Dengan sedikit membanting, Kiera menaruh tasnya di atas meja. Ia berseru pada Bian yang berada di ambang pintu, "Masih pagi gak usah nyari ribut lo!"
"Dasar jomlo, ditanya mana pacar malah ngamuk," ucap Bian dengan senyum mengejek.
"Lo!" Kiera menunjuk ke wajah Bian, "Mutilasi-able banget, ya!"
"Nih, mutilasi, nih! Palingan besoknya lo masuk koran. 'Seorang gadis gila membunuh mantan pacarnya yang ganteng, baik hati dan tidak sombong ini dikarenakan gagal move on.'"
Untung saja suasana kelas masih sepi, hanya ada beberapa siswa-siswi yang tertawa di dalam kelas. Tawa Bagus yang paling terdengar puas. Anna yang notabene-nya sudah datang terkikik geli mendengar perdebatan keduanya.
"Gue gak gila! Gak gagal move on juga! Ge-er lo kurang-kurangin, please!" seru Kiera dengan wajah merah menahan kesal.
Siapa yang tidak kesal jika dikatai gila dan gagal move on? Please, Kiera itu tidak menyukai Bian, ya. Meskipun dulu sempat berpacaran, toh, itu hanya ulah si Bagus.
"Nah, gitu dong. Lo cantik kalau lagi marah," kata Bian sambil berlalu ke luar kelas. "Cuma imutnya ilang!" sambungnya di jendela kelas.
"ASTAGFIRULLAH AL ADZIM! DOSA APA GUE HARUS KETEMU SAMA LO TERUS?!" Kiera menarik rambutnya frustasi. Agak lebay memang.
"Dosa nyontekin jawaban ulangan," celetuk Bagus. Oh jangan lupa, dedemit Bian tidak ikut keluar karena Bian mau ngapel ke kelas Citra.
"DIEM LO! NYAUT AJA!"
Seketika Bagus diam.
"Permisi." Seorang siswa menyembulkan kepala ke dalam kelas. Siswa itu Willis. Anak baru sekaligus ceng-cengan Kiera, kalau kalian lupa.
Yudish menghampiri Willis. Mereka sedikit berbincang lalu Yudish ikut ke luar kelas bersama Willis.
Kiera berteriak lagi, "ANJIR, ANN! WILLIS DENGER GAK YA, GUE TERIAK TADI?!"
"Berisik, Nyed! Masih pagi gak usah bikin gue kesel!" Anna yang duduk di depan Kiera melemparkan bukunya ke wajah Kiera.
"Ish, lo mah," renggut Kiera.
"Kerjain PR Fisika lo mendingan, sono! Jam pertama ini." Anna mengibaskan tangan di udara, berharap Kiera tidak mengganggu acara membacanya.
"Anjir! Mampus deh, gue!" Kiera menepuk keningnya, sedetik kemudian ia menarik ujung jas yang dikenakan Anna. "Lihaaat..."
"Gak usah tarik-tarik! Gue kasih tahu siapa Diazayn nanti," ketus Anna.
Anna memang tipe cewek yang suka membaca dan ia akan marah jika acara membacanya diganggu.
Kiera mencondongkan tubuhnya ke depan, matanya memicing. "Demi apa, lo?"
"Kalo lo ngerjain PR Fisika."
"Ok, gue kerjain ya, awas lo bohong!"
-----
"Gue sama Kiera mau beli novel baru di Gramed. Kalian duluan aja," kata Anna pada Poppi dan Gilang.
"Iya, kita nyusul ke rumah Elsa," tambah Kiera.
"Iya-iya, buset dah," jengah Gilang.
Setelah kedua temannya pergi, Anna dan Kiera segera melesat menuju tempat yang sudah mereka rencanakan sebelumnya.
Anna menyesap green tea latte-nya dengan tenang. Melihat Kiera tersenyum sendiri sambil menatap layar ponselnya, Anna jadi tidak tega untuk memberitahu tentang Diazayn. Omong-omong, mereka sudah ada di starbucks.
"Sorry, Ann. Lagi nanggung ini," ucap Kiera memperlihatkan chat-nya dengan Willis pada Anna. Anna mengangguk paham.
Selang beberapa menit, Kiera menaruh Ponselnya di atas meja. "Mulai," katanya sambil menyesap Caramel macchiato-nya.
"Diazayn, hmm ...," gumam Anna. Ia mengetuk-ngetuk meja dengan telunjuk. "Biasa dipanggil Aza. Anak yatim piatu yang diasuh oleh kedua orangtua Willis sejak usia dua tahun. Dia sahabat Willis dari kecil sekaligus sebagai cinta pertamanya. Diazayn mengalami kecelakaan kereta dua tahun yang lalu. Membuatnya terkena gangguan kejiwaan yang cukup parah." Anna menjeda.
"Dokter bilang, Aza mengalami trauma sewaktu kecil. Mungkin kedua orangtuanya dulu meninggal karena kecelakaan juga, makanya Aza seperti itu. Orang tua Willis yang selama ini membiayai semua fasilitas di RSJ untuk ruangan Aza. Mereka yakin, Aza-nya akan kembali." Anna melirik ke arah Kiera yang sedari tadi diam, menatap kosong caramel macchiato-nya.
"Lo gak pa-pa kan, Kei?"
Kiera menggeleng pelan. "Gak pa-pa."
"Mau lanjut?"
Kiera menoyor kepala Anna kesal, "Ya, kali lo ngasih informasi setengah-setengah."
"Santai dong, bazeng. Pas anak basket latihan sama anak cheers, Willis ditembak sama Rika, tapi ditolak. Alasannya, 'gue udah punya bidadari di rumah. Masa lo juga mau gue embat. Kan gak baik kalo maruk.' di depan semua anak cheers, Kei! Lo bayangin betapa malunya si Rika!" sementara Anna berseru heboh Kiera malah menatap Anna datar.
"Kalau lo yang nembak Willis, bakal di tolak juga gak, ya," ujar Anna yang langsung dihadiahi lemparan kertas oleh Kiera.
"Sorry, gue masih punya harga diri. Nembak cowok gak segampang lo teriak pas ketemu cowok ganteng," katanya dengan tangan menirukan gaya bicara Elsa.
"Iya, sih. Butuh perjuangan buat nyatain Cinta ke cowok."
"Terus, perasaan Willis ke Aza gimana?" Kiera kembali memutar topik.
"Sampai sekarang Willis masih suka Aza. Dan lo harus bisa ambil hatinya Willis!"
"Ya, pasti dong!" Ann tersenyum saat melihat semangat di mata Kiera. "Btw, lo tau dari mana info sedetail ini?"
"Lo gak tau ya, gue ini stalker sejati." Anna menepuk dadanya bangga.
"Dih, najong! Gaya lo udah kayak Detektif Conan aja," cibir Kiera.
Sebenarnya yang dilakukan Anna itu kurang kerjaan. Menggali informasi seseorang hanya karena diiming-imingi greentea latte. Tapi ia juga tidak mau Kiera terus diganggu kembarannya.
"Najong tapi lo manfaatin juga kan." Anna menatap sinis Kiera.
"Iya-iya. Lo emang bestie, deh."
-Ex-Boyfriend Nosy-
Hoho dapel up kan, gimana qaqa? jangan panjang-panjang, nanti putusnya sakid 😢😢
Jangan lupa Vomments 😚😚
Publish, 06 Juli 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-boyfriend Nosy ✓ [TAHAP REVISI]
Novela Juvenil"Mau lo apa sih? Datang memberikan harapan lalu pergi layaknya tukang antar galon." Kiera melipat tangannya di depan dada. "Gak mau apa-apa. Lo aja yang baperan. Udah tau gue cuma iseng doang malah dimasukin ke hati." Bian menyenderkan punggungnya...