detik ke-24

1.1K 175 17
                                    

"Pukulan besar apa yang Tuan Lay maksud?" Fei menatap heran Xiumin, sementara lelaki itu tersenyum tipis.

"Ada kala nya, rasa cinta bisa membuat mu terpuruk, tak terkecuali orang biasa semacam Mr. Byun."

***

Pandangan Suzy terbilang kosong begitu Sehun memasuki ruangan di mana gadis itu di kurung.

Sehun dapat melihat air mata Suzy yang jatuh bersamaan dengan gerak refleks nya untuk menghapus. Gadis itu nampak terpukul.

Tentu Sehun heran, mengapa dia baru merasa sedih kala di sekap sudah hampir tiga hari? Bukan kah itu sangat terlambat?

"Tuan Byun menunggu anda di meja makan untuk makan malam."

Suzy mengerjapkan matanya, memandang Sehun tak jauh darinya.

"Aku tidak lapar."

"Sebaiknya anda turuti apa yang tuan mau kalau tidak--"

"AKU LEBIH SUKA MATI!" Suzy mengeraskan suaranya, memandang penuh benci ke arah Sehun. Terlihat jelas sekali bagaimana gadis itu tengah dalam emosi yang tidak baik sekarang.

Tapi bukan berarti Sehun takut pada bentakkan Suzy terhadapnya. Wajah itu masih setenang air, tanpa riak balas menatap Suzy.

"Kau akan kelaparan,"

"Tak usah sok peduli!!" Suzy melotot. "Khawatirkan saja tuan mu itu dari pada perutku! Dekat ini ku pastikan dia akan mati di tanganku!!"

Entah apa yang ada di dalam pikiran Sehun, tapi pria itu tersenyum. Senyuman penuh intimidasi dan mengerikan cukup membuat Suzy bungkam.

"Lakukan apa yang kau mau, jangan sampai menyesal." setelah mengatakan itu, Sehun membungkukkan tubuhnya sopan kemudian keluar dari dalam ruangan, meninggalkan Suzy sendiri.

Gadis itu jatuh terduduk di kursi dekat nakas, mengelap air matanya yang kembali turun membasahi pipi.

Nanar menatap kosong di depannya. Mulutnya sesekali bergumam, memanggil seseorang dan meminta maaf setulus mungkin dari dalam hatinya.

Sementara Sehun yang belum pergi dari depan ruangan hanya melirik pintu itu datar.

***

Xiumin memandang sebuah foto di tangan. Menerka-nerka seberapa pintar orang ini sebelum saat tepukan di bahu nya menyentak Xiumin dari acara nya berpikir.

"Kau sudah mau pergi?" Suho bertanya, sementara lelaki itu mengangguk, tersenyum sopan seraya membungkuk.

"Terima kasih atas bimbingan anda selama ini, tuan Suho."

Suho terkekeh. "Sama-sama. Semoga Ayah mu lekas sembuh yah? Dia jatuh sakit pasti karena terlalu merindukan mu."

Xiumin meringis, mengangguk sekali lagi dengan mengucapkan terimakasih kembali. Sementara mata nya tertuju pada Fei yang berdiri bersama para pelayan lain untuk sekedar mengantar kepergian nya.

Mereka saling berpandangan.

Aku sudah memasang bom, setidaknya bantu aku untuk mengatur waktu yang tepat lalu meledakkan nya.

Seperti bisa membaca pikiran, Fei tersenyum miring sembari memberikan tatapan santai miliknya.

Lihat pertunjukkan apa yang akan ku perbuat...

Over TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang