Orang yang bahagia bukanlah orang yang memiliki sejumlah situasi tertentu, tetapi orang yang memiliki sejumlah sikap tertentu.
"Anda sudah bangun ternyata. Bagaimana perasaannya? Pusing atau mau muntah?" Perawat yang sedang berjaga tersenyum lega ketika sang pasien akhirnya membuka mata setelah hampir setengah jam tidak sadarkan diri. "Rumah sakit?" Dinda mengusap matanya. Cahaya lampu menerobos masuk dengan paksa "Anda dibawa oleh pasangan suami isteri yang mengaku sebagai tetangga sebelah rumah anda. Pergelangan kaki kanan anda terkilir, dokter Rafi akan kembali visit satu jam yang akan datang."
Bicara soal kaki yang terkilir, Dinda baru ingat ia terjatuh setelah secara tidak sengaja karena melewati beberapa anak tangga sekaligus saat sedang buru-buru turun. Kecerobohannya mendatangkan kesialan luar biasa "Makasih ya sus." Sang perawat pamit setelah mengganti cairan infus Dinda yang telah habis. "Mas Angga?" Dinda memanggil laki-laki bertubuh tinggi yang berdiri agak jauh darinya.
Angga berjalan mendekat "Kenapa Din? Kamu butuh sesuatu?" Tanyanya cemas, Dinda menggeleng pelan "Kok mas Angga bisa disini?" Tanya Dinda bingung.
"Saya bertemu kamu di ruang unit gawat darurat dengan tidak sengaja. Saya baru saja mengunjungi adik ipar saya di lantai atas. Kamu jangan khawatir, saya sudah memberitahu pak Gibran dan pak Aidan."
Angga juga telah mengurus administrasi sehingga Dinda bisa segera di pindahkan ke ruang vip agar ia bisa istirahat dengan nyaman "Makasih ya, mas." balas Dinda pelan, suaranya sedikit serak "Saya akan menunggu di luar. Kamu bisa panggil saya jika perlu sesuatu." Dinda membiarkan Angga yang segera menghilang dari pandangannya. Laki-laki itu hanya memastikan kenyamanan Dinda lalu segera pergi keluar ruangan.
Ghaffar tiba-tiba muncul tidak lama kemudian. Ia mendengar kabar dari beberapa perawat yang sedang berjaga di lorong vip. Ghaffar segera datang untuk memastikan kalau Dinda yang di maksud para perawat tadi adalah adik iparnya dan ternyata memang benar adanya.
"Loh mas Ghaffar?"
Ghaffar terlihat sangat terkejut. Dinda tidak pernah melihat Ghaffar dengan balutan jas snelli tapi ternyata kakak iparnya tetap sempurna seperti biasa. "Ya Allah beneran kamu Din. Kamu kenapa? kok bisa sampai sini." Ghaffar mendekati adik iparnya dengan khawatir.
Setelah memperhatikan keadaan Dinda dengan seksama, laki-laki itu menyadarinya "Hehe gara-gara ceroboh mas. Dinda jatuh dari tangga, tadi perawatnya bilang cuma terkilir saja." Dinda mengusap tengkuk malu-malu. Semua orang pasti akan kembali meledeki sifat cerobohnya yang sering membawa sial "Kamu- terkilir bukan cuma hal yang sepele Din." Ghaffar menyentuh pergelangan kaki kanan Dinda yang telah dipasang gips dan di gantung lebih tinggi dari dada. Sepertinya tingkat keseleo pergelangan kaki Dinda hanya di tingkat satu.
"Dokter Rafi sudah visit?" Tanya Ghaffar setelah melihat papan informasi yang dipasang pada bagian depan ranjang. "Perawatnya bilang dokter Rafi akan datang satu jam lagi." Jawab Dinda berdasarkan penjelasan perawat yang menjaganya tadi.
Ghaffar mengangguk "Kamu sudah menghubungi Aidan kan?" Ghaffar lupa soal itu. Ya ampun. laki-laki itu mengeluarkan ponselnya sebelum Dinda menghentikan Ghaffar yang akan menghubungi keluarganya "Sudah kok mas, mas Angga sudah menghubungi Papa dan Mama juga."
"Mas Angga?"
"Itu yang duduk di luar. Mas Angga itu asisten pribadi mas Ran, dia yang mengurus semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Renforcer📌
ChickLitMenikah dengan Lelaki sepuluh tahun lebih tua? (Versi lengkap telah terbit di aplikasi Fizzo). Fyi. Cerita ini adalah cerita pertamaku di wattpad. Harap dimaklumi atas ketidaksempurnaan dari segi alur, penulisan dan latar. COMPLETED