MALAIKAT DAN IBLIS

1.6K 195 44
                                    

Hermione terbangun ketika merasakan gerakan dari sesuatu yang dipeluknya. Bagaikan deja vu, kali ini dia tidak melompat terkejut mendapati dirinya berbaring nyaman di sebelah tubuh pucat itu. Hermione merasakan wajahnya memanas ketika dia memindahkan tangannya yang melingkari perut Draco. Dia menarik badannya dan bersandar di kepala tempat tidur. Sementara Draco, yang juga terbangun, melakukan hal yang serupa. Sekarang mereka duduk berdampingan dengan setengah badan masih di bawah selimut.

Draco memperhatikan kamar bergaya modern klasik itu. Dindingnya berwarna putih dengan sedikit warna keemasan di setiap pinggirnya. Ranjang besar berseprei hijau itu berukuran besar dengan empat buah tiang kelambu di setiap sisinya. Pada headboard-nya ada aksen kancing, serupa dengan meja nakas di sisinya. Sebuah meja rias hitam mengisi sisi lain dari kamar itu. Lampu gantung melengkapi nuansa klasik di ruangan itu.

"Maafkan aku sudah menahanmu untuk menemaniku, Malfoy. Aku ketakutan melihat Ron menjadi tidak terkendali. Sekarang aku bahkan tidak tahu apa yang harus kulakukan terhadapnya. Ini adalah mimpi buruk bagi persahabatan kami dan aku sulit mempercayai dia lagi," ucap Hermione dengan nada sedih.

Dia melipat kakinya hingga tangannya dapat memeluknya seraya meletakkan dagunya di atas lututnya yang masih tertutup selimut. Tidak terasa airmatanya menetes dari pelupuk matanya, meluncur ke pipinya, membasahi selimut yang menutupi lututnya. Dia merasa hancur dilecehkan sahabatnya sendiri. Meskipun dia pernah menjalin hubungan dengannya, Ron tidak pernah memperlakukannya dengan tidak sopan. Draco tidak menjawab sepatah pun. Hermione terkejut ketika sebuah tangan menepuk-nepuk bahunya dan mengusap-usap punggungnya lembut.

Draco panik melihat tangannya bergerak sendiri ke arah gadis yang tengah rapuh itu. Bahkan sekarang tangan kurang ajar itu mendarat di bahu dan punggungnya. Tangan itu merasakan bahwa tubuh gadis itu menegang saat disentuh. Hanya sebentar, kemudian mulai melemah dan kembali rileks. Draco hampir mengerang ketika tangannya menyentuh kulit halus di bahu Hermione. Tidak, dia bukan Ron. Dia seorang Malfoy. Dan Malfoy bukan seseorang yang mengambil kesempatan ketika seorang gadis sedang dalam keadaan lemah.

Hermione mengangkat wajahnya dan memandang Draco. Dia melihat sepasang mata abu-abu indah menatap langsung ke matanya, seakan berkata bahwa tidak ada yang perlu dia khawatirkan. Dia merasa tersesat dalam kebeningan mata itu.

Setengah sadar, Hermione menaruh telapak tangannya di pipi tirus pemuda pucat itu kemudian membelainya perlahan. Hal ini membuat tekad Draco meleleh sesaat. Hanya dalam sepersekian detik, wajah mereka sudah tak berbatas lagi. Seakan ada magnet yang menariknya, Draco mendekatkan bibirnya ke bibir merah muda di depannya dan mulai meraihnya. Lembut dan lembab, agak asin terkena air mata. Dia melumatnya dengan hati-hati, sambil bersiap-siap jika ditolak oleh sosok cantik di depannya. Ya, cantik! Hermione tampak sangat cantik dengan wajah merona dan mata terpejam.

Ketika merasakan penerimaan, Draco mulai menyusupkan lidahnya ke dalam rongga mulut manis itu, menjelajah mencari-cari pasangannya. Ketika saling bertemu, lidah itu saling bertaut dan menghasilkan erangan halus dari Hermione. Draco menyadari bahwa dia tidak ingin membuat Hermione takut lagi. Meskipun hasrat liarnya sudah hampir menguasai tubuhnya, dengan penuh perasaan, dia memisahkan bibirnya dari bibir gadis didepannya. Hermione tampak keheranan, dia masih menginginkannya.

Draco memandangnya dengan tulus walaupun wajahnya mulai memerah menahan gairah yang nyaris tak tertahankan dan berkata,"Jika kita terus seperti ini, aku takut tidak bisa menahannya lebih lama." Hermione seperti tersadar dan memalingkan wajahnya yang sudah sangat merah. Dia menyukai ciuman itu. Hey, sepertinya dia sudah gila. Janggut Merlin, seorang Draco Malfoy sudah menciumnya dan dia menyukainya!

Tiba-tiba suara aneh berlagu dari suatu tempat. Draco langsung terkekeh dan berkata,"Sepertinya ada yang sedang berunjuk rasa di perutmu, Granger." Gadis itu tersadar, bunyi memalukan itu dari perutnya. Sepertinya marah karena diabaikan sepanjang pagi ini. Ketika dia akan beranjak dari tempat tidur, Draco segera menahan lengannya. Dan melanjutkan,"Bagaimana jika kita menjalin hubungan lebih dari teman? Kau tahu, kau akan aman jika bersamaku. Tentunya kau tidak ingin hal seperti ini terulang lagi di kemudian hari."

Mudblood and FerretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang