Putus
Karena ayahku tidak menyetujui hubungan aku dengan Vanda, akhirnya kami hanya bisa menjalani hubungan secara diam-diam.
Vanda tidak pernah lagi mengantar aku pulang ke rumah. Kami biasanya bertemu di sekolah saja, atau kalau sedang libur, aku dan Vanda pergi ke suatu tempat.
Ibu sudah tau kalau ayah tidak menyetujui hubungan aku dan Vanda. Aku sempat meminta tolong ke ibu supaya membujuk ayah agar ayah bisa menyetujui hubungan aku dan Vanda. Tapi tetap saja, ayah ya ayah. Dia orang yang cukup keras kepala, susah sekali kalau membujuknya. Kalau dia bilang salah, ya sudah. Salah.
Aku sebenarnya tidak ingin menjalani hubungan seperti ini, diam-diam itu tidak menyenangkan. Kadang kalau pergi ke suatu tempat, aku takut ayah melihat aku dan Vanda masih berpacaran. Aku takut ayah mengetahui kalau aku masih berhubungan dengan Vanda. Tapi di lain sisi juga aku masih sangat mencintai Vanda. Aku tidak ingin putus dengannya.
Vanda juga merasakan hal yang sama dengan yang aku rasakan. Dia juga cemas dengan hubungan yang diam-diam ini.
“Aku takut ketauan ayah kamu Sa” Vanda bilang begitu.
“Sama aku juga. Tapi ya mau gimana lagi Vanda, aku engga mau kita putus”
“Udahlah Sa, emang udah jalannya kaya gini”
“Engga mau ih Vanda”
“Kenapa engga mau putus?” tanya Vanda.
“Aku sayang kamu”
“Aku juga”
“Terus kenapa kamu mau putus?”
“Bukan aku yang mau. Itu mau ayah kamu”
“Ayah engga tau apa-apa tentang kamu Vanda. Dia engga tau tentang kita”
“Aku bukan orang yang baik Sa”
“Kamu itu baik”
“Aku engga baik buat kamu”
“Kamu yang terbaik buat aku”
“Kamu keras kepala”
“Ayah aku juga”
“Engga boleh gitu Sa”
“Iya maaf”
...
Mungkin Vanda sudah kehabisan cara untuk menjalani hubungan aku dan dia. Entah sudah berapa kali dia ingin putus, tapi aku tidak pernah mau. Aku masih sangat mencintai dia.
Memang sulit rasanya kalau seperti ini, aku juga tidak ingin terus menerus berbohong kepada orang tuaku. Tapi aku juga tidak ingin hubungan aku dan Vanda berakhir. Apa kalian pernah merasakan kebingungan sepertiku ? Apa yang akan kalian lakukan kalau ada di posisiku? Aku bingung harus berbuat apa.
Vanda mengajak aku pergi ke suatu tempat, ke salah satu cafe yang ada di daerah Cibinong. Aku duduk berhadap-hadapan dengan Vanda. Vanda dari tadi hanya diam, seperti ada yang dipikirkan. Tatapannya juga kosong, dia pasti sedang kurang baik.
“Vanda?” aku menegur Vanda, karena dia dari tadi melamun.
“Iya Sa”
“Jangan ngelamun”
“Iya”
“Kamu engga apa-apa?”
“Aku mau kita putus Sa”
“Loh kok gitu?! Aku engga mau”
“Mau engga mau harus mau Sa”
“Kenapa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanda [Completed]
Teen FictionHari pertama MOS aku sempat kesiangan, tapi aku rasa itu hari yang cukup beruntung. Karena ada pahlawan tampan yang menolongku. Laki-laki itu tidak pernah mau mengikuti MOS, dia hanya sekedar datang sebentar setelah itu pergi entah kemana. Aku penas...