KEHIDUPAN BARU

1.7K 202 37
                                    

Matilah kalian semua!!! Aku akan mengambil yang seharusnya menjadi milikku.

RBW

Tangan Ginny bergetar membaca surat yang ditinggalkan Ron. Tubuhnya mendadak terasa ringan, melayang tak berdaya. Harry segera mendudukkannya di sofa dan menenangkannya. Dia menatap mata hijau terang Harry yang berkaca-kaca menahan emosinya.

"Ini bukan kesalahanmu, Harry. Dia telah membuat dirinya menjadi seorang bajingan. Aku tidak akan membelanya. Pergilah ke Malfoy Manor sebelum semuanya terlambat," desak Ginny panik.

Ginny berusaha mempertahankan kewarasannya di situasi yang genting ini. Sifat pendendam dan tidak sabar Ron berhasil menguasai dirinya sehingga membuatnya mengambil langkah menjadi seorang kriminal berbahaya. Mereka harus mengamankan Hermione demi keselamatan gadis itu.

"Aku akan melakukannya. Sekarang kau beristirahatlah. Tenangkan dirimu dan anak kita. Aku pergi," Harry mengecup dahi Ginny dan perut besarnya kemudian menuju ke perapian floo.

"Malfoy Manor," terdengar suaranya berucap dan segera menghilang dalam kabut kehijauan dari serbuk floo.

Harry muncul di jaringan floo keluarga Malfoy ketika Draco dan Blaise sudah berada di ruang tamu. Mereka tampak keheranan melihat kedatangan Potter yang tidak disangka.

Harry beberapa kali mengunjungi Manor ini sebelumnya untuk kepentingan penyelidikan. Tetap saja dirinya belum terbiasa dengan suasana Manor dengan lorong-lorong besarnya yang remang-remang ini, mengingatkannya akan pengalaman buruknya ketika pangeran kegelapan yang botak itu masih berjaya. Bahkan dia sempat merasakan dikurung di penjara bawah tanah Manor ini.

Malfoy Manor adalah kastil milik keluarga Malfoy, salah satu keturunan darah murni tertua dan terkaya di Britania Raya, yang berada di wilayah Wiltshire. Rumah yang sangat megah dan mewah, lantai batunya ditutupi karpet, dengan dinding aula depan menampilkan potret wajah pucat dan di ujung lorong terdapat pintu perunggu menuju ruang tamu. Tampak beberapa mata bergerak dari potret itu memandang Harry ketika dia melangkah menuju ruang tamu menemui Draco dan Blaise.

Ruang tamunya itu adalah ruangan luas yang proporsional. Mungkin ruangan paling megah di rumah itu. Ruang yang memiliki langit-langit setinggi tiga puluh kaki, dua lampu gantung, dan organ pipa di salah satu ujungnya, memiliki meja berukir panjang, di mana para Pelahap Maut dan Voldemort pernah melakukan pertemuan. Ruang tamu itu memiliki perapian marmer yang apik dan berhias dengan cermin bersepuh emas yang memiliki bingkai gulir yang rumit. Ruangan yang memiliki dinding ungu gelap dengan lebih banyak potret, dan lampu gantung kristal besar, yang akhirnya dihancurkan oleh Dobby saat melarikan diri dengan beberapa tahanan. Tampaknya dipulihkan kembali dengan sihir ke tempat yang sebelumnya digantung. Dobby yang malang, bisik Harry dalam hati.

"Hai, Potter. Senang bertemu denganmu setelah sekian lama," sambut Blaise dengan senyum lebar, menampakkan deretan gigi putihnya, dan mengulurkan tangan untuk menyalami Harry. Dia membalas senyum dan salam Zabini muda itu dan mengangguk ke arah Draco yang sedang duduk di atas sofa merah besar.

Draco mempersilakan Harry dengan gaya angkuh menyebalkannya. "Hal yang luar biasa melihat salah satu pahlawan dunia sihir bertamu ke rumahku tanpa pemberitahuan," sindir Draco disertai senyuman angkuhnya seperti biasa.

"Maafkan kelancanganku, Malfoy. Kurasa kau akan lebih senang mendengar kabar ini langsung dariku ketimbang menunggu seekor burung hantu membawakanmu surat pemberitahuan kedatanganku," jawab Harry, merasa tak enak dengan kedatangannya kali ini. Dia segera menyesal karena terlalu kasar mendatangi keluarga terhormat itu tanpa pemberitahuan.

"Berita seperti apa yang harus kudengar sehingga kau datang secara pribadi untuk memberitahuku? Semoga itu berita baik, Potter," selidik Draco menatap langsung sepasang mata hijau Harry.

Mudblood and FerretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang