Minggu pagi Bian menghabiskan waktunya dengan bergelung di dalam selimut. Cuaca sedang mendung, sangat mendukung untuk tidur kembali.
Ketukan di balkon kamar sebelah membuat Bian mendengus kesal. "Siapa, sih, pagi-pagi udah ganggu orang aja."
Ia pun berjalan menuju balkon, dilihatnya ke kamar sebelah, ada perempuan memakai celana training pink dengan sweater melekat di tubuh mungilnya.
"Heh, lo ngapain, sih, di situ?" tanyanya.
Perempuan itu menoleh, wajahnya pucat dan tubuhnya menggigil.
"Lho, lo ngapain di situ, Ra? Muka lo pucet banget," ujar Bian dengan rasa khawatir.
"Anna-nya ada, Bi? Gue ketukin kacanya kok gak dibuka-buka, ya."
"Anna nganter Ayra ke Paud. Sini-sini, masuk ke kamar gue," titah Bian.
"Ogah, ah, entar gue dicabulin lagi," tolaknya.
"Heh, kurang ajar! Gue kalau cabul juga milih-milih kali, dada kecil gitu gak nafsu gue."
Alih-alih menjawab Kiera malah mendengus kesal, lalu bersiap melompat turun ke bawah.
"Mau ngapain lo?"
"Lompatlah," jawab Kiera.
Bian membelalakan matanya, ekstream cuy. "Lo gila apa, ya? Ini tuh lumayan tinggi. Kalau lo kenapa-napa gimana?"
Mata Kiera memicing. Menyelidik mata Bian, mencari tahu maksud dari ucapannya barusan.
Bian yang ditatap seperti itu menjadi salah tingkah. "Ma-maksud gue jangan lompat, nanti kalo lo jatuh kan gue juga yang repot."
"Bilang aja kalau khawatir," suara Kiera memang pelan, tapi entah kenapa Bian masih saja bisa mendengarnya. Sebuah toyoran pelan mendarat di kepala Kiera. "Sakit, ih!"
Kiera sudah melayang di udara, berniat membalas perbuatan Bian, namun Bian segera menahannya. "Lagian ke-ge-er-an. Udah, masuk ke kamar gue aja." Akhirnya Kiera pun menurut.
Di kamar Bian, Kiera hanya terbengong tidak tahu harus apa. Selagi empu-nya keluar kamar, ia melihat-lihat ada sebuah figura yang di sana terdapat Bian dan Citra.
Sambil duduk di pinggir tempat tidur Kiera berujar, "Bian cakep kok, gak jelek-jelek amat, tapi kok mau aja, sih, pacaran sama si Citra."
"Gue tahu, kok, gue cakep," ujar Bian di balik pintu yang sedikit terbuka. Ia membawa dua gelas susu putih dan dua lembar roti tawar.
Kiera mengambil segelas susu putihnya, "Ge-er, lo."
"Dih, gue gak dongo ya, sampe gak denger kalau lo bilang gue cakep," katanya duduk di sebelah Kiera.
"Serah kamu aja, Nyet." lalu Kiera menghabiskan rotinya dan segelas susu tadi. Sementara Bian memperhatikan Kiera yang begitu cuek makan di depan Bian.
"Apa lo liat-liat?!" bentaknya pada Bian.
"Ebuset, slow aja kali, mbak. Ada sisa susu di bibir lo." Bian mengusap bibir Kiera dengan tangannya, yang memang benar saja ada sisa susu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-boyfriend Nosy ✓ [TAHAP REVISI]
Roman pour Adolescents"Mau lo apa sih? Datang memberikan harapan lalu pergi layaknya tukang antar galon." Kiera melipat tangannya di depan dada. "Gak mau apa-apa. Lo aja yang baperan. Udah tau gue cuma iseng doang malah dimasukin ke hati." Bian menyenderkan punggungnya...