PUBLIKASI

1.6K 217 12
                                    

Hermione segera mempersiapkan berkas-berkas yang dia perlukan untuk pertemuan siang ini. Map yang berisi kertas-kertas serta alat tulis, tentunya bukan pena bulu dan perkamen atau sesuatu yang dapat dicurigai muggle. Tangannya mengacung kesana kemari menuju sekeliling rak dan meja kerjanya.

Findigo

Wingardium Leviosa

Berkas-berkas itu melayang memasuki sebuah tas hitam ukuran sedang, cukup besar untuk semua berkas yang dibawanya. Akan sangat tidak wajar jika dia hanya memakai tas manik kecilnya yang telah diberi sihir perluasan tanpa batas tapi mengeluarkan benda-benda yang tampak mustahil untuk disimpan di tas semungil itu. Terakhir, dia memasuki toilet yang letaknya cukup tersembunyi di kantornya, terlindung rak bukunya yang tinggi, untuk mengganti bajunya menjadi stelan hitam putih feminim yang pas di badannya, ditambah scarf berwarna merah dari bahan satin lembut, agar penampilannya tidak terkesan terlalu formal. Mengingat di luar sana sedang musim dingin, dia mengenakan sebuah mantel wol tebal model ponco warna khaki, serasi dengan rambut brunette dan mata hazelnya. Hermione tampak sangat cantik dan anggun.

Draco sempat terpana sesaat ketika Hermione keluar dari toilet dan sibuk memasang sarung tangannya. Sungguh mengerikan masa pubertas itu. Ingin sekali mulut usilnya bertanya kemana rambut semak dan gigi berang-berang gadis itu sewaktu di Hogwarts. Sekarang rambutnya tampak lebih jinak bahkan sudah hampir lurus dan giginya sangat rapi. Hermione menjelma menjadi sosok yang menawan di usianya yang hampir mencapai dua puluh tahun. Segera Draco mengalihkan pandangannya dan pura-pura menyibukkan diri dengan memasang mantelnya berlama-lama, merutuki pikirannya yang sudah keluar konteks.

Hermione menyambar tas besar di mejanya yang langsung ditahan Draco."Biar aku saja," ujarnya sambil lalu dan berjalan mendahului Hermione dengan sikap angkuh menuju pintu sihir yang seperti biasa membuka sendiri. Hermione hanya mengedikkan bahu, meraih tas maniknya serta merapal mantra non verbal memasang ward sebelum meninggalkan kantornya.

Sovrum fisor

Bersama mereka memasuki lift sihir dan turun ke lantai dasar untuk menuju jaringan floo yang akan mengantar mereka ke batas dunia sihir dan dunia muggle. Baru saja lift terbuka, kilatan lampu blitz beberapa kamera sihir yang melayang di segala arah sedikit menyilaukan mata Hermione, sementara beberapa pena bulu yang menulis sendiri lengkap dengan agendanya menyerbu mereka berdua. Tanpa sadar Hermione sedikit memundurkan badannya dan menyembunyikan sebagian tubuhnya di belakang Draco. Dia benar-benar melupakan berita pagi ini. Hermione hanya meringis tak enak ketika tanpa sengaja matanya melirik Draco. Sementara Draco memasang tampang dingin ke arah para wartawan sihir yang dengan segera sudah mengerumuni mereka berdua. Tangan kirinya sedikit direntangkannya di samping badannya, memblokir gerakan salah satu wartawan yang ingin mewawancarai Hermione. Dengan senyuman penuh arti, wanita itu melirik wajah Hermione. Hermione hanya bisa terpaku melihat perlakuan Draco terhadapnya sekaligus memandang galak ke arah wanita itu.

Tampak beberapa wartawan agak menjaga jarak ketika merasakan aura mengintimidasi disekitar Draco. Dia memiringkan kepalanya sedikit dan berbisik ke arah gadis di sebelahnya,"Aku yang berbicara, kau cukup diam saja." Tanpa menunggu persetujuan Hermione, tiba-tiba saja Draco meraih tangan kanannya dan menarik lembut Hermione mendekat padanya. Seketika wajah Hermione langsung merah padam ingin memarahi pria di sebelahnya itu. Sudah terlambat untuk menyesal, kilatan blitz semakin menggila dari segala arah. Dengan semangat yang berlebihan, seorang dari mereka angkat suara," Maaf, sir. Benarkah berita yang kami dengar bahwa Anda sudah memutuskan memilih miss Granger sebagai pasangan Anda sehubungan dengan peraturan pernikahan dari kementerian yang baru?."

Dengan mata memandang bosan untuk menyembunyikan rasa puas atas pemberitaan itu di wajahnya, bibir Draco tampak ditarik sedikit memperlihatkan senyum miringnya seraya berkata," Seperti yang kalian lihat, kami sedang sibuk. Silakan menyingkir karena kami tidak punya waktu meladeni berita murahan yang mengganggu privasi kami," desis Draco sinis. Setelah membuat pernyataan itu, dia berjalan mendahului Hermione sambil menuntun gadis itu melewati kerumunan mereka yang entah bagaimana sudah memberi celah cukup lebar membiarkan pasangan itu lewat. Siapa yang berani melawan mantan Pelahap Maut, ditambah lagi itu seorang Malfoy. Dengan suara langkah berat dan cepat dicampur suara ketukan ujung heels yang setengah berlari untuk menyamai langkah di depannya, dalam keheningan yang aneh, diiringi berbagai macam tatapan yang sulit diartikan dari berbagai manusia disitu, ikut menyaksikan kehebohan yang cukup menyita perhatian. Mereka berdua keluar dari kementerian dan segera menuju wilayah jaringan floo yang cukup lengang saat ini.

Hermione sempat bergidik ngeri melirik dari sudut-sudut matanya ke arah orang-orang yang sedang memperhatikan mereka. Dia benar-benar tidak suka menjadi pusat perhatian, berbeda dari kedua sahabatnya. Dia akan merasa sangat gugup dan kehilangan setengah akal sehatnya, mengalahkan kegugupannya menghadapi N.E.W.T. saat masih di Hogwarts. Hermione semakin mengeratkan tautan tangannya ke Draco ketika merasakan terpaan hawa dingin di kulitnya walapun sudah dibungkus mantel tebal ketika mereka mencapai luar kantor kementerian. Wajar saja karena kantor kementerian sudah dipasangi mantera penghangat selama musim dingin ini sehingga tidak mengherankan para penghuninya tidak pernah merasa kedinginan.

Mereka menuruni tangga kementerian sedikit berhati-hati menghindari air lelehan salju di anak-anak tangga, menyeberangi jalan besar, menuju wilayah jaringan floo untuk ke dunia Muggle, tanpa menoleh sedikitpun ke belakang.

Sepanjang kejadian itu, Draco merasakan kepuasan yang dalam pada dirinya ketika mendapat kesempatan mengklaim Hermione sebagai miliknya secara tidak langsung. Dia memuji dirinya sendiri karena dianugerahi otak yang jenius dengan ide nekatnya yang diputuskannya beberapa detik yang lalu, tidak menyangka rencana besarnya dapat terlaksana secepat itu. Dia mengira mungkin akan melancarkan kutukan Cruciatus pada akhirnya supaya Hermione takluk padanya. Ingin rasanya dia mencium kedua pipi tirus Voldemort saat itu juga akibat rasa bangganya yang tidak wajar. Yeah, seharusnya sang pangeran kegelapan patut mengapresiasi kehebatannya mendekati seorang pahlawan dunia sihir dan mungkin sebentar lagi akan menaklukkannya. Walaupun tidak mudah, Draco bertekad akan tetap gigih melaksanakan rencananya, membayangkan berbagai keuntungan sekaligus manfaat jika menikahi gadis pemarah di sampingnya itu.

Ketika sudah sampai di jaringan floo, Hermione mencoba melepaskan tangannya dari Draco. Tapi Draco tetap menggenggam tangan mungil gadis itu tanpa menoleh sedikitpun padanya. Hermione hanya merasa canggung jika harus terus dalam posisi seperti ini. Walaupun ada terbersit rasa aman saat pemuda itu berusaha melindunginya dari kejaran wartawan. Tapi dia merasa bahwa ini salah. Teramat salah. Sementara Hermione sibuk berperang dengan dirinya sendiri, Draco melempar segenggam serbuk hijau ke perapian.

Diagon Alley

Hai hai hai....
Hampir seminggu baru bisa update lagi. Kesibukan memasuki musim ujian di bulan April dan Mei ini turut mempengaruhi penulisan lanjutan ceritaku. Akhir-akhir ini aku agak tergoda bikin fanfic tentang keluarga Volturi bangsa vampir di Twilight tapi alurnya masih kabur dan gaje hahaa.... Jangan lupa mampir di fanfic ku yang lain judulnya " Heart of Darkness" yang baru rampung satu bab. Yang satu itu kebagian yang slow update karena aku lebih fokus melanjutkan yang ini. Maafkan aku karena di karyaku yang satunya memasangkan Hermione dengan Tom Riddle 😅😅😅...
Semoga aku bisa update lebih cepat lagi setelah ini. Sampai ketemu di bab selanjutnya 😘😘😘

Mudblood and FerretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang