Narcissa menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan Hermione. Memandang wajah Draco sekilas, yang sedang memandangnya lekat-lekat juga. Dengan mengumpulkan segenap keberaniannya, Narcissa mulai membuka suaranya dengan bergetar.
"Sebelumnya aku ingin meminta maaf atas nama keluarga Malfoy pada dosa kami di masa lalu. Jika kamu nak...masih tidak bisa memaafkan kami, kami tidak bisa memaksa. Hanya saja berikanlah keluarga kami kesempatan untuk memperbaiki diri kami, khususnya terhadap dirimu nak," ucapnya dengan wajah sendu seraya tertunduk, menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca. Suaranya nyaris tercekat di ujung kalimat karena hampir tak kuat menahan sesak di dadanya, ingin menangis saat itu juga.
Hermione hanya terdiam, tak dapat berkata-kata. Serta merta terlintas wajah kedua orangtuanya, yang telah dibunuh Voldemort dalam pelariannya mencari Horcrux. Kedua Granger itu mati mengenaskan dibakar di dalam rumahnya sendiri dengan api sihir. Hati Hermione sangat sakit ketika kenangan itu muncul begitu saja di benaknya, membuat matanya mulai mengabur ketika memandang wajah Narcissa.
Draco benar-benar merasa hampa mendengar penuturan ibunya. Dia adalah anak who had no choice, yang sudah ditakdirkan menjadi Pelahap Maut dari sejak keturunan Malfoy terdahulu. Sekarang, di hadapan mereka, sang Princess Gryffindor, salah satu musuh Voldemort, dan pernah menjadi musuhnya juga, tengah menghadapi permohonan ampun dari keluarga Pelahap Maut yang terang-terangan sudah menyiksanya sedemikian rupa,bahkan meninggalkan bekas nyata di salah satu anggota badannya untuk selamanya. Sungguh mereka berada di situasi yang amat tidak lucu. Dengan ujung matanya, Draco melirik sekilas respon Hermione setelah mendengar permohonan maaf keluarga mereka. Dia merasa malu akan kenyataan ini, seharusnya dialah yang melakukan ini, bukan ibunya. Sayangnya harga diri seorang Malfoy yang terlampau tinggi mengalir deras di dalam dirinya, sekalipun untuk sekedar meminta maaf karena jelas sekali pihaknya yang bersalah, menutup segala kesempatan bagus yang ada di depan mata.
Hermione segera menggenggam kedua tangan wanita setengah tua tapi masih terlihat cantik didepannya saat itu. Ya, di usianya yang sudah melewati lima puluhan, meskipun sudah ada gurat-gurat halus di wajah pucatnya, wanita ini memiliki wajah aristokrat yang masih menyisakan keanggunan dan kecantikan di masa mudanya.
Wanita yang sesaat yang lalu sempat terisak dalam diam, sedikit terkejut atas sikap Hermione. Di dalam pikirannya mungkin saja Hermione akan melemparkan kutuk terhadapnya dan Draco, atau paling tidak mencaci maki mereka.
Narcissa mengangkat wajahnya dan merasa damai ketika menemukan sepasang mata hazel yang menatapnya dengan kilatan sedih dan....seperti ada kerinduan di dalamnya. Entah siapa yang memulai, mereka berdua berpelukan sambil menangis tersedu-sedu, menumpahkan segala perasaan yang tertahan selama ini. Sedangkan Draco hanya bisa mengelus punggung ibunya, berusaha menenangkannya. Hatinya sedikit tergetar melihat Hermione menangis dalam dekapan ibunya. Selama ini dia hanya melihat wajah cemberut cenderung bengis di wajah gadis itu jika kebetulan saja bersinggungan dengannya di manapun. Dia tahu bahwa Hermione itu tegar, si kepala batu yang dijuluki Miss-Know-it-All selama di Hogwarts. Melihat gadis itu rapuh, sungguh pemandangan yang langka. Jika tidak sedang dalam suasana sentimentil ini, mungkin dia sudah menertawakan wajah Hermione yang cukup konyol saat menangis.
Setelah merasa lega, Hermione menjadi salah tingkah karena terbawa suasana. Dia meraih saputangannya yang berwarna merah muda pucat dari saku kemejanya dan mengulurkannya ke Narcissa. Masih menunduk, menyembunyikan wajahnya yang pasti berantakan akibat menangis, Narcissa menerimanya dan menyeka airmatanya yang sempat membanjir di kedua belah pipinya dan membasahi kerah gaun hitam beludrunya. Dengan suara yang masih parau akibat banyak menangis, Narcissa melanjutkan kalimatnya,"Selama dua tahun ini kami sudah dikucilkan oleh masyarakat sihir akibat perbuatan kami. Tidak ada yang mempercayai kami lagi. Perusahaan yang sudah kami miliki turun temurun, sudah nyaris bangkrut. Para investor tidak tertarik bekerjasama dengan kami lagi, pegawai-pegawai banyak yang mengundurkan diri dengan berbagai macam alasannya, saham-saham sudah kami jual dengan harga murah. Satu-satunya harta yang dimiliki hanya Malfoy Manor. Disini, demi Draco, aku sebagai seorang ibu yang tidak memiliki kemampuan apapun, memohon supaya kamu nak...mau menerima keberadaan Draco dan mengajarkan dia tentang dunia Muggle, dunia yang dulu kami benci, tapi sekarang menjadi satu-satunya harapan kami untuk memperbaiki perekonomian keluarga Malfoy. Di sana tidak ada yang mengenal kami. Aku berencana untuk menjual Malfoy Manor sebagai modal awal dan membeli sebuah apartemen sederhana untuk tempat tinggal sementara. Dan kami akan membangun Malfoy Corporation dari awal di dunia Muggle. Aku pribadi sangat berharap dengan kerjasamamu nak," seru Narcissa putus asa sambil meremas-remas saputangan Hermione dengan kedua belah tangannya sampai membuat kusut saputangan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mudblood and Ferret
FanfictionKetika perang dunia sihir kedua telah berakhir, saatnya melanjutkan hidup yang normal kembali..... Setelah dua tahun lulus dari sekolah sihir Hogwarts, Hermione Granger bekerja sebagai Kepala Divisi Hubungan Muggle di kementerian. Semuanya berjalan...