Kak Nadia
Semakin dekat dengan Vanda semakin aku merasakan kenyamanan. Semakin takut kalau aku kehilangan dia, padahal aku belum ada hubungan apa-apa dengannya.
Vanda memang laki-laki yang spesial di mataku, tapi hal itu berubah setelah aku melihat Vanda sedang berjalan bersama seorang perempuan saat masuk ke gerbang sekolah.
Perempuan itu adalah Kak Nadia kelas 12 IPS 1. Dia perempuan yang cukup terkenal di sekolahku. Selain karena dia cantik, bentuk tubuhnya yang indah, dia juga seorang ketua paduan suara. Suaranya memang sagat merdu. Aku pun iri kepada dia. Semua laki-laki di sekolahku pasti ingin menjadi pacarnya. Aku yakin Vanda juga berpikiran seperti itu.
Aku melihat mereka memasuki gerbang dengan tersenyum. Mereka terlihat sangat bahagia. Dadaku terasa sesak saat melihat mereka berdua. Aku kecewa dengan Vanda. Sangat kecewa bahkan.
Aku jadi ingat kalau Nina pernah bilang, pacar Vanda dari SMP itu semuanya kakak kelas. Aku rasa Vanda memang menyukai perempuan yang lebih dewasa. Bukan sepertiku, yang masih kekanak-kanakan.
Ya sudah, mau gimana lagi. Aku bukan siapa-siapanya Vanda. Terserah Vanda dia ingin jalan dengan siapa, berbicara dengan siapa, pergi pulang sekolah dengan siapa. Terserah.
...
Jam istirahat seperti biasa aku pergi bersama teman-temanku ke kantin. Tiba-tiba Vanda memanggilku.
“Sa” Vanda bilang begitu.
Aku menengok ke belakang “Apa?” jawabku.
“Mau kemana?” tanyanya.
“Kantin” jawabku singkat.
“Gue ikut ya?”
“Kamu kan biasanya ke warung”
“Engga apa. Gue ikut sama kalian”
“Terserah”
Terlihat di wajah Vanda keheranan. Mungkin dia heran kenapa dengan sikapku hari ini. Aku memang sengaja cuek kepadanya. Aku cuma tidak ingin menganggu hubungan dia dengan kak Nadia.
Di perjalanan menuju kantin aku hanya diam, Vanda juga diam. Perjalanan paling sunyi saat aku bersama Vanda. Tidak seperti biasanya.
“Lo kenapa diem terus? sariawan?” tanya Vanda.
“Engga. Engga apa-apa”
“Kamu ngapain sih di sini? Nanti kak Nadia marah liat kamu kumpul sama kita” lanjutku. Kita yang aku maksud adalah aku dan teman-temanku.
“Nadia? Dia bukan siapa-siapa gue”
“Engga usah bohong. Tenang aja Vanda kalo sama aku, kamu jujur aja”
“Bener. Oh tadi lo liat gue berangkat bareng Nadia?”
“Iya”
“Cemburu ya?”
“Engga sih. Biasa aja”
“Hahaha”
“Dih, kenapa ketawa?”
“Lo lucu”
“Engga ada yang lucu”
“Ya udah.. gue jelasin. Jadi tadi gue diberhentiin sama Nadia di depan bengkel sebelum sekolah. Nadia bilang, ban motornya bocor, sekolah sebentar lagi masuk. Dia minta tolong, dia bareng sama gue ke sekolahnya. Supaya engga telat. Gue cuma bantuin Nadia aja”
“Iya” jawabku singkat. Aku takut Vanda berbohong.
“Engga perlu cemburu”
“Siapa juga yang cemburu” padahal aku sangat cemburu. Kesal melihatnya bersama dengan kak Nadia.
“Nah itu Nadia, Nad. Sini” Vanda memanggil kak Nadia.
“Eh ngapain?” tanyaku.
“Udah biarin”
Kak Nadia sudah mendekat. Memang cantiknya luar biasa perempuan ini. Siapa juga yang tidak ingin jadi pacarnya. Aku pun kalau jadi laki-laki ingin memiliki pacar seperti kak Nadia.
“Kenapa Van?” tanya kak Nadia kepada Vanda.
“Engga.. ini Nad. Kenalin. Ini pacar gue, namanya Keisha” Vanda mengenalkan aku kepada kak Nadia. Tapi dia bilang kalau aku ini pacarnya. Ih.. aku engga ngerasa kita udah pacaran.
Aku hanya melihat kepada Vanda, sambil memberi isyarat wajah apa yang dia maksud, kenapa dia bilang aku ini pacarnya.
“Keisha” kataku.
“Nadia” Kak Nadia bilang begitu.
Aku dan kak Nadia bersalaman. Aku juga mengenalkan teman-temanku kepada kak Nadia. Ternyata kak Nadia orangnya ramah.
“Pacar lo cantik banget Van. Bisa aja lo nyarinya” kak Nadia bilang begitu.
“Iya dong, produk unggulan” kata Vanda.
Semuanya yang ada dekat dengan ku tertawa. Aku tersipu malu. Pasti wajahku memerah. Pasti. Aku yakin itu.
...
Aku tidak ingin menanyakan Vanda kenapa mengakui aku sebagai pacarnya di depan teman-temanku dan kak Nadia. Nanti saja kupikir kalau di jalan menuju ke rumahku.
Vanda memang selalu bisa membuatku terkejut dengan caranya. Tapi kali ini aku tidak menyangka kenapa dia bisa bilang kalau aku ini pacarnya di depan banyak orang. Padahal dia belum pernah menyatakan perasaannya kepadaku.
Jangan bercanda soal perasaan Vanda. Kamu tau bagaimana rasanya kalau hati sudah sakit ? Sulit sekali untuk sembuh. Maka dari itu, aku tidak ingin kamu bercanda kalau kita ini sudah pacaran. Aku ingin kamu serius. Pokoknya kamu harus menyatakan perasaan kepadaku.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanda [Completed]
Teen FictionHari pertama MOS aku sempat kesiangan, tapi aku rasa itu hari yang cukup beruntung. Karena ada pahlawan tampan yang menolongku. Laki-laki itu tidak pernah mau mengikuti MOS, dia hanya sekedar datang sebentar setelah itu pergi entah kemana. Aku penas...