detik ke-28

959 165 17
                                    

Angin kini berhembus, mengelitiki lembut wajah Suzy yang tertidur di pangkuan salah seorang wanita.

Kepalanya tengah di belai, mengantarkan Suzy hingga ia membuka matanya karena posisi yang terlanjur nyaman. Ia ingin melihat wajah sang wanita. Siapa dia?

"Mimpi yang indah bukan?"

Suzy menyipitkan mata sesaat sebelum kemudian tersenyum lebar. "Ya. Eoma,"

Wanita itu ikut tersenyum, mengacak rambut Suzy gemas. "Tidak ku sangka, kau sudah sebesar ini, hidup mu pasti berat. Kau memiliki kantung mata Suzy-ya."

"Sungguh?" Suzy sedikit terkaget, dia otomatis menyentuh bawah matanya saat sang Ayah muncul.

"Jangan khawatirkan dia, aku yakin, Suzy-ya ini orang yang kuat."

"Appa!"

"Berjanjilah kau akan selalu percaya pada dirimu sendiri Suzy-ya. Karena saat kau mempercayai orang lain, kita harus yakin pada diri sendiri."

"Appa mu benar, tidak ada orang yang bisa di percaya selain diri kita sendiri."

"Apa maksud kalian?" Suzy mengernyit bangkit dari posisi berbaring nya, saat kemudian sang wanita itu mengelus pipinya lembut.

"Jaga diri mu baik-baik yah? Waktu kami di sini sudah habis."

"Tunggu dulu! Eoma mau kemana?! Aku ikut!"

"Tempat itu belum bisa menerima mu, Suzy-ya. Kau tidak bisa ikut bersama kami."

Perkataan Ayah nya membuat Suzy terkejut. "Appa juga akan pergi? Meninggalkan ku sendirian?!"

Kedua orang tua itu hanya tersenyum, memeluk Suzy bersamaan membuat air mata itu keluar, menetes menganak sungai. "Eoma menyayangi mu, Suzy-ya."

"Appa lebih menyayangi mu, Suzy."

"Tidak.." Suzy menangis, mencengkram erat keduanya dengan sesenggukkan. "Jangan tinggalkan aku, jangan lagi..."

Seperti bahan kaca, sosok keduanya perlahan terangkat dan terpecah dari genggaman Suzy. Mereka menghilang, meninggalkan Suzy yang histeris memanggil keduanya kembali.

"Appa!!!"

"Suzy-ya?"

Mata Suzy terbuka, lelehan air mata yang berada di kelopaknya membuat Luhan merasakan sakit yang sama ketika mata itu menatap kosong  ke depan.

"Di mana Appa ku? Di mana... Dia?"

Luhan terdiam, bingung harus menjawab apa saat pintu terbuka, menampilkan sosok Gong Xi bersama Kim Jongin di sana.

"Beliau sudah tiada." jawaban biasa Jongin berefek keras untuk Suzy yang langsung berteriak.

"Tidak! Appa ku tidak akan mati semudah itu!!!"

"Suzy... Tenanglah,"

Jongin memperhatikan Suzy yang menangis terisak dalam pelukan Luhan saat sesuatu mengusik pikiran nya.

***

"Chanyeol di bunuh?"

"Begitu lah yang saya dengar dari orang itu,"

Jongin menggeleng tak percaya. "Baekhyun takkan melakukan itu, kalau pun iya... Dia akan membunuh nya sedari awal."

"Apa maksud anda tuan?" Tao memandang terbingung atasan nya. Sementara Jongin tengah berpikir keras.

"Aku akan kembali, siapkan semuanya, hyung."

Tao mengiyakan dan segera bergerak. Sementara Jongin memutuskan menghubungi seseorang yang selama ini menambahkan informasi untuk nya.

"Paman Bae?"

"Tuan Kim!!"

"Iya, ini aku! Anda di mana sekarang?" sambungan yang sedikit bermasalah membuat kening Jongin mengernyit, sesuatu pasti sedang terjadi.

"Sepertinya kau makin mahir saja membuat strategi, Jongin-ah,"

Jongin terkaget, ini jelas bukan suara Bae. Suara dengan nada sarat penekanan dan intimidasi, ini miliknya. "Do Kyungsoo..."

"Seratus! Aku tersanjung kau masih mengenali suara ku," orang itu terkekeh. Membuat tanpa sadar Jongin mencengkram erat ponsel nya, menahan emosi yang hendak menerjang nya.

"Well kali ini, aku tidak berniat menyerah semudah dulu. Lihat kejutan ku yah, sahabat ku, Jongin-ah.."

Dan sambungan terputus.

***

Dari awal, Fei telah merasakan kalau rencana yang di tinggalkan Xiumin takkan pernah terjadi.

Mengharapkan Suzy menjadi bom yang akan membunuh Baekhyun hanya di pikiran nya yang konyol. Kedekatan keduanya membuat Fei muak.

Tanpa sadar api kebencian itu hadir. Entah bagaimana menjelaskan situasinya sekarang. Haruskah Fei tertawa ketika melihat sosok tak tau diri Suzy berlarian kabur dari mansion seperti burung yang lepas dari kandang?

Suzy tampak bahagia, dan Fei tidak menyukai nya. Selama dirinya belum bahagia, siapa pun orang nya, Fei akan melenyapkan nya.

Tepat di ujung jalan, Fei sudah bersiap meluncur dengan mobil nya. Ia pastikan, Suzy akan langsung mati sekali ia menjalankan aksinya.

Dan kejadian yang tak ia sangka terjadi, seseorang mendorong tubuh Suzy ke tempat lain dan orang itu mengorbankan dirinya.

Fei hampir tak mempercayai bahwa si tua itu bisa berada di sini.

"Bukan kah, dia sedang berada di tangan tuan Do?" Fei masih terkejut setengah mati saat tiba-tiba Lay memasuki mobil nya dengan di susul beberapa bodyguard.

"Tuan Lay?!" Fei bingung.

"Bodoh! Apa yang kau lakukan hah?! Membunuh tawanan berarti kau memberontak!"

"Maaf, aku tidak tau kalau si tua itu akan menyelamatkan anaknya." Fei mendengus kesal. "Bukan nya dia di sekap, kenapa bisa ada di sini?!"

"Dia kabur, itulah yang terjadi. Aku sedang mengejarnya, cepat putar balik mobilnya, kalau si tua itu telah mati, kita bawa Nona Suzy!"

Fei membenci Suzy. Entah sadar atau tidak, semua orang seperti berkomplot memperhatikan nya, tidak Baekhyun, Sehun, Chanyeol, Xiumin, Jongin, dan sekarang Lay bahkan Kyungsoo sepertinya begitu.

Tidak ada kah orang mengerti perasaan nya?

"Maaf tuan, keributan sudah terjadi. Tak ada waktu untuk kembali dan menjadi buronan."

"Sialan!" Lay berdecak kesal, sementara Fei mencengkram erat roda kemudi.

Sumber masalah utama di sini adalah kau... Bae Suzy.

***

Tangisan Suzy masih bertahan. Gadis itu, Jongin menyesal karena sudah menyeretnya sampai seperti ini.

Sudah saat nya, ia bertanggung jawab atas segala penderitaan nya.

.

Tbc.

A/n.

:'(((

Thanks for read.
Vote and comment.

See.

Over TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang