Renforcer - bagian tiga belas

23.6K 1.6K 49
                                    

We all have scars; from loving someone deeply and from wanting to protect someone much.

"Harus menginap di sana, kha? Gua sanggup ngulang tungkal-Jambi."

Aidan mendesah frustasi ketika mengangkat panggilan masuk dari Gibran. Siang tadi, Gibran mengirim email dan satu pesan singkat kalau terjadi sesuaty pada proyek pembangunan pusat perbelanjaan cabang daerah Kabupaten.

"Masalahnya nggak kecil Dan, kontraktor proyek itu tertangkap basah melakukan gratifikasi terhadap kepala daerah setempat." Suara Gibran terdengar putus asa.

Aidan memijit pangkal hidungnya yang berdenyut. Gratifikasi bukanlah suatu masalah kecil, apalagi melibatkan kepala daerah. Proyek pembangunan mereka harus diberhentikan sementara untuk proses pemeriksaan kepolisian. Aidan tidak bisa bekerja setengah-setengah. Ia harus turun tangan bersama tim legal perusahaan.

"Gue pasti ngandalin elo kalau kasus kayak gini Dan." Karena sejak awal bekerja di perusahaan Haris, Aidan adalah tim legal perusahaan. Lelaki itu berjasa dalam menyelesaikan sengketa yang berkaitan dengan hukum. "Atau mau sekalian bawa Dinda? gue tahu lo nggak bisa ninggalin adek gue." Dan tebakan Gibran seratus persen benar. Aidan keberatan untuk stay di Tungkal karena tidak mau meninggalkan isterinya sendirian.

Aidan melirik Dinda yang sedang fokus menonton televisi. Rambut panjangnya terurai dengan indah dengan aroma shampoo khas yang tercium hingga sampai di tempat Aidan duduk "Gua nggak bisa bawa Dinda, dia ada urusan di kampus." Besok adalah jadwal penjemputan Narasumber. Seharusnya Aidan menemani Dinda menuju bandara bersama beberapa dosen lain. "Dia harus menjemput narasumber untuk seminar internasional dan lusa menjadi pembawa acaranya. Dinda akan sangat sibuk dan gue nggak akan menghancurkan rencananya begitu saja." Aidan tidak akan membawa isterinya yang sudah berlatih keras untuk acara kali ini.

"Tapi urusan ini nggak akan selesai dalam waktu dua puluh empat jam." Entah kenapa Gibran terdengar tidak yakin.

Dinda menoleh kepada sang suami, menatap bingung karena Aidan tiba-tiba memberi kode supaya mendekat. Aidan mengelus kepala isterinya lalu memberikan ponsel "Gibran mau bicara." Katanya pendek. Dinda mengambil ponsel Aidan dengan ragu-ragu "Halo mas Ran?" katanya setelah mendekatkan benda tipis berbentuk persegi itu ke telinga.

"...................."

Aidan membiarkan Dinda dan sang kakak untuk berbincang selama beberapa saat. Ia tidak bisa mendengar percakapan mereka tapi Aidan yakin sahabatnya itu sedang mencoba menjelaskan situasi perusahaan dan alasan mengapa ia harus pergi.

Perubahan ekspresi wajah Dinda terlihat jelas. Beberapa kali tatapan mata mereka bertemu lalu kembali terputus. Dinda tersenyum saat panggilan telepon selesai, perempuan itu mendekati Aidan dan menatap suaminya yang terlihat cemas.

"Kenapa gelisah banget?" Tangan kanannya naik dan berhenti untuk mengelus pipi sang suami "Aku nggak papa, mas bisa pergi dengan manajer operasional." Katanya santai. Melihat raut wajah Aidan yang tidak kunjung lega membuat Dinda harus meyakinkan suaminya.

Perempuan itu tersenyum lebar "Ini bukan sengketa yang bisa diselesaikan mas Ran sendiri kan." pernyataan Gibran tadi sangat meyakinkan dan Dinda harus merelakan Aidan pergi selama beberapa hari untuk menyelesaikannya. Sang kakak juga menjelaskan kalau keadaan perusahaan sedang tidak stabil, para karyawan banyak bergosip menciptakan asumsi sebelah pihak tanpa mementingkan kebenarannya.

"Mas bisa apa kalau kamu sudah bicara seperti ini." Ucap Aidan pasrah. Dinda mengangguk-angguk dengan antusias "Biar aku packing baju kamu ya." katanya lalu berjalan menuju walk in closet mereka.

Dinda meraih satu koper kecil yang biasa digunakan Aidan saat sedang melakukan perjalanan bisnis kurang dari seminggu. Mengisi koper dengan beberapa potong kemeja, kaos polo dan celana jeans. "Kamu turun ke lapangan kan?" Dinda menoleh saat langkah kaki Aidan mendekat. "Mas tidak punya rapat resmi, bawa baju santai saja yang. Kaos polo dengan celana panjang biasa dan sepatu sport." Karena agenda kunjungannya bukanlah jadwal resmi, Aidan tidak harus menggunakan pakaian formal.

Renforcer📌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang