Ex-boyfriend Nosy ✓ [TAHAP REVISI]

EBN -O6 Sial pembawa berkah

Entah apa yang pak Kusnadi pikirkan hingga meminta Kiera dan Bian untuk meminjam buku-buku dari perpustakaan.

"Halo, Bu Arum." sapa Bian pada penjaga perpustakaan itu.

"Kenapa kamu?" perempuan yang disapa Bu Arum itu menatap malas ke arah keduanya.

"Kita disuruh ngambil buku sejarah sama pak Kusnadi, Bu," terang Kiera.

"Ayo masuk, jangan buat keributan!"

"Siap!" jawab keduanya.

"Eh, Bi. Buku sejarahnya kok ada dua?" tanya Kiera saat mereka sudah di depan rak buku bertuliskan IPS.

"Gue rasa yang warna kuning, deh." Bian mengambil salah satu jenis buku tadi.

"Bukan! Yang bener tuh yang ini," ujar Kiera mengambil buku berwarna cokelat.

"Dih, apaan dah, orang ini yang bener."

"Ih, yang ini tau!"

"Kata siapa lo? Sotoy!"

"Hih, emang lo gak pernah liat apa kalo pak Kusnadi bawa buku warna cokelat."

"Lo pikir buku warna cokelat itu doang? Kali aja itu daftar nama atau buku diary."

"Apaan sih, ngaco!" Kiera memutar matanya malas.

"Iya emang bukan warna cokelat, Ra bukunya, tapi yang ini!" Bian menunjuk buku kuning di tangannya.

"Yang cokelat!"

"Kuning!"

"Cokelat!"

"Kun–"

"KIERA! BIAN! SUDAH SAYA BILANG JANGAN RIBUT!"

"Mampus, lo sih!"

"Enak aja! Elo tuh yang nyari masalah!"

"Dih, enak aja. Kan lo yang duluan."

"Lo!"

"Lo!"

"Lo lah!"

"KALIAN! KELUAR DARI SINI DAN HORMAT PADA TIANG BENDERA SEKARANG!!!" teriak Bu Arum pada keduanya. Pusing tujuh keliling Bu Arum mendengar perdebatan mereka.

"I-iya Bu!" Kiera langsung keluar dari perpustakaan dan berlari menuju lapangan upacara.

"Kamu ngapain masih di situ?!" bentak Bu Arum pada Bian yang masih anteng.

"Ngambil bukulah, Bu," jawab Bian sambil memilih-milih buku di rak.

"BIAN! KAMU JUGA DIHUKUM!"

"Eh? Saya juga, Bu?"

"Ya iyalah, kamu juga!" Bian akhirnya menyusul Kiera ke lapangan upacara.

"Ini semua gara-gara lo!" sembur Kiera pada Bian yang ada di sebelahnya.

"Enak aja lo kalo ngomong! Lo tuh yang salah, kata gue kuning, ya kuning, bukan cokelat."