NARCISSA MALFOY

2.6K 308 13
                                    

Ketika pintu lift menutup, hening seketika di antara dua makhluk yang sekarang sibuk dengan pikirannya masing-masing. Menggerak-gerakkan kakinya gelisah, Hermione merasa kurang nyaman dengan suasana ini.

Well, hubungannya dengan Draco tidak bisa dibilang baik sejak di Hogwarts, bahkan setelah perang berakhir, meskipun keluarga Malfoy ditolong Harry Potter berkat kesaksiannya di pengadilan sehingga terbebas dari penjara Azkaban dengan kecupan Dementornya yang terkenal terkecuali Lucius Malfoy tentunya yang harus mendekam di sana untuk lima tahun lamanya, tidak serta merta membuat hubungan mereka lebih baik. Seakan-akan kata Mudblood dan ferret adalah panggilan sayang antara Hermione dan Draco.

Tiba-tiba Draco memecah kesunyian dengan sebuah pernyataan yang sanggup melemaskan lututnya saat itu juga.

"Granger, ibuku ingin bertemu denganmu. Sekarang dia ada di divisimu, menunggu kedatanganmu yang kali ini luar biasa terlambat. Aku datang sekarang juga atas suruhannya, bukan karena aku ingin menemuimu."

Sebuah seringai penuh kemenangan menghiasi wajah pucatnya setelah dia mengeluarkan pernyataan itu. Hermione terhenyak mendengarnya, melotot ngeri menatap wajah pria didepannya seakan-akan Voldemort si pangeran tak berhidung muncul mendadak untuk meng-avada kedavra dirinya. Bahkan dia sempat bersyukur jika itu benar terjadi, agar ada alasan baginya menghindari pertemuan tak terduga seperti ini.

Draco hanya mendengus melihat wajah Hermione yang jauh dari kata menyenangkan mendengar perkataannya. Tapi dia tak peduli, sesungguhnya dalam pikirannya hanya ada rasa penasaran yang hampir tidak dapat dia tahan dari Malfoy Manor tentang alasan ibunya Cissy menemui Hermione di kementerian pagi ini. Rasa penasaran yang entah kenapa membuat kepalanya sakit dan perutnya mendadak mual mengingat bagaimana Hermione pernah disiksa bibinya yang gila, Bellatrix Lestrange, dengan kutukan Cruciatus. Draco segera menggelengkan kepalanya cepat-cepat menghilangkan bayangan buruk masa lalu akibat perang dari otaknya.

Sementara Hermione yang pikirannya masih berada di alam lain, memandang kosong pintu lift yang sudah membuka tanpa melangkahkan kakinya untuk keluar ke tujuannya. Draco mengejutkannya dengan menarik lengan baju Hermione sembari menampilkan ekspresi jijik tanda enggan bersentuhan dengannya agar keluar dari lift yang sebentar lagi menutup. Dengan sekali kibasan, Hermione melepaskan diri dari Draco sambil mendesis marah. Hampir saja mereka berdua saling melempar kutuk jika tidak melihat Narcissa Malfoy sedang duduk dengan elegannya di kursi tunggu ruang Divisi Hubungan Muggle.

Sambil menjaga jarak sejauh mungkin, Draco mendekati ibunya dengan langkah tidak sabar tanpa memperdulikan kehadiran Hermione sang empunya divisi.

Dengan dinginnya Draco bertanya,"Ada apa gerangan ibu mau bertemu si Mud....Granger di kementerian ini?".

Hampir saja terlontar kata tak sopan itu di depan ibunya sendiri, Draco mengutuk mulutnya yang kelewat lancang. Apa mau dikata, sekarang hatinya sedang tidak tenang karena sikap misterius ibunya sekarang. Jangan salahkan jika kalimat-kalimat tak masuk akal bisa terucap kapan saja. Draco sangat benci menjadi penasaran,terlebih jika itu berhubungan dengan dirinya.

Hermione tepat berada di belakang Draco dengan jarak cukup dekat untuk melihat interaksi ibu dan anak itu. Bingung harus bertindak apa. Dia memilin lipit rok span miliknya sambil berdiri mematung. Ya, sungguh bagus sekali posisinya, terjebak di antara dua Malfoy di kantornya sendiri. Dumbledore pun akan bangkit dari kubur melihat situasinya saat ini.

Hermione bergidik menghadapi kenyataannya sekarang.
Tanpa memperdulikan pertanyaan anak semata wayangnya, Narcissa segera beranjak dari tempat duduknya yang nyaman dan menyambut kedatangan Hermione yang...anehnya....ramah dan bersahabat di mata Hermione, seperti tidak pernah ada permusuhan antara mereka.

Mata kelabu terang Narcissa bersinar memancarkan semangat yang membuat bulu kuduk Hermione merinding. Narcissa berjalan mendekati Hermione dan mengulurkan kedua tangannya untuk meraih kedua tangan Hermione, mengusapnya dengan lembut yang seketika mengalirkan rasa nyaman di hatinya. Sungguh reaksi yang sangat mustahil jika itu terjadi dua tahun yang lalu.

Melihat Narcissa memperkenalkan dirinya dan tersenyum lembut ke Hermione, sanggup membuat Draco yang sekarang berdiri di antara mereka berdua, ternganga tanpa mampu mengucapkan sepatah kata pun. Seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, dia sampai memandang bergantian antara ibunya dan Hermione.

Wajah Hermione seketika mengkaku, merasa tidak nyaman dengan perlakuan itu, segera dia menarik kedua tangannya dan tampak terkejut. Disaat yang sama dia merasa tidak enak ketika melihat kilatan terluka dari mata kelabu itu dengan perlakuannya. Narcissa memaklumi hal tersebut. Siapa yang tidak terkejut jika seseorang yang pernah memperlakukanmu dengan tidak selayaknya tiba-tiba datang dan bersikap berbeda seratus delapan puluh derajat. Dadanya terasa sesak akibat dosa keluarganya pada gadis cantik didepannya sekarang. Sungguh dia teramat sangat menyesal dengan semua yang sudah terjadi. Hanya karena turun temurun keluarga Malfoy jadi pelahap maut, membuatnya tak punya pilihan lagi. Narcissa hanya bisa menarik napas pelan menghadapi reaksi Hermione padanya.

Seakan memecah kecanggungan antara mereka bertiga, Hermione mendehem pelan dan berkata,"Jika ada yang ingin dibicarakan, silakan masuk ke ruangan saya,"sembari membukakan pintu dan mempersilakan ibu dan anak itu masuk ke ruangannya.

Draco memandang sekeliling ruangan kantor Hermione, menilai bahwa ruangan ini benar-benar gaya Hermione. Sebuah ruangan cukup besar, didominasi warna merah emas, sangat Gryffindor, dengan meja hitam elegan di tengahnya dan beberapa tumpukan berkas disusun rapi. Sekali-kali ada memo terbang datang dari jendela khusus penghubung dengan divisi lain mendarat di atas mejanya menunggu dibaca dan dibalas sang tujuan. Di belakang mejanya terdapat rak buku yang memanjang dari sisi satu ke sisi lainnya, diisi jejeran buku-buku tebal. Sementara di tengah-tengah ruangan itu ada kursi sofa nyaman lengkap dengan mejanya, ada teko dan cangkirnya yang selalu menyeduh sendiri jika ada tamu yang datang. Di sisi kiri ruangan ada rak khusus benda-benda Muggle, yang dia sendiri tidak ingin tahu, di sisi kanan berjejer bunga-bunga sihir yang indah dan menyebarkan wangi di seantero ruangan. Ditambah jendela besar dengan cahaya matahari bersinar terang menambah kesan ramah dan menyenangkan di ruangan ini. Tampaknya Narcissa segera merasa nyaman saat masuk ke kantor Hermione, seperti dirinya sendiri, pikir Draco.

Hermione segera melepaskan mantelnya serta menaruhnya di gantungan khusus mantel dan mempersilahkan Draco dan ibunya untuk menaruh mantel di tempat yang sama. Draco segera membantu ibunya melepas mantelnya dan miliknya sendiri serta menaruhnya di tempat yang ditunjukkan Hermione. Narcissa tampak tertarik dengan benda kecil bercahaya kelap kelip di meja tamu yang kalau tidak salah namanya ponsel, benda Muggle yang katanya bisa dipakai berbicara tanpa bertemu lawan bicaranya. Narcissa hanya melirik benda itu tanpa keinginan bertanya.

Dengan lembut Hermione mempersilahkan mereka duduk sementara dirinya menyajikan dua cangkir teh Chamomile hangat bagi tamunya. Sambil mengatur detak jantungnya yang berdebar tidak karuan karena gugupnya, Hermione bertanya dengan nada berusaha ramah dan tidak mencurigakan,"Dan apa yang membuat anda, Mrs. Malfoy datang ke kementerian ini? Mungkinkah ada sesuatu yang bisa saya bantu?" kata Hermione dengan wajah penasaran campur gelisah.
Draco berusaha menutup kegelisahannya dengan menyesap tehnya sambil menghirup bau teh yang harum, sangat menenangkan ternyata. Dia menunggu-nunggu jawaban dari ibunya sambil harap-harap cemas.

Akhirnya ada kemajuan walaupun sedikit. Mungkin awalnya amat membosankan tapi aku janji untuk berusaha agar tidak membosankan lagi 😁😁Terimakasih buat yang sudah membacanya sejauh ini, please vote and comment nya ya 😊😊

Mudblood and FerretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang