Back ...

1K 46 9
                                    

Alli, ini sepupuku Danny. Danny, ini Allison sahabatku dan rumahnya tepat didepan rumahku," Georgia memulai percakapan saat aku dan Danny telah duduk di kursi kami masing-masing.

"Ohh well, mereka sudah saling mengenal Ge. Alli kan tinggal di Portland dua tahun lalu sebelum ia pindah ke Britania Raya" Rose berbicara. "Dan mereka satu sekolah di Portland" Ryson menambahkan.

Kedua alis Georgia bertaut. "Oh benarkah? Danny tidak pernah bercerita soal itu!" Georgia kemudian menatap Danny tajam.

Aku tidak tau bagaimana reaksi Danny, tapi sungguh aku tidak sanggup menatap ataupun melihat sekilas ke wajahnya.

Kau tau, sungguh menyakitkan saat melihat wajah orang yang sangat kau rindukan. Seolah-olah kau ingin sekali mendekap wajah tersebut dan menciuminya sampai habis tak tersisa.

"Jadi yang sebenarnya sepupunya Danny itu Georgia atau Rose?" wajah Tyson tampak kesal dan memutar-mutarkan bola basketnya.

Semua orang di meja tertawa kecuali aku, Tyson, dan Danny.

"Jadi, ceritakan pada kami sedikit tentang Portland!"

Awalnya aku tak yakin Danny akan menjawab pertanyaan Ryson yang tak begitu penting ini, karena sejak tadi Danny hanya mematung dan berdiam meskipun sesekali tersenyum. Namun ternyata ia menjawabnya. "Disana indah dan banyak tempat-tempat menakjubkan. Kau harus datang kesana sejujurnya untuk memperjelas," Danny tampak tersenyum.

Suara Danny...

Satu-satunya suara yang sangat ingin ku dengar selama dua tahun belakangan ini...

"Well, aku berpikir bagaimana kalau kau mengajak kami ke Portland saat liburan musim panas?" Tyson bertanya.

"Ide bagus!" Senyum mengembang di bibir Danny lagi.

"Jadi, apa alasanmu pindah ke Cambridge?" Kryssi yang sejak tadi diam dan hanya memakan ice cream banana kesukaannya mulai mengeluarkan pertanyaan.

Danny berdiam sejenak, memikirkan alasan mungkin. "Mencari sesuatu yang tidak seharusnya ku cari,"

Semua tampak bingung akan perkataan Danny. Begitupun diriku. Mencari apa?

"Maaf tapi sesuatu seperti apa yang kau maksud?" Kryssi kembali bertanya.

"Sesuatu dari masalalu yang tak seharusnya pergi dan tak seharusnya ku cari."

Perkataan Danny sungguh membuatku bingung.

Mungkinkah ia mencari diriku?

Gadis bodoh seperti ku?

"Nah terserah kau saja Danny. Kami tidak begitu mengerti kosa-kata orang-orang Amerika hahaha," Tyson tampak berdiri dari kursi nya. "Aku harus segera ke lapangan basket. Sampai bertemu lagi!" Tyson mencium bibir Rose singkat dan pergi meninggalkan Cafetaria.

"Aku tidak berpikir kalau Tyson menyukaiku disini," Sesaat Danny berpendapat saat Tyson sudah benar-benar pergi dari Cafetaria.

"Jangan berpikir begitu! Tyson memang begitu kalau bersama orang yang baru dikenal," Ryson mencoba menghibur Danny dan mengelak apa yang dipikirkan Danny tadi mengenai kembarannya tersebut.

"Ya, bahkan kami pun pernah menjadi sepertimu. Diasingkan dan tak dianggap olehnya. Tapi jika kau sudah dekat dengannya ia akan menjadi teman yang baik dan seru kok." Georgia menambahkan.

"Well, aku harap memang begitu." Senyum kembali mengulas di bibir merah Danny.

Sejak tadi di Cafetaria aku hanya berdiam. Semua orang mulai memberikan deretan-deretan pertanyaan kepada Danny yang sesekali membuat dada ku serasa sesak.

My FebruaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang