All that you are is all that i'll ever need.
Pukul empat sore yang terik di hari Rabu, kelas P3tp dan Gghm oleh bu Sri Rahayu baru saja selesai. Seluruh orang sibuk mengeluh sakit kepala karena pokok bahasan hari ini sangat memusingkan. Yudha dan Andre sudah menyerah pada seperampat waktu sejak kelas dimulai. Fika, Kinan dan Windy terlihat mengerti dengan baik tetapi itu semua hanya topeng luar mereka. Ares percaya diri seperti biasa karena mata kuliah P3tp adalah bagian dari hukum pidana.
Untuk Dinda sendiri, sesaat setelah dosen mereka menerangkan soal perhitungan masa pidana pada perbarengan tindak pidana, ia menyerah karena kepalanya terasa panas ketika melihat beberapa rumus perhitungan "Belajar dengan beliau memang terbaik!" Seru Ares penuh semangat. Orang-orang setuju dengan pendapat Ares. Bu Sri adalah salah satu dari dosen senior bagian pidana yang telah mengajar lebih dari tiga puluh tahun. Pembawaan beliau yang santai bersamaan dengan aura keibuan terpancar jelas membuat mahasiswa lebih nyaman berada di kelas.
"Tapi tetap saja, gue nggak suka pokok bahasannya." Keluh Yudha pasrah. Laki-laki itu tidak pernah menyukai kelas Pidana beserta bagian-bagiannya. "Setuju Yud, aku langsung nyerah setelah beliau menjelaskan rumus perhitungan teori Samenloop." Ujar Dinda menyetujui keluhan sahabatnya.
Ares menutup buku catatan miliknya "Kalian bingung di bagian mana?"
"Kalo aku especially kalo harus hitung-hitungan." Jawab Dinda sambil menutup binder catatannya. Ia tidak sempat mencatat rumus karena sudah terlanjur pusing "catatanmu aku bawa pulang ya."
Ares memberikan buku catatan miliknya pada Dinda "Kalo yang lain kenapa?" Tanya Ares menatap satu persatu temannya yang lain. Kinan dan Andre menghindari tatapannya "Teori-teorinya terlalu sulit, apalagi jika sudah di interpretasikan dalam kasus." Yudha menjelaskan dengan cukup detil.
"Kalau begitu aku akan bantu kalian untuk memahami beberapa teori dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti."
"Dan sekarang, ayo pulang." Dinda memotong Ares karena ekspresi memelas teman-temannya. Mereka ingin segera pulang, bukan mendengar celotehan Ares yang semakin membuat kepala sakit "Kabari aku, jika ada apa-apa." Ujar laki-laki itu sebelum mereka mulai berjalan keluar dari kelas.
Dinda turun di alfama*t yang berjarak sepuluh meter dari patung angsa UNJA. Ares mengambil helm yang diberikan Dinda "Kamu serius turun di sini? Aku bisa mengantar kamu sampai rumah." Katanya tetap kekeuh. Dinda menggeleng kecil "Aku sudah mengirim pesan dengan supir pribadi papa." Katanya beralasan.
Pandangan Ares tidak sengaja menangkap sebuah mobil yang terlihat familier "itu bukannya mobil pak Aidan?" Katanya menunjuk toyota Land Cruiser hitam vxr Grade. Dinda refleks menoleh kebelakang dan benar itu adalah mobil suaminya "Eh iya."
Dinda hanya bisa berdoa semoga Aidan tidak turun dari mobil atau mereka akan tertangkap basah "Aku sekalian beli minum dulu, btw makasih sudah nganterin sampai sini." Dinda segera berjalan masuk ke minimarket supaya Ares bisa bergegas pergi. Ia bisa bernafas lega setelah motor Ares sudah beranjak dari parkiran.
Dinda berjalan ke salah satu showcase dan mengambil sebotol minuman isotonik untuk meredakan haus lalu berjalan lagi ke rak makanan ringan "Kalo nggak sampai bisa minta tolong, jangan memaksakan diri. Nanti kalo kamu jatuh gimana?" Cibir Aidan sambil terkekeh geli. Ia berdiri persisi di belakang Dinda dan tangannya bergerak untuk meraih sebungkus snack kentang kesukaan sang isteri. "Biasanya aku bisa ambil sendiri kok." Jawab Dinda membela diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renforcer📌
ChickLitMenikah dengan Lelaki sepuluh tahun lebih tua? (Versi lengkap telah terbit di aplikasi Fizzo). Fyi. Cerita ini adalah cerita pertamaku di wattpad. Harap dimaklumi atas ketidaksempurnaan dari segi alur, penulisan dan latar. COMPLETED