12

720 29 0
                                    

Resmi Berpacaran

Vanda sudah bilang kalau aku ini pacarnya di depan teman-temanku dan di depan kak Nadia. Padahal dia belum menyatakan perasaannya kepadaku. Aku juga bingung, sebenarnya aku dan Vanda itu sudah resmi berpacaran apa belum.

Vanda pasti sudah tau kalau aku mencintainya. Akhir-akhir ini aku juga merasa kalau Vanda mencintaiku, entah aku yang terlalu percaya diri atau memang kenyataannya seperti itu.

Vanda itu kan laki-laki, jadi dia harus berani menyatakan perasaannya. Jangan mengambil keputusan secara sepihak. Dia harus bilang dulu kalau dia mencintaiku, baru sehabis itu aku dan Vanda resmi berpacaran.

"Kamu tadi kenapa sih ngomong kaya gitu?" tanyaku kepada Vanda saat di motor yang mengarah pulang ke rumahku.

"Yang mana?" tanya Vanda.

"Kamu bilang kalo aku ini pacar kamu"

"Ya emang begitu kan?"

"Kamu belum tembak aku"

"Gue engga mau"

"Kenapa ih?"

"Takutnya lo mati, nanti engga ada yang bikin gue seneng lagi di bumi" Vanda bilang begitu. Maksudnya Vanda pasti tembak pakai senjata api, padahal maksudku tembak, mengungkapkan perasaan, menyatakan cinta. Begitu.

"Bodo Vanda bodo" aku kesal. Aku yakin Vanda mengerti apa yang aku maksud. Tapi dia pura-pura tidak tau.

"Hehehe"

...

Sampai sudah di rumahku. Aku mengajak Vanda masuk, tapi dia tidak mau. Dia ingin bicara di depan gerbang rumahku saja.

"Kita pacaran ya" Vanda bilang begitu.

"Dih apaan. Masa gitu, yang bener dong tembaknya"

"Gue engga bisa"

"Ih, udah sering pacaran. Masa engga bisa tembak"

"Emang gimana yang bener?"

"Gini nih, kamu mau engga jadi pacar aku?" kataku mengajarkan Vanda cara menembak yang benar.

"Iya. Gue mau kok" Vanda bilang begitu. Seakan-akan aku yang menembak dia.

"Ih kok. Jadi aku yang tembak kamu"

"Biarin aja Sa. Emansipasi wanita"

"Engga mau"

"Biarin"

"Ih"

"Mau engga?" Vanda bertanya kepadaku.

"Apa?" jawabku.

"Jadi pacar gue?"

"Mauuuu"

"Ya udah"

"Eh gitu doang?" tanyaku.

"Sini" Vanda menyuruh aku mendekat ke arah dia.

"Ngapain?"

"Peluk" Vanda bilang begitu.

"Nanti ibu liat" aku takut ibu melihat kalau aku berpelukan dengan Vanda.

"Mobilnya udah engga ada, ibu udah ke butik" kata Vanda. Memang mobil sudah tidak ada di rumah, itu tandanya ibu memang sudah pergi ke butik.

"Eh. Kok malah kamu yang tau, kamu anaknya?"

"Bawel"

Vanda langsung menyergap tubuhku, kami berdua berpelukan di depan rumahku. Aku sudah melihat keadaan sekitar, aku rasa aman. Ya sudah. Aku memperlambat saat pelukan bersama Vanda. Nyaman sekali rasanya. Biasanya aku yang memeluk dia, tapi kali ini kami berpelukan.

Vanda melepaskan pelukannya. Sudah terlalu lama memang kami berpelukan.

"Baru pertama kali gue peluk lo" Vanda bilang begitu.

"Apa rasanya?" tanyaku.

"Enak"

"Ih ngeres deh"

"Nyaman banget Sa" kata Vanda.

"Tanggung" kataku.

"Apanya?"

"Ngomongnya jangan Sa doang. Tambahin Yang" aku bilang begitu. Aku bermaksud supaya Vanda memanggilku dengan sebutan 'Sayang'.

"Bodo" Vanda bilang begitu. Bukannya bilang sayang. Dasar !!!

"Ih Vanda"

"Hahaha"

Aku resmi berpacaran dengan Vanda. Kami resmi berpacaran pada akhir bulan Agustus 2010, kalau hari dan tanggalnya aku sudah lupa. Jujur, baru kali ini ada laki-laki yang menyatakan cinta kepadaku dengan cara seperti itu. Hanya Vanda memang. Dia bisa mencintaiku dengan caranya sendiri.

Semoga kamu tidak pernah kehabisan cara untuk mencintaiku, Van.

Vanda [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang