkat pagi-pagi sekali karena ada pekerjaan mendadak yang mengharuskannya untuk sampai di kantor pada pagi buta. Dan aku hanya mengangguk mengerti.

Ada dua perasaan bertolakbelakang yang kurasakan sekarang. Senang karena Danny mengirimiku pesan pagi ini sekaligus kecewa karena Broody tidak memberikanku ucapan selamat pagi pagi ini.

“Ada apa?” Bibi Grace memperhatikan caraku memakan makananku. “Makanannya tidak enak ya? Pelayang sedang mengambil cuti, jadi aku yang memasaknya.”

Aku tersadar dari lamunanku. “Eh, tidak bi. Bibi tau kan, semua masakan bibi itu masakan favoritku. Dan pasta saus apel ini rasanya sangat enak!”

Bibi menajamkan tatapannya. “Itu bahkan bukan saus apel sweety, itu saus keju. Apakah rasanya seperti apel?”

“Eh benarkah? Hehe maaf, indera perasaku memang payah.” aku tersenyum kikuk dan kembali ke pastaku dan ternyata memang rasa pasta saus keju.

“Alli, ada apa?” Bibi menghentikan aktivitas makannya dan menatap kearahku.

Aku tersenyum. “Aku tidak apa-apa Bi,”

“Nah aku tau kau kenapa-kenapa.” Bibi kembali menyendok dan memakan pasta saus keju miliknya.

Sejujurnya aku sedang tidak ‘tidak kenapa-kenapa’ saat ini. Perasaanku sedang gugup karena akan mengakui kesalahanku yang dapat dikatakan ‘Perselingkuhan’ ini. Namun aku tidak mau membicarakannya pada Bibi sekarang.

****

*Ting *Tong *Ting *Tong

Seseorang membunyikan bel pintu rumah.

“Biar aku saja.” aku menawarkan diri untuk membukanya dan melarang Bibi yang sedang berusaha berdiri dari duduknya. Kaki Bibi sedang keseleo. Bibi tidak mau mengungkitnya lagi, tapi kata Paman Bibi jatuh di kebun belakang karena terpeleset kotoran hewan dan menyebabkan kakinya memar –memar dan salah urat.

My FebruaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang