"Fariel!! Ini bukan kali pertama kamu berkelahi! Saya sudah tidak bisa mentolerirnya lagi. Kamu harus dikeluarkan." Seorang pria berumur akhir empat puluhan berteriak marah pada pemuda yang duduk di hadapannya.
Fariel hanya menatapnya datar, tak terpengaruh oleh aura mencekam yang pria itu timbulkan.
"Terserah bapak juga sih, saya nggak takut kok pak kalaupun harus keluar dari sekolah ini," jawaban Fariel sontak membuat semua orang yang ada di dalam ruangan menganga kaget.
"Hoo, tu-tuan muda. Anda bercandakan? Ah pak kepala sekolah, tuan muda saya ini hanya bercanda kok," sela seorang pria berpakaian rapi yang duduk di sebelah Fariel.
"Saya serius Pak Joko." Fariel melirik ke sampingnya dan tersenyum tipis ke arah orang yang tadi dia panggil Pak Joko.
"Saya permisi dulu pak, bu.." pamit Fariel pada semua orang yang sedari tadi memandang tak percaya ke arahnya.
"Ahh. Tu-tuan muda, tunggu dulu." Cepat-cepat Pak Joko berdiri dari kursi yang tadi didudukinya dan mengejar tuan mudanya.
Baru satu langkah kaki Pak Joko keluar dari ruangan kepala sekolah, dia kembali lagi dan membungkuk di depan pintu ruang kepala sekolah yang sedari tadi terbuka, "Maaf pak, saya permisi dulu."
Setelah memberi hormat ala kadarnya, Pak Joko langsung berbalik dan mengejar tuan mudanya yang sudah menghilang entah kemana.
Setengah berlari, pria tua itu terus mengedarkan pandangan matanya, mencari sosok tuan mudanya. Akhirnya mata tuanya mendapati pemuda tak tau diri itu di parkiran mobil.
"Aduh, tuan muda, saya cari kemana-mana juga." Pak Joko menatap khawatir pemuda itu.
"Saya nggak papa kok Pak Joko," Fariel berujar sambil melempar senyum manisnya.
"Tapi bibir tuan muda pecah loh," Pak Joko berkata lagi, kali ini sambil memeriksa luka itu.
"Saya nggak papa Pak Joko, tenang aja. Oh ya pak, tolong urus kepindahan saya ke SMA baru ya, kan saya udah dikeluarin dari SMA ini," ujar Fariel sambil tersenyum nakal.
"Iya tuan muda, akan saya urus nanti." Pak Joko hanya tersenyum. Beliau sudah terbiasa menghadapi sikap tuan mudanya itu. Ini bukan kali pertama tuan mudanya itu terlibat perkelahian dan dikeluarkan dari sekolah.
"Sip, makasih ya Pak. Saya pergi dulu ya." Fariel pergi setelah mengerlingkan mata ke arah Pak Joko.
Pak Joko hanya bisa menggelengkan kepala dan tersenyum maklum.
***
"Alfariel Adhyastha Anindito," ujar Pak Agung, kepala sekolah SMA Cendikia.
"Iya pak, dia putra Bramantiyo Anindito, pemilik Anindito Corp," jawab wakil kepala sekolah.
"Kenapa dia pindah ke SMA ini?" tanya kepala sekolah.
"Dia berkelahi pak, ja-"
"Iya aku tahu kalau dia berkelahi, maksudku, kenapa dia pilih sekolah kita?" potong kepala sekolah sebelum Pak Joan—wakil kepala sekolah—selesai bicara.
"Ohh, saya juga kurang tahu pak," jawab Pak Joan bingung.
"Bukannya dia SMP Cendikia dulu? Tapi SMA-nya malah pindah ke SMA lain. Hah, ya sudah. Biarkan sajalah. Kita juga tidak bisa menolaknya," ujar kepala sekolah acuh, tak mau pusing mengurusi siswa pindahan itu.
"Kalau begitu saya akan memberi tahu Bu Riska dulu. Beliau yang akan menjadi wali kelasnya. Saya permisi pak." setelah mendapat izin kepala sekolah, Pak Joan meninggalkan kantor kepala sekolah dan menuju ke ruang guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life: Yours Vs Mine
Teen Fiction"I am a hard person to love. But when I love, I love really hard." - Alfariel Adhyastha Anindito Aqilla memandang Fariel sebagai sosok yang begitu dia benci. Nakal, merokok, pembuat onar, dan banyak lainnya. Menurut Aqilla, Fariel adalah manusia...