Epilog

31.8K 1.3K 91
                                    

"Andra jangan rebut mainan adikmu lagi!"

Aidan memijit pangkal hidungnya yang berdenyut, ini kedua kalinya ia berteriak kepada si sulung yang kini tengah merampas mainan milik adiknya sendiri hingga sang adik menangis kesal.

"HUAAA AYAH, BANG ANDRA JAHAT HIKS..."

Teriakan si nomor dua -Avisha memenuhi ruang bermain anak-anak mereka, Aidan mendekati kedua putranya dengan wajah lelah "Sudah berapa kali ayah bilang jangan rebut mainan adikmu, bang Andra sudah punya mainan sendiri kenapa merebut punya Avi?" Aidan berbicara dengan nada normal pada anak tertuanya dan ikut duduk di sebelah sang anak yang tengah menatap kearahnya dengan bersalah. Mata cokelat terangnya berkaca-kaca tanda ia sadar telah melakukan kesalahan. Jika sudah seperti ini Aidan rasanya ikut merasa bersalah sudah memarahi anak-anak.

Diberi rejeki mendapatkan triplets saat perayaan pernikahan mereka yang ke enam, Aidan menjadi orang paling bahagia saat mendengar kabar tersebut. Jika saja Dinda tidak menahan suaminya, Aidan pasti sudah menyebarkan berita ini kepada seluruh dunia. Buah hati yang mereka nanti datang bagaikan sebuah matahari yang akan menerangi rumah mereka.

Si sulung bernama Andra Bramantya Haliim, yang merupakan sosok paling jahil di antara adik-adiknya. Andra lahir lima menit lebih awal dari si bungsu dan dua menit lebih awal daripada si tengah. Wajah tampannya menurun seratus persen dari Aidan dan hal yang diturunkan oleh Dinda hanyalah sifat keras kepala dan jahil yang sangat menjengkelkan. Perpaduan yang cukup membuat Aidan harus ekstra hati-hati karena membayangkan anak laki-lakinya tumbuh dengan wajah tanpa ekspresi seperti dirinya tetapi memiliki sifat yang sangat jahil dan cerewet seperti Dinda sebenarnya adalah mimpi buruk.

Kemudian ada si tengah yang diberi nama Avisha Bramantya Haliim, yang merupakan sosok paling cengeng di antara adik dan kakaknya. Mungkin karena lahir dan tumbuh di antara seorang kakak dan seorang adik membuat Avisha tidak bisa menempatkan diri dengan baik menjadikannya sosok yang labil dan cengeng. Wajah Avisha adalah hampir setengah mewarisi wajah Aidan tetapi ia memiliki sisi ramah seperti Gibran. Dinda tidak tahu bagaimana menjelaskan tentang anak keduanya karena dalam beberapa situasi, Avisha akan benar-benar terlihat seperti sang kakak Gibran tetapi struktur wajahnya adalah turunan asli Aidan.

Lalu yang terakhir adalah si bungsu yang bernama Andrian Bramantya Haliim, sosok paling dewasa di antara kedua kakaknya. Andri lebih cenderung pendiam dan jarang menangis. Sejak ia kecil, disaat kedua kakaknya akan menangis jika sedang haus atau lapar, Andri hanya akan sedikit merengek tanpa harus menangis keras seperti yang dilakukan Avisha ataupun bersikap jahil seperti Andra. Wajah Andri adalah perpaduan yang sempurna dari Dinda dan Aidan, Ia memiliki struktur wajah seperti Aidan dengan iris mata dan rambut berwarna cokelat terang seperti milik Dinda.

"Avhi rampas duluan yah!" Protes Andra tak mau disalahkan, Aidan segera menarik Andra dan Avisha menjauh dari ruang keluarga menuju kamar mereka di lantai dua tepat diseberang kamarnya dan Dinda. Mengunci pintu dan memerintahkan mereka untuk berdiri bersandar pada dinding "Abang gangguin Avhi Yah!" Avisha membela dirinya tak mau kalah. Aidan menghela nafas lelah "Kalian berdua ambil kursi dan duduk menghadap dinding." Suara datar yang dikeluarkan sang ayah membuat Andra dan Avisha langsung menyadari sesuatu.

Sang Ayah sedang menghukum mereka berdua dan hal ini tidak bagus. Andra yang tadinya tidak berekspresi banyak tiba-tiba langsung berkaca-kaca sambil memegang erat kursi yang di dudukinya. Avisha yang memang sudah cengeng sudah meneteskan air matanya dengan deras walaupun belum mengerti dengan jelas dimana kesalahannya "Duduk menghadap dinding selama sepuluh menit dan jangan menoleh kesana-sini, ayah akan kembali." Andra sesunggukan saat melihat Aidan sudah melangkah pergi setelah menutup pintu.

Saat ini triplets sudah memasuki usia empat tahun dan rencananya Aidan dan Dinda akan memasukan mereka ke tempat bimbel tahun depan karena pertumbuhan mereka yang cukup cepat. Triplets tumbuh sedikit lebih cepat dari anak-anak seumuran mereka dan Dinda memutuskan untuk segera membawa triplets ke tempat dimana mereka bisa bersosialisasi dan bertemu dengan orang banyak. Di umur triplets yang sudah empat tahun ini Andra, Avisha dan Andri tidak pernah sekalipun memegang ponsel karna Dinda belum memperbolehkan.

Renforcer📌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang