Blaming others isn't going resolve anything. There will be a lot of things that are unfair throughout your life. You'll have to stand up by yourself.
"Mas, kamu sepertinya harus cukuran, janggut kamu tajam."
Dinda meringis saat Aidan tidak sengaja menggesek dagu pada pipi kanannya. Mereka sedang duduk bersama di ruang tengah sambil menonton salah satu serial drama kesukaan Dinda.
"Janggut?" Aidan menyentuh dagu dan mengusap rahangnya mencoba merasakan bakal janggut "Hm... tapi orang-orang bilang, mas lebih tampan seperti ini." Katanya dengan bangga.
Dinda terkekeh geli "Kamu-?!" tanyanya menunjuk Aidan dengan wajah tidak yakin "Mereka bilang begitu ke kamu, Yang?!"
Aidan mempertahankan kepercayaan dirinya dan tetap berusaha tersenyum "Iya, para dosen dan mahasiswa di kelasku bilang mereka suka wajahku yang seperti ini." Aidan kembali mengusap rahangnya. "Aku nggak suka, muka kamu aneh." Padahal Dinda tidak berniat untuk berucap macam-macam.
Aidan mendengus, "Kalau begitu, mau bantu aku bercukur?" jika dipikir-pikir kembali, Dinda tidak pernah membantu suaminya bercukur.
"Ya sudah, biar aku bantuin."
Dinda menarik Aidan ke kamar mandi mereka dan menuntun laki-laki itu untuk duduk di atas kloset "Shaving foam kamu dimana?" Dinda berbalik dan membuka laci yang ada di atas wastafel "Di sebelah sabun cuci muka, Yang." Seru Aidan.
Dinda Membiarkan Aidan mengoles shaving foam di sepanjang dagu dan rahangnya, sedangkan perempuan itu mengeluarkan pisau cukur "Kalo luka gimana?" Gerakan tangannya berhenti, Dinda mengurungkan niatnya.
Aidan meraih tangan Dinda dan membantunya mulai bergerak "Kalau luka ya di obati, mudah kan?" Katanya dengan santai "It's okay, you may start from here." Aidan membantu Dinda mengarahkan tangannya, memulai dari bagian sisi kiri rahangnya dengan hati-hati.
"Kamu tegang banget sih."
Aidan tersenyum karena wajah Dinda yang terlihat sangat tegang. Tangannya bergerak dengan kaku dan ekspresi wajahnya terlihat mendung "Diem mas, nanti aku nggak fokus." Dinda tidak menghiraukan Aidan dan tetap melakukan tugasnya dengan hati-hati.
"Masih pake pisau cukur aja begini. Gimana kalo pake shaver?" Goda Aidan lagi, mencoba mencairkan ketegangan isterinya.
Dinda berdecak keras "I'm trying to prevent any possibility dari adegan berdarah-darah, mas." katanya menahan suara.
Aidan meraih pergelangan tangan Dinda "Relax, tarik napas dalam-dalam." Katanya benar-benar mencoba menenangkan Dinda. Tidak ada orang yang sangat tegang saat sedang bercukur. "Pelan-pelan saja."
Dinda berhasil mengembalikan fokusnya dengan baik dan berdecak puas setelah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik -tanpa luka sedikitpun "Done." Katanya puas. Aidan berjalan dan berdiri di depan cermin besar yang ada di kamar mandi lalu mengelus dagu dan rahangnya "Not bad lah, kamu kan masih beginner." Katanya pelan. Dinda membersihkan peralatan cukur dan menaruh kembali pisau cukur dan shaving foam ke tempat semula.
Dinda menunggu Aidan hingga lelaki itu selesai mencuci muka dan mengganti baju tidurnya. Mereka berjalan kembali ke kamar dan berbaring santai di ranjang sambil berpelukan. Dinda bersandar nyaman pada dada Aidan, menatap langit-langit kamar yang gelap karena lampu kamar yang telah dimatikan.
"Weekend besok kamu mau kemana?" Aidan membuka suara setelah mereka sama-sama diam selama beberapa saat. Menikmati waktu bersama seperti ini sangatlah berharga, Aidan sering merasa bersalah ketika harus meninggalkan isterinya saat melakukan perjalanan dinas hingga berhari-hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renforcer📌
ChickLitMenikah dengan Lelaki sepuluh tahun lebih tua? (Versi lengkap telah terbit di aplikasi Fizzo). Fyi. Cerita ini adalah cerita pertamaku di wattpad. Harap dimaklumi atas ketidaksempurnaan dari segi alur, penulisan dan latar. COMPLETED